Hari Senin Pekan Suci
Yes 42:1-7
Mzm 27:1.2.3.13-14
Yoh 12:1-11
“Bau Minyak itu semerbak memenuhi seluruh rumah”
Kita berada di pekan suci. Selama tiga hari pertama yakni Senin, Selasa dan Rabu permenungan kita terfokus pada figur hamba yang menderita dalam Kitab Nabi Yesaya. Umat Gereja perdana menyamakan figur hamba yang menderita ini dengan Yesus sendiri. Utusan Tuhan ini rendah hati, bersahaja dan sahabat bagi kaum miskin dan yang terbuang. Hamba yang menderita ini juga kuat, teguh dan tidak mudah menyerah dalam memperjuangkan keadilan.
Tuhan bernubuat melalui Nabi Yesaya: “Lihat, itu hambaKu yang Kupegang, orang pilihanKu yang kepadanya Aku berkenan. Aku telah menaruh RohKu ke atasnya supaya ia menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suaranya atau memperdengarkan suaranya di jalan.” (Yes 42:1-2). Kata-kata ini menunjukkan kemiripan dengan apa yang dikatakan sendiri oleh Bapa di surga sebagai sebuah kesaksian: “Inilah Anak yang Kukasihi kepadaNya Aku berkenan” Tuhan juga tidak menghancurkan mereka yang kecil, lemah dan cacat. Mereka ini adalah sahabat Tuhan. Mereka ini seperti “Buluh yang patah terkulai yang tidak akan diputuskannya, dan sumbuh yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia akan menyatakan hukum. Ia sendiri tidak akan menjadi pudar dan tidak akan pata terkulai, sampai ia menegakan hukum di bumi; segala pulau mengharapkan pengajarannya”. (Yes 42: 3-4).
Hamba Tuhan juga dipanggil untuk tugas penyelamatan, menjadi terang bagi bangsa-bangsa, menyembuhkan mereka yang buta, membebaskan para tawanan serta mengeluarkan mereka yang duduk dalam kegelapan. Tugas mulia Hamba Tuhan yang menderita ini disempurnakan oleh Yesus. Tugas kenabian yang Dia lakukan dihiasi dengan penderitaanNya. Dalam Injil, Ia sendiri mengatakan tentang hari penguburan dan kemuliaanNya. PerkataanNya ini diperkuat oleh rencana pembunuhan terhadap diriNya yang dilakukan oleh para imam kepala karena Ia membangkitkan Lazarus dan banyak orang menjadi percaya kepadaNya.
Pengorbanan Yesus ini ibarat minyak narwastu mahal yang dipakai Maria untuk membasuhNya sehingga baunya memenuhi seluruh rumah. Bau minyak narwastu adalah simbol semua kebajikan dan pengorbanan Yesus bagi kita setiap hari. Dari situ kita belajar sehingga diharapkan bahwa semua perbuatan dan tutur kata kita menjadi terang bagi sesama di dalam kegelapan. Semua pengorbanan diri setiap hari juga menjadi tanda yang menguatkan bagi sesama.
Hidup kita semakin bermakna ketika kita belajar dan memiliki semangat untuk berkorban bagi kebaikan sesama. Hamba Tuhan yang menderita sangat menguatkan kita di saat-saat yang sulit, atau situasi yang membutuhkan pengorbanan diri. Misalnya pada saat kita merasa seperti bulu yang patah terkulai dan sumbuh yang pudar nyalanya. Kita butuh Yesus untuk menguatkan dan menyelamatkan. Sebagai jawaban pasti dari pihak kita adalah melakukan kebajikan-kebajikan dan nilai Injil Kristus kepada sesama. Dari situ kita akan seperti minyak narwastu yang menghasilkan bau yang memenuhi seluruh rumah. Apakah kita kuat dan bertahan? Atau justeru seperti buluh yang patah terkulai dan sumbuh yang sudah mulai pudar? Bertahanlah selamanya karena Yesus di pihak kita.
Doa: Tuhan adalah terang dan keselamatanku.
PJSDB