Meskipun perintah pertama Tuhan kepada Yunus gagal karena Yunus menjauhkan dirinya dari Tuhan, namun Tuhan masih menunjukkan kesabaranNya. Untuk kedua kalinya Tuhan menyuruh Yunus untuk bangun dan berangkat. Ini sebuah komando yang sifatnya imperative kategoris. Yunus memahami perintah Tuhan dan kali ini ia mengikutinya. Ketika tiba di Niniwe, ia menyerukan pertobatan dengan berkata: “Empat puluh hari lagi maka Niniwe akan dijungkirbalikkan”. Orang-orang Niniwe yang mendengar warta pertobatan ini menunjukkan perkabungannya. Raja mengenakkan kain kabung dan duduk di atas abu. Ia meminta kepada seluruh rakyat untuk berpuasa dan mengenakkan kain kabung. Semua ternak juga berpuasa. Dengan melakukan pertobatan masal ini maka Niniwe terlepas dari hukuman Tuhan. Semua penduduknya berbalik kepada Allah. Tuhan Allah pun menyesal terhadap rencana untuk memusnahkan mereka.
Warta pertobatan juga didengar oleh semua orang karena Tuhan sendiri bekerja di dalam Yunus. Raja Niniwe adalah teladan dan motivator bagi seluruh negeri. Dialah yang memerintahkan perkabungan dan menunjukkannya dengan mengoyakkan jubahnya, mengenakkan kain kabung dan duduk di atas abu. Semua orang bahkan ternak juga diajak bertobat. Gerakan pertobatan masal seperti ini membuat hati Tuhan juga menyesal. Tuhan yang tadinya mau menunjukkan murkanya mengatakan penyesalan karena sudah terlanjur merancang penghancuran Niniwe. Kita pun dapat mempertobatkan sesama kalau kita sendiri sudah melakukan dan merasakan pertobatan. Kita merasa bahwa Tuhan maharahim dan mengasihi kita apa adanya. Dengan demikian kita juga melakukan hal yang sama kepada orang lain.
Di dalam bacaan Injil, kita bertemu dengan Yesus yang sedang dalam perjalanan ke Yerusalem dan singgah di rumah Martha. Martha memiliki saudari bernama Maria dan saudara bernama Lazarus. Nama Martha berarti Nyonya yang empunya rumah atau ibu rumah tangga. Maka wajarlah ketika ada tamu yang datang ia pasti menyibukkan dirinya untuk melayani. Ia akan mengerahkan segala kekuatan untuk melakukan yang terbaik bagi para tamu atau siapa saja yang datang ke rumahnya. Hal ini ditunjukkannya ketika ia sibuk menyiapkan segala sesuatu untuk melayani Yesus dan murid-muridNya. Martha memiliki banyak urusan, pikirannya kacau sehingga menyusahkan dirinya. Ia berpikir bahwa makanan dan minuman itu seolah-olah merupakan hal esensial dalam kun jungan Tuhan. Kecemasan yang berlebihan dapan menghimpit pertumbuhan iman.
Berbeda dengan Maria. Maria berarti “dia memiliki kasih yang besar”. Ia duduk di dekat kaki Yesus dan mendengar semua perkataan yang keluar dari mulut Yesus. Yesus bahkan mengatakan bahwa Maria memilih yang terbaik yang tidak akan diambil dari padanya. Maria mendengar Sabda, menyimpan di dalam hati dan melakukannya dalam ketekunan. Jadi kasih kepada Tuhan bukan menyangkut perasaan kasih tetapi kemampuan untuk mendengar, menyimpan dan melaksanakan SabdaNya.
Tentu saja Yesus tidak bermaksud memojokkan Martha sebagai Nyonya rumah dan lebih memihak Maria. Kedua sahabat Yesus ini melayani Tuhan dengan cara yang berbeda-beda. Martha menunjukkan cintanya kepada Tuhan dengan sibuk melayani dalam wujud karya nyata. Maria melayani Tuhan dengan kasihnya, kemampuannya untuk mendengar Tuhan. Kita pun melayani Tuhan dengan cara-cara tertentu. Hal yang kiranya perlu kita perhatikan adalah tidak menyibukan diri sampai melupakan Tuhan yang seharusnya kita layani. Kamu dipanggil untuk melayani maka layanilah dengan tulus ikhlas.
Doa: Tuhan, terima kasih atas anugerah pertobatan yang Engkau limpahkan kepada kami. Amen.
PJSDB