Homili 4 Mei 2015

Hari Senin, Pekan Paskah V
Kis 14:5-17
Mzm 115:1-2.3-4.15-16
Yoh 14:21-26

Tuhan adalah pusat hidupku

Fr. JohnSaya barusan menerima sebuah amplop berisi beberapa pembatas buku dari seorang sahabat yang baru datang dari luar kota. Mungkin ia sempat singgah di sebuah toko buku rohani dan membelikannya untukku. Ada banyak tulisan yang bagus-bagus pada pembatas buku itu, tetapi hanya ada satu yang menarik perhatian saya yaitu yang bertuliskan: “Allah adalah pusat hidupku”. Pada pembatas buku itu terdapat gambar hati kudus Yesus dan salib-Nya. Saya mengartikan tulisan tersebut seperti ini: Salib adalah tanda kasih Allah yang tidak ada batasnya bagi manusia melalui Yesus Kristus Putera-Nya. Kasih Allah Bapa menjadi pusat kehidupan kita. Kita semua hanya bisa hidup karena cinta kasih. Mengapa? Karena Allah adalah kasih! (1Yoh 4:8.16). Menjadi pertanyaan bagi kita adalah apakah kita menyadari bahwa Tuhan Allah sungguh-sungguh menjadi pusat hidup kita? Apakah kita sungguh-sungguh menyadari adanya kasih Allah bagi diri kita secara pribadi? Banyak orang belum sampai pada kesadaran nurani bahwa Tuhan adalah pusat kehidupannya dan bahwa Tuhan mengasihinya apa adanya.

Tuhan Yesus Kristus membuka wawasan kita dengan wejangan-wejangan-Nya tentang Allah Tritunggal Mahakudus. Ada dua wejangan yaitu, pertama, supaya kita bisa mengasihi Tuhan Allah. Kasih kepada Tuhan itu ditunjukkan dengan memegang perintah dan melakukannya dalam hidup kita setiap hari. Bagi Yesus, orang mengasihi diri-Nya itu sama saja dengan mengasihi Bapa di Surga maka konsekuensinya adalah orang itu juga dikasihi secara pribadi oleh Bapa dan Yesus Putra-Nya dalam Roh Kudus. Hanya dalam kasih, Allah Tritunggal Mahakudus dapat menyatakan diri-Nya kepada kita.

Yudas Tadeus bertanya kepada Yesus alasan mengapa Ia mau menyatakan diri kepada mereka sebagai rasul-rasul dan bukan kepada dunia? Ini merupakan pertanyaan orang yang sedang mencari jati dirinya sebagai pengikut Yesus Kristus dan mau mengenal lebih dalam. Tuhan Yesus berkata kepadanya: “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. Barangsiapa tidak mengasihi Aku, ia tidak menuruti firman-Ku; dan firman yang kamu dengar itu bukanlah dari pada-Ku, melainkan dari Bapa yang mengutus Aku.” (Yoh 14:23-24). Yesus konsisten dengan pendirian-Nya. Bagi-Nya, seorang murid yang setia adalah dia yang mampu mengasihi-Nya sampai titik darah terakhir. Yesus juga mengatakan bahwa mengasihi berarti menuruti Firman-Nya.

Kedua, Tuhan Yesus juga menjanjikan Penghibur atau Parakleitus. Inilah janji Tuhan Yesus: “Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.” (Yoh 14:26). Penghibur yakni Roh Kudus berasal dari Bapa dalam nama Yesus. Tugas Roh Kudus adalah mengajarkan segala sesuatu dan mengingatkan kembali segala sesuatu yang sudah dikatakan Yesus sendiri.

Allah kita luar biasa. Ia mengasihi kita apa adanya. Ia tidak hanya berhenti pada saat mengorbankan Yesus Putera-Nya di atas kayu salib, tetapi Ia juga berjanji melalui Yesus Putra-Nya untuk tetap hadir di dalam Gereja dan membaharuinya Roh Kudus. Dengan kata lain, Allah Tritunggal Mahakudus tetap hadir dan menyemangati Gereja. Roh Kudus memberi terang dan kekuatan kepada kita untuk taat dan setia kepada Tuhan serupa dengan Yesus Putra Allah. Tuhan Yesus Kristus juga menjadi pusat kehidupan kita. Dialah yang mengantar kita untuk bersatu dengan Bapa di surga karena Dia adalah Jalan, Kebenaran dan Hidup.

Apa yang bisa dilakukan Roh Kudus di dalam Gereja? Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa Roh Kudus membangun, menjiwai dan menyucikan Gereja. Sebagai Roh Cinta Kasih, Roh Kudus memulihkan keserupaan ilahi yang hilang karena dosa bagi orang-orang yang dibaptis dan membuat mereka hidup di dalam Kristus, yaitu hidup yang sama dengan Tritunggal. Roh Kudus mengutus mereka untuk memberikan kesaksian akan Kebenaran Kristus dan membimbing mereka dalam tugas masing-masing, sehingga semuanya mendapatkan “buah Roh” (Gal 5:22). (KGK, 733-741.747). Tuhan Yesus Kristus mengkomunikasikan Roh-Nya dan rahmat Allah melalui sakramen-sakramen kepada semua anggota Gereja yang memperoleh anugerah buah-buah kehidupan baru dalam Roh (KGK, 738-741).

Paulus dan Barnabas merasakan kehadiran Roh Kudus karena mereka dikhususkan oleh Roh untuk tugas istimewa sebagai pewarta Injil. Mereka mengalami banyak kesulitan dari orang-orang Yahudi dan para pemimpin mereka. Oleh karena itu mereka harus menyebar ke tempat lain yakni Listra dan Derbe di daerah Likaonia untuk mewartakan Injil. Ketika berada di Listra, Paulus menyembuhkan seorang lumpuh dalam nama Yesus. Mukjizat itu membuat Paulus dan Barnabas dianggap sebagai jelmaan dewa. Barnabas disebut Zeus sedangkan Paulus disebut Hermes. Untunglah bahwa kedua rasul ini sadar diri bahwa yang mereka wartakan bukanlah diri mereka tetapi Tuhan Allah. Mereka pun mengoyakan pakaian, simbol kerendahan hati mereka di hadirat Tuhan.

Paulus dan Barnabas berkata: “Hai kamu sekalian, mengapa kamu berbuat demikian? Kami ini adalah manusia biasa sama seperti kamu. Kami ada di sini untuk memberitakan Injil kepada kamu, supaya kamu meninggalkan perbuatan sia-sia ini dan berbalik kepada Allah yang hidup, yang telah menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya. Dalam zaman yang lampau Allah membiarkan semua bangsa menuruti jalannya masing-masing, namun Ia bukan tidak menyatakan diri-Nya dengan berbagai-bagai kebajikan, yaitu dengan menurunkan hujan dari langit dan dengan memberikan musim-musim subur bagi kamu. Ia memuaskan hatimu dengan makanan dan kegembiraan.” (Kis 14:15-17).

Sikap Paulus dan Barnabas kiranya cocok dengan Daud dalam Mazmurnya: “Bukan kepada kami, ya Tuhan, bukan kepada kami, tetapi kepada nama-Mulah beri kemuliaan, oleh karena kasih-Mu, oleh karena setia-Mu.” (Mzm 115:1-2). Nama Tuhan haruslah lebih mulia, lebih popular. Kita semua hanya hamba-hamba yang tidak berguna, kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” (Luk 17:10).

Sabda Tuhan pada hari ini membantu kita untuk bertumbuh sebagai anak-anak Tuhan yang mampu mengasihi dalam perbuatan dan kebenaran (1Yoh 3:18). Kita patuh kepada Roh Kudus dan memiliki buah-buah Roh. Dengan demikian nama Tuhan akan semakin dimuliakan melalui pekerjaan dan pelayanan kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply