Pesta Bertobatnya St Paulus
Kis. 22:3-16
Mzm. 117:1,2
Mrk. 16:15-18.
Aku harus mewartakan Injil!
Saya pernah berjumpa dengan seorang tokoh awam di sebuah Paroki. Ia sangat aktif mengorganisir berbagai kegiatan di Gereja parokinya. Karena keaktifannya ini maka Pastor Parokinya selalu mempercayakan banyak tugas pelayanan yang bisa dilakukannya sebagai seorang awam katolik di paroki itu. Hasil pelayanannya selalu bagus dan umat paroki juga percaya dan mengasihinya. Setelah misa bersama di gereja paroki, ia mengajak saya untuk makan bersama di sebuah restoran. Ini menjadi kesempatan baginya untuk menceritakan masa lalunya sebelum menjadi aktivis Gereja kepadaku. Ia mengatakan bahwa banyak orang kudus berjumpa dengan Tuhan setelah mereka jatuh dalam dosa. Demikian juga dirinya. Ia selama bertahun-tahun hidup dalam kegelapan, melakukan dosa kecil sampai dosa besar, merasa tidak layak di hadapan Tuhan. Tetapi Tuhan sungguh baik. Ia merasa dipulihkan, menjauh dari perbuatan salah dan dosa dan berbalik kepada Tuhan. Ia mengakui bahwa hanya bersama Tuhan saja hatinya terasa tetang dan damai. Saya mendengar sharingnya dan percaya bahwa apa yang diungkapkannya itu benar adanya. Tuhan mengubah hidup orang dari dalam dirinya dan ketika orang itu berubah, ia juga bisa mengubah hidup orang lain.
Pada hari ini kita merayakan pesta pertobatan St. Paulus. Ia berubah dari Saulus menjadi Paulus. Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, ia membagi pengalaman masa lalunya: “Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya Jemaat Allah. Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.” (1Kor 15:9-10). Perkataan Paulus ini diungkapkan lama setelah ia bertobat. Ia sungguh mengenal dirinya dengan segala kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya sebelum mengenal Kristus.
Pengalaman pertobatan Saulus menjadi Paulus diceritakannya sendiri dalam Kisah Para Rasul, khususnya dalam Kis 9:1-31; 22:1-22 dan 26: 9-24). Ketiga kisah ini menggambarkan bagaimana Paulus jujur dan tulus mendengar panggilan Tuhan dan mengikuti-Nya secara radikal. Ia mengakui dirinya sebagai orang Yahudi, kelahiran Tarsus di tanah Kilikia dan dibesarkan di Yerusalem. Ia mendapat pendidikan Alkitabiah yang luar biasa dari Gamaliel sehingga ia mengakui dirinya sebagai pelayan yang ulet bagi Tuhan. Selama beberapa saat ia mengaku menganiaya para pengikut Kristus, ada yang dibunuhnya dan ada juga yang dipenjarakan. Para pemimpin Yahudi mengetahui semua kegiatan Paulus. Dia sendiri memiliki surat khusus untuk menangkap dan menganiaya serta memenjarakan para pengikut Yesus dari Nazaret.
Manusia boleh merencanakan tetapi Tuhan yang memiliki kuasa. Tuhan mahabaik maka Dia mengubah segala kejahatan dengan kebaikan-Nya. Paulus mengalaminya sendiri. Dalam perjalanan ke Damsyik untuk melanjutkan tindakan kekerasan terhadap para pengikut Yesus dari Nazaret, ia mendapatkan cahaya yang menyilaukan dari langit. Iapun terjatuh dan mendengar suara: “Saulus, Saulus, mengapakah engkau menganiaya Aku?” Pada waktu itu Saulus menanyakan siapakah Dia yang sedang memanggil namanya itu. Ia mendengar suara yang berkata: “Akulah Yesus, orang Nazaret, yang kauaniaya itu.” Saulus bertanya kepada suara itu tentang apa yang akan diperbuatnya. Ia lalu diberi petunjuk untuk pergi ke Damsyik supaya menerima perutusan baru.
Sebuah tanda diberikan kepadanya. Ia dibutakan untuk sementara waktu, kemudian Tuhan membuka matanya dengan perantaraan Ananias. Ananias berkata kepada Saulus: “Saulus, saudaraku, bukalah matamu dan melihatlah!” (Kis 22:13). Saulus sembuh. Ia bisa melihat kembali. Ananias melanjutkan perkataannya: “Allah nenek moyang kita telah menetapkan engkau untuk mengetahui kehendak-Nya, untuk melihat Yang Benar dan untuk mendengar suara yang keluar dari mulut-Nya. Sebab engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang tentang apa yang kaulihat dan yang kaudengar. Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!” (Kis 22:14-16).
Paulus membagi pengalaman panggilannya dengan terbuka. Tujuannya adalah supaya kita bisa belajar untuk hidup sebagai orang yang jujur di hadapan Tuhan. Kita jujur kepada Tuhan seperti Saulus yang membukan dirinya dan membiarkan Tuhan mengubah hidupnya dari dalam. Sebagai balasannya kepada Tuhan Yesus, ia siap untuk melakukan perjalanan misionernya sebanyak tiga kali supaya mewartakan Injil. Ia pernah berkata: “Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil.” (1Kor 9:16). Apakah ada upah menginjil bagi Paulus? Ia sendiri berkata: “Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil. Sungguhpun aku bebas terhadap semua orang, aku menjadikan diriku hamba dari semua orang, supaya aku boleh memenangkan sebanyak mungkin orang.” (1Kor 9:18-19).
Tuhan Yesus sebelum naik ke Surga, Ia memberi komando kepada para murid-Nya: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk. Siapa yang percaya dan dibaptis akan diselamatkan, tetapi siapa yang tidak percaya akan dihukum.” (Mrk 16:16). Nah, Tuhan Yesus memberi komando kepada para murid dan mereka siap untuk melakukan perintah Yesus dengan sempurna. Dampak pewartaan adalah keselamatan bagi mereka yang percaya dan hukuman bagi mereka yang tidak percaya. Orang-orang percaya yang memperoleh keselamatan merasakan tanda-tanda ini: mereka akan mengusir setan-setan demi nama Yesus, mereka akan berbicara dalam bahasa-bahasa yang baru bagi mereka, mereka akan memegang ular, dan sekalipun mereka minum racun maut, mereka tidak akan mendapat celaka; mereka akan meletakkan tangannya atas orang sakit, dan orang itu akan sembuh. (Mrk 16:17-18).
St. Paulus dalam perjalanan misionernya, ia melakukan segala kehendak Tuhan. Tuhan Yesus berkata: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” (Mrk 16:16). Perkataan Yesus ini dilakukan dengan sempurna oleh Paulus dalam ketiga perjalanan misionernya. Ia mendapat banyak penganiayaan, penolakan, bahkan hingga wafat sebagai martir karena cintanya kepada Yesus Kristus. Pada hari ini kita terinspirasi oleh kehidupan Paulus. Setiap orang memiliki masa lalu tetapi masa lalu mendidiknya untuk berubah menjadi lebih baik. Paulus mengalaminya. Kita pun dipanggil untuk bertobat dan hidup dalam Kristus Tuhan.
PJSDB