Hari Minggu Biasa XXVIII/C
Segala Ujung Bumi Melihat Keselamatan…
Orang kusta yang beriman. Pada zaman dahulu orang kusta selalu disingkirkan dalam masyarakat social karena mereka itu digolongkan najis. Mereka harus tinggal sendirian, dijauhkan dari kontaknya dengan manusia yang lain. Kalau mereka berjalan di jalan raya, umumnya mereka berpakaian compang-camping, rambutnya juga tidak disisir dengan baik dan dari jauh mereka harus berteriak: “Saya orang kusta”. Orang-orang sehat dengan sendirinya akan menjauhkan dirinya dari mereka. Orang kusta memang dikucilkan dalam masyarakat. Ketika Yesus mulai tampil di depan umum, Ia bergaul dengan orang-orang sakit, menjamah dan menyembuhkan mereka. Berita gembira ini tentu tersiar ke seluruh daerah Yudea, Samaria dan Galiela. Banyak orang mencari Yesus untuk mengalami kesembuhan.
Ketika dalam perjalanan ke Yerusalem, Yesus berjumpa dengan sepuluh orang kusta. Seperti biasa orang kusta ini minder dan berdiri agak jauh dari Yesus dan rombongannya, tetapi mereka membuat inisiatif pertama dengan berteriak: “Yesus, Guru, kasihanilah kami!” Sapaan mereka ini menunjukkan pengenalan mereka akan Yesus sebagai pribadi yang sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Inisiatif untuk memanggil nama Yesus dan memohon belas kasihNya ini menunjukkan bahwa mereka membutuhkan Yesus di dalam hidup. Orang lain tidak membuka diri untuk menerima mereka, hanya Yesus saja yang menerima dan menyembuhkan mereka. Untuk itu Yesus menyuruh mereka untuk pergi dan memperlihatkan diri mereka kepada para imam. Mengapa Yesus menyuruh mereka untuk berjumpa dengan para imam? Karena pada saat itu mereka sudah tersingkir dalam masyarakat social, tidak ikut dalam tugas peribadatan karena dianggap najis. Sekarang mereka akan menjadi tahir dan boleh bergabung dengan jemaat lain yang sehat. Mereka harus menunjukkan diri di depoan imam dan publik supaya diteria kembali.
Yesus pun menyembuhkan mereka ketika mereka sedang dalam perjalanan untuk menunjukkan diri mereka di hadapan imam. Ketika menyadari bahwa mereka sudah sembuh, salah seorang di antara mereka yakni orang Samaria kembali lalu tersungkur di hadapan Yesus. Ia bersyukur dan memuliakan Allah karena keselamatan yang diterima melalui Yesus sang Putera. Sembilan orang Yahudi tidak mengucapkan terima kasih kepada Yesus. Mereka merasa diri sebagai orang Yahudi maka keselamatan itu gratis, menjadi hak mereka dan tak perlu bersyukur. Tuhan Yesus memandang orang Samaria dengan kasih dan berkata: “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.”
Kisah Injil ini memang sangat menarik. Yesus sebelum masuk
ke Yerusalem, Ia menyusur perbatasan Samaria dan Galilea. Orang-orang Samaria dan Yahudi saling bermusuhan. Namun kehadiran Yesus kiranya mempersatukan mereka yang sedang bermusuhan. Apalagi Yesus pada saat itu dalam perjalanan menuju ke Yerusalem untuk mewujudkan rencana keselamatan Bapa bagi umat manusia. Maka misi Yesus adalah mempersatukan dan menyembuhkan semua orang. Dengan demikian segala ujung bumi dapat melihat keselamatan yang datang dari Tuhan Allah. Hal menarik lainnya adalah dari sepuluh orang kusta hanya orang Samaria yang tahu berterima kasih. Memang mereka sama-sama berinisiatif untuk mendekati Yesus tetapi pada akhirnya orang yang di anggap berasal dari luar komunitas yang datang dan bersyukur. Orang luar komunitas ternyata lebih beriman dari pada mereka yang sehari-hari mengakui dirinya beriman.
Orang Samaria yang sakit kusta, disembuhkan dan berterima kasih kepada Yesus itu mirip dengan Naaman, panglima raja Aram. Ketika Naaman sadar bahwa kulitnya berubah, mengalami sakit kusta maka ia memohon petunjuk kepada abdi Tuhan yakni Elisa. Elisa menyuruhnya untuk membenamkan dirinya ke dalam air sungai Yordan sebanyak tujuh kali. Ia pun memperoleh kesembuhan dan memuliakan Allah Israel serta ingin mempersembahkan persembahan. Tetapi Elisa menolak persembahan itu. Naaman akhirnya berjanji untuk memberikan persembahan kepada Allah Israel. Luar biasa karena orang bukan Yahudi menunjukkan iman mereka kepada Yahwe. Sekali lagi, segala ujung bumi melihat keselamatan yang datang dari Allah. Orang bukan Yahudi pun mengimani Allah. Naaman bersyukur karena karya agung Allah juga ia rasakan!
St. Paulus dalam bacaan kedua mengatakan bahwa Tuhan menyelamatkan semua orang. Warta keselamatan di dalam Injil hendaknya disebarluaskan kepada semua orang oleh para pengikutNya. Untuk itu semua orang dipanggil untuk bersatu dengan Kristus. Paulus yakin dan percaya pada pewartaannya bahwa Yesus sudah wafat dan telah bangkit dari antara orang mati. Dengan penderitaan yang dialaminya, ia percaya bahwa banyak orang akan diselamatkan dan mengalami kemuliaan Allah. Dengan tegas Paulus berkata: “Benarlah perkataan ini: “Jika kita mati dengan Dia, kitapun akan hidup dengan Dia; jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia, Diapun akan menyangkal kita. Jika kita tidak setia, Dia tetap setia, karena Dia tidak dapat menyangkal diri-Nya.”
Sabda Tuhan pada hari ini memiliki makna yang sangat mendalam. Hidup kristiani akan semakin bermakna kalau kita selalu mencari Tuhan, menemukanNya dan tinggal bersamaNya. Kita juga tidak harus memandang status quo keselamatan sebagai milik kita. Orang-orang yang tidak seiman dengan kita dapat berubah cara pandangnya ketika melihat segala perbuatan baik, pelayanan yang sungguh-sungguh kepada Tuhan dan sesama tanpa memandang siapakah orang yang dilayani. Rasa syukur dan terima kasih juga hendaknya dimiliki setiap orang. Banyak kali orang lupa berterima kasih kepada Tuhan dan sesama. Orang yang sungguh-sungguh beriman akan selalu bersyukur dan berterima kasih.
Doa: Tuhan, bukalah mata kami untuk melihat keselamatan yang datang dari padaMu. Amen