Puasa yang memuaskan
Empat hari pertama puasa kita berlalu. Besok, kita memasuki hari Minggu pekan pertama prapaskah yang biasa dikenal dengan nama pekan pencobaan, karena fokus permenungan kita dari sabda Tuhan adalah pada Tuhan Yesus anak Allah, yang penuh dengan Roh Kudus, mengalami pencobaan di padang gurun. Pencobaan-pencobaan yang dialami Yesus berhubungan dengan harta, kekuasaan dan popularitas. Tuhan Yesus berhasil melewati pencobaan iblis ini.
Tuhan Yesus mengalami pencobaan di padang gurun ketika Ia sedang berpuasa. Kita bisa membayangkan diri kita sendiri selama empat puluh hari dan empat puluh malam menjalani puasa. Aneka pencobaan akan datang silih berganti. Maka apakah sambil berpuasa kita bisa bertahan terhadap godaan iblis?
Terlepas dari seberapa besar kualitas pencobaan dari iblis kepada anda dan saya, masa puasa tetaplah menjadi kesempatan bagi kita untuk memurnikan diri kita, menguduskan diri kita di tempat di mana kita berada. Nabi Yesaya coba membantu kita untuk mengkongkretkan puasa kita dengan tepat.
Pertama, puasa berarti kita menjadi sesama dan saudara. Caranya adalah tidak mengenakan kuk kepada sesama, tidak menunjuk-nunjuk orang dengan tangan (menuduh) dan memfitnah. Ini menjadi kebiasaan anti persaudaraan sejati.
Kedua, puasa berarti terus beramal kasih. Kita perlu membantu orang-orang lapar dan haus, memuaskan hati kaum terundas. Beramal adalah perbuatan baik yang bisa membuat hidup kita laksana terang yang terbit dalam gelap dan kegelapan menjadi seperti rembang di tengah hari.
Ketiga, Puasa berarti setia kepada Tuhan dan melakukan segala perintah-Nya. Hanya dengan demikian Tuhan akan setia juga menuntun kita ke jalan yang benar.
Puasa bisa memuaskan hati kita karena kita menjadi suci dan murni, sesama kita juga demikian. Singkatnya, puasa membuat kita semakin menjadi manusia.
PJSDB