Sabtu Pekan Paskah V
Kis 16:1-10
Mzm 100: 2-3.5
Yoh 15:18-21
Membenci atau mengasihi?
Ada seorang sahabat yang bertanya kepadaku, “Mengapa orang-orang yang menjadi sasaran kebencian adalah orang-orang yang baik?” Dia melanjutkan dengan komentar, “Orang-orang yang melakukan perbuatan jahat selalu melawan orang-orang yang baik. Jarang sekali orang jahat berbuat jahat melawan orang jahat.” Saya merenungkan pertanyaan sekaligus pernyataan sahabat ini dan pikiran saya langsung kepada Tuhan Yesus yang berkeliling dan berbuat baik tetapi selalu dilawan oleh orang-orang Farisi dan para imam kepala. Para pengikut Yesus dari Nazaret pu mengalami hal yang sama. Ada penolakan tertentu, mengalami diskriminasi dalam beribadah, dan hal-hal lain yang melanggar hak hidupnya sebagai orang beriman.
Pengalaman Gereja masa kini tidak jauh dari pengalaman Yesus. Dalam amanat perpisahanNya, misalnya, Yesus berkata, “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia terlebih dahulu membenci Aku. Aku telah memilih kamu dari dunia maka dunia membenci kamu. Mereka telah menganiaya Aku maka mereka juga menganiaya kamu.” Kata-kata Yesus ini menandakan persekutuan yang erat antara Yesus dan orang-orang yang percaya kepadaNya. Dia juga sudah berkata, “Barangsiapa menuruti FirmanKu maka ia akan tinggal di dalam kasihKu.” Ia tinggal di dalam kasih Tuhan Yesus bukan tinggal di dalam dunia. Apa yang harus diperbuat? Ketaatan dalam Roh akan Firman dan perintah-perintah Tuhan.
Karena ketaatan dalam Roh dan didorong oleh kasih Tuhan Yesus membuat Paulus berkeliling untuk mewartakan Injil dan mensosialisasikan hasil Konsili Pertama di Yerusalem. Ia tidak berjalan sendiri tetapi membutuhkan teman seperjalanan. Silas dan Timotius adalah team kerja Paulus dalam perjalanan Misioner ini. Banyak daerah yang menjadi tujuan evangeliasi. di Troas, Paulus mengalami penglihatan di mana orang Makedonia memanggil Paulus untuk menyeberang kesana dan menolong mereka. Pertolongan yang dimaksudkan adalah mewartakan Injil. Tentu saja banyak orang menjadi percaya pada pewartaan Paulus. Apakah perjalanan Misioner Paulus ini berjalan mulus? Ternyata tidak mulus! Ia mengalami banyak kesulitan dalam mewartakan Injil. Ia juga dibenci oleh banyak orang dan dimasukan ke dalam penjara.
Sabda Tuhan membuka pikiran kita bahwa menjadi murid Kristus berarti siap menyerupai Kristus sendiri. Dia menderita, dicela dan dibenci maka kita yang mengikutiNyapun akan mengalami pengalaman yang sama. Namun demikian, bedanya adalah Yesus tidak pernah membalas kebencian dengan kebencian. Dia justru membalasnya dengan kasih dan pengampunan. Ini adalah tantangan bagi kita: Apakah kita dapat membalas kebencian dengan cinta kasih? Ia sendiri berkata, “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.” (Mt 5:44). Bagaimana dengan anda?
Kita juga terdorong untuk memajukan sikap kerjasama sebagai satu team. Paulus merasa bahwa tugas evangelisasi tidak dapat dilakukan sendiri, meskipun ia sadar bahwa Roh Yesus selalu menyertainya. Maka ia memilih Timoteus (orang Yunani) menjadi teman seperjalanan dalam karya evangelisasi. Misi untuk mewartakan Injil tidak memandang dari bangsa atau suku mana asal orang itu tetapi bahwa semua orang punya tugas panggilan yang sama untuk mewartakan Injil. Apakah dalam hidup menggereja, kita juga mewujudkan kerjasama aktif atau justru hanya sebagai single fighter? Biarkanlah Roh Yesus bekerja dalam karya kerasulan kita.
Doa: Tuhan, terima kasih atas segalah pengalaman dibenci dan dicaci karena namaMu. Kami percaya upah pasti besar menanti kami di Surga karena kesetiaan kami sebagai sahabat-sahabatMu. Amen.
PJSDB