Tuhan, Apakah yang harus kuperbuat?
Salah seorang pembaca homili harianku berkomentar: “Santo Paulus tetaplah menjadi rasul dan misionaris agung dalam Gereja sepanjang masa.” Saya mengatakan kepadanya bahwa hampir semua orang yang mendalami kehidupan Santo Paulus mengatakan hal yang sama. Ia mengenal dirinya dengan segala kelebihan dan kekurangannya di hadapan Tuhan dan sesama sezamannya. Ia tidak membanggakan dirinya sebagai orang pintar hasil didikan Gamaliel. Ia malah mengakui dirinya sebagai orang terakhir yang mengenal Tuhan Yesus Kristus. Tentang para saksi kebangkitan Yesus Kristus, ia berkata: “Dan yang paling akhir dari semuanya, Ia menampakkan diri juga kepadaku, sama seperti kepada anak yang lahir sebelum waktunya. Karena aku adalah yang paling hina dari semua rasul, sebab aku telah menganiaya jemaat Allah.” (1Kor 15:8-9).
Paulus menjadi buta ketika berjumpa dengan Kristus dalam perjalanan ke Damsyik. Ini adalah rencana Tuhan baginya. Ia sebelumnya memang sudah buta secara rohani dengan menganiaya begitu banyak pengikut Yesus Kristus. Kali ini Tuhan Yesus adalah terang dunia. Terang-Nya yang menyilaukan untuk menghalau kegelapan hidup Saulus supaya bisa merasakan terang sejati sebagai Paulus. Ia menjadi buta secara rohani dan jasmani sehingga benar-benar berjumpa dengan terang dan menjadi baru. Ia membuka dirinya dengan bertanya: “Tuhan, apakah yang harus kuperbuat?” (Kis 22:10). Tuhan menyuruhnya untuk pergi ke Damsyik dan di sana ia akan menerima perutusan barunya.
Tugas perutusan baru diberikan Tuhan melalui Ananias yakni: “Allah nenek moyang kita telah menetapkan engkau untuk mengetahui kehendak-Nya, untuk melihat Yang Benar dan untuk mendengar suara yang keluar dari mulut-Nya. Sebab engkau harus menjadi saksi-Nya terhadap semua orang tentang apa yang kaulihat dan yang kaudengar. Dan sekarang, mengapa engkau masih ragu-ragu? Bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan sambil berseru kepada nama Tuhan!” (Kis 22:14-60.
Kita juga banyak kali melebihi Paulus dalam hal kebutaan jasmani dan rohani. Sebab itu, kita hendaknya membuka diri kepada Tuhan dan bertanya kepadanya: “Tuhan, apakah yang harus saya perbuat?” Biarkan Tuhan berbicara denganmu!
PJSDB