Hari Senin, Pekan Biasa XIV
Kej. 28:10-22a
Mzm. 91:1-2,3-4,14-15ab
Mat. 9:18-26
Iman menyelamatkanku!
Ada seorang bapa yang menceritakan pengalamannya tentang bagaimana Tuhan bekerja dan meluputkannya dari bahaya yang mengancamnya. Ketika itu ada gempa bumi sehingga banyak rumah di kampung itu hancur. Dia sedang tidur pulas saat rumahnya roboh. Ketika terbangun ia melihat kamarnya begitu gelap, sempit, laksana sebuah gua di hutan. Ia hanya berdiam di tempat yang sempit itu sambil menunggu bala bantuan. Selama berada di bawah reruntuhan, ia hanya berdoa dan berpasrah supaya Tuhan bisa memberinya yang terbaik. Setelah tiga hari ia baru bisa diselamatkan oleh masyarakat setempat. Ia merasakan suasana gelap gulita berubah menjadi terang yang membawa kegembiraan baginya. Ia mengakui bahwa doa dan iman telah memiliki kekuatan yang menyelamatkannya. Ia bersyukur kepada Tuhan atas segala perlindungan-Nya. Banyak di antara kita yang memiliki pengalaman-pengalaman unik, bisa luput dari bahaya maut, sembuh dari sakit yang mengherankan team dokter. Tuhan memang memiliki kuasa atas segalanya, mukjizat dibuatnya untuk meyakinkan manusia supaya lebih beriman kepada-Nya.
Penginjil Matius menghadirkan dua kisah yang menunjukkan kepada kita pribadi-pribadi yang beriman kepada Tuhan. Iman itu bisa menyelamatkan manusia:
Pertama, seorang kepala rumah ibadat bernama Yairus. Ia datang kepada Yesus dengan sebuah persoalan hidup yang besar yaitu putrinya meninggal dunia. Ia mungkin sering mendengar tentang Yesus dan ia percaya bahwa Yesus bisa melakukan yang terbaik bagi putrinya. Ia berkata: “Anakku perempuan baru saja meninggal, tetapi datanglah dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, maka ia akan hidup.” (Mat 9:18). Reaksi Yesus adalah Ia bangun dan bersama para murid-Nya mengikuti kepala rumah ibadat itu. Yesus membahasakan kematian dengan kata “tidur”. Ia memegang tangan anak itu dan membangunkannya. Anak itu pun bangkit. Ia mengalami hidup kembali dan suatu saat akan meninggal dunia lagi.
Pada kisah kebangkitan putri kepala rumah ibadat ini, kita melihat bahwa kepala rumah ibadat itu memiliki iman yang besar kepada Tuhan. Ia percaya bahwa Tuhan akan melakukan karya-karya besar di dalam keluarganya. Mukjizat pun terjadi, anaknya bangkit, keluarganya bahagia. Namun reaksi orang kebanyakan saat itu adalah menertawakan Yesus karena mereka melihat bahwa anak itu sudah mati. Lihatlah bahwa di mata manusia ada kematian, keterpurukan, kefanaan tetapi di mata Tuhan ada kasih yang menghidupkan, ada belas kasih dan pengampunan yang berlimpah. Ada juga yang hanya terpesona karena mukjizat yang dilakukan Tuhan Yesus tetapi mereka sendiri belum mengimani-Nya.
Kedua, seorang wanita yang mengalami sakit pendarahan selama duabelas tahun. Ia mendengar Yesus dan ingin berjumpa dengan-Nya tetapi wanita itu belum terlalu berani. Ia sudah mencari banyak tabib tetapi tidak berhasil disembuhkan. Ia juga sebenarnya malu dengan Yesus tetapi ia percaya bahwa Tuhan Yesus pasti menyembuhkannya. Ketika Tuhan Yesus lewat di situ ia bertekad untuk menjamah ujung jubah Yesus. Baginya pakaian Tuhan Yesus ini pasti memberi daya menyembuhkan. Maka Yesus berkata: “Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau.” (Mat 9:22). Maka sejak saat itu sembuhlah perempuan itu karena ia mengimani Yesus.
Kedua kisah ini menarik perhatian kita semua. Tuhan Yesus mau menunjukkan ke-Allahan-Nya bagi manusia. Ke-Allahan-Nya ditunjukkan-Nya dengan menyembuhkan seorang ibu yang sakit pendarahan dan membangkitkan anak perempuan Yairus. Kedua peristiwa iman ini hendaknya menjadi kekuatan bagi kita untuk siap menolong sahabat-sahabat yang membutuhkan. Kita percaya bahwa Tuhan sendiri hadir di mana-mana dan pertolongan-Nya selalu datang tepat pada waktunya. Ia sudah membuktikannya dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan Tuhan Allah.
Di dalam bacaan pertama kita mendengar kisah pengalaman iman Yakub bersama Yahwe. Kita semua sudah mendengar bagaimana Ribka membantu Yakub untuk menerima berkat kesulungan dari Ishak ayahnya. Sejak saat itu Yakub berjalan bersama Tuhan. Diceritakan bahwa ia berangkat dari Bersyeba ke Haran. Pada malam harinya ia mengambil batu sebagai alas kepalanya saat tidur. Ia bermimpi melihat sebuah tangga yang berdiri di bumi dan ujungnya di langit. Ia juga melihat malaikat-malaikat Tuhan turun dan naik melalui tangga itu. Tuhan menampakkan diri kepadanya dan memberikan janji-janji kepadanya. Tuhan berkata: “Akulah Tuhan, Allah Abraham, nenekmu, dan Allah Ishak; tanah tempat engkau berbaring ini akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu. Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya, dan engkau akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara dan selatan, dan olehmu serta keturunanmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat. Sesungguhnya Aku menyertai engkau dan Aku akan melindungi engkau, ke manapun engkau pergi, dan Aku akan membawa engkau kembali ke negeri ini, sebab Aku tidak akan meninggalkan engkau, melainkan tetap melakukan apa yang Kujanjikan kepadamu.” (Kej 28:13-15).
Yakub terbangun, merenung kembali mimpinya dan mengakui keberadaan Tuhan di tempat yang nantinya disebut Betel. Ia berkata: “Sesungguhnya Tuhan ada di tempat ini, dan aku tidak mengetahuinya.” (Kej 28:16). Dalam suasana ketakutan, ia berkata: “Alangkah dahsyatnya tempat ini. Ini tidak lain dari rumah Allah, ini pintu gerbang sorga.” (Kej 28:17). Sebagai ungkapan syukur atas mimpi dan penglihatannya ini maka pada keesokan harinya pagi-pagi Yakub mengambil batu yang dipakainya sebagai alas kepala dan mendirikan itu menjadi tugu dan menuang minyak ke atasnya. Tempat ini menjadi tanda hadirnya Tuhan dalam hidup manusia. Kehadiran-Nya dirasakan oleh Yakub dan keturunannya.
Yakub juga bernazar untuk menjawabi janji-janji Tuhan kepadanya: “Jika Allah akan menyertai dan akan melindungi aku di jalan yang kutempuh ini, memberikan kepadaku roti untuk dimakan dan pakaian untuk dipakai, sehingga aku selamat kembali ke rumah ayahku, maka Tuhan akan menjadi Allahku. Dan batu yang kudirikan sebagai tugu ini akan menjadi rumah Allah. Dari segala sesuatu yang Engkau berikan kepadaku akan selalu kupersembahkan sepersepuluh kepada-Mu.” (Kej 28:20-22).
Sabda Tuhan pada hari ini membantu kita untuk merasakan kehadiran Tuhan sebagai gunung batu dan keselamatan. Tuhan adalah gunung batu yang menopang iman kita untuk merasakan keselamatan yang datang dari Tuhan.
PJSDB