Rabu Oktaf Paskah
Kis 3:1-10
Mzm 105: 1-4.6-9
Luk 24 13-35
“Tinggalah serta kami, ya Tuhan” (Luk 24:29)
Kemartiran Yesus membuat banyak orang kecewa dan kembali ke kampung halaman mereka. Mereka mengalami semua karya besar Allah yang dilakukan Yesus. Pekerjaan-pekerjaan Bapa yang ajaib dirasakan, pengajaran yang penuh kuasa dan wibawa. Bahkan harapan untuk menjadi seorang leader politik yang handal untuk dapat mengusir kaum Romawi yang sedang menjajah mereka. Tentu saja cita-cita ini sangat manusiawi tetapi bagi orang pada zaman itu, Yesus patut diperhitungkan karena Ia memiliki banyak pengikut dari Galilea hingga Yudea.
Di sini kelihatan bagaimana interaksi dan pola relasi antara para rasul dan Yesus sangat manusiawi. Artinya para rasul itu memiliki pandangan yang manusiwi tentang Yesus. Mungkin karena setiap hari mereka tinggal bersamaNya dan lupa bahwa yang ada bersama mereka adalah Allah yang benar. Berbagai kekecewaan yang dirasakan oleh para murid dan aneka ketakutan juga perasaan kehilangan Yesus menunjukkann sikap manusiawi ini. Kedua murid dalam perjalan ke Emaus adalah contoh nyata bagaimana mereka jujur di hadapan Yesus yang bangkit mulia dan sedang menemani perjalanan mereka. Kedua murid itu berkata, “Kami berharap bahwa Dialah yang membebaskan Israel” (Luk 24: 21), ternyata harapan mereka kandas karena peristiwa penyaliban dan wafatNya.
Hal yang menarik dari Bacaan Injil hari ini adalah penyertaan Yesus bagi orang yang mengalami kegelisahan hidup. Yesus berjalan bersama kedua murid. Ia bersoal jawab tentang diriNya sendiri dengan kedua murid yang belum mengenalNya serta menjelaskan seluruh isi Kitab suci tentang diriNya. Dengan penjelasan sederhana bahkan teguran yang keras misalnya, “lamban hati untuk percaya pada para nabi” Ia mendampingi perjalanan kedua murid itu. Mereka akhirnya tiba di Emaus dan memohon kepada Yesus untuk tinggal bersama mereka. Mereka berkata, “Mane Nobiscum Domine!”, atau “Tinggalah serta kami ya Tuhan!”. Mereka mengenal Yesus pada saat Ia memecah roti dan membagikannya kepada mereka. Kedua murid yang hatinya berkobar-kobar itu kembali lagi ke Yerusalem untuk bersaksi bahwa Yesus sudah bangkit.
Pengalaman kebangkitan juga dialami oleh para Rasul. Kebangkitan Kristus menjadi kebanggaan tersendiri dalam pewartaan mereka. Ketika Petrus dan Yohanes siap untuk berdoa, mereka melihat seorang yang lumpuh dan sedang mengemis. Petrus berkata, “Emas dan perak tidak kumiliki, tetapi dalam nama Yesus, berjalanlah!” Orang itu dapat berjalan dan memuliakan Allah. Ini adalah model kesaksian yang benar. Yesus yang kita iman bukan hanya untuk diri kita tetapi kita bagikan kepada orang lain supaya mereka juga percaya dan mencintaiNya.
Sabda Tuhan hari ini membuat kita menyadari penyertaan Tuhan yang terus menerus di dalam hidup kita. Dia tidak pernah berhenti mendampingi kita. Dalam suasana hidup yang penuh perjuangan atau pergumulan ini, Dia selalu hadir. Ia menguatkan dan meneguhkan. Sikap Yesus ini mendorong kita untuk melakukannya yang sama di dalam hidup. Anak-anak muda perlu pendampingan seperti yang Yesus lakukan. Oleh karena itu sebagai pendidik dan orang tua, jangan pernah lelah atau berhenti mendampingi anak-anak. Itu adalah tugasmu sebagai pendidik bagi mereka. Dengan iman yang matang kepada Yesus, kita juga dapat melakukan apa saja yang baik bagi sesama. Nama Yesus, nama yang indah, nama yang sungguh menyelamatkan. Terima kasih Tuhan Yesus karena namaMu juga menyelamatkan kami. Tinggalah serta kami, ya Tuhan.
PJSDB