Hari Sabtu, Pekan Biasa XXV
Za 2:1-5.10-11a
Mzm (Yer): 31: 10.11-12ab.13
Luk 9: 43b-45
Siapakah Mesias bagi Petrus? Mesias dalam pikiran Petrus adalah seorang Mesias yang jaya dan agung, Mesias yang tidak akan mengalami suatu penderitaan apapun. Namun konsep Mesias menurut Oetrus ini tidak bertahan lama. Ternyata konsep Mesias yang menurut para Rasul bukanlah demikian dengan Mesias sebenarnya yang harus dihayati Yesus sendiri. BagiNya, Mesias yang benar adalah Dia yang menderita untuk keselamatan banyak orang. Nah, pikiran dan jalan Tuhan memang berbeda dengan yang dimiliki manusia. Manusia memikirkan hal-hal yang penuh kejayaan, Tuhan memikirkan penderitaan yang harus dialami Anak Manusia untuk membawa Penebusan yang berlimpah.
Pada hari ini Yesus mengatakan dengan terus terang kepada para murid bahwa Ia akan menderita padahal pada saat itu banyak orang masih terpesona dengan semua Sabda dan karya Yesus. Ia berkata: “Dengarlah dan camkanlah segala perkataanKu: Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia”. Semua orang tidak mengerti maksud Yesus. Yesus sudah tahu semua yang akan Dia alami selagi masih berada di dunia. Namun demikian, Ia tidak pernah memilih untuk mundur atau takut dengan segala penderitaan. Ia tetap berani dan memberi segalanya untuk keselamatan umat manusia.
Mengikuti Yesus memiliki konsekuensi yakni orang harus siap untuk masuk dalam Sekolah Penderitaan Yesus (SPY). Siap menderita demi kebaikan sesama yang lain. Apakah anda dan saya berani menyerupai Yesus Tuhan kita yang selalu siap untuk menderita bagi kita semua? Renungkan kata-kata Yesus ini: “Ikutlah Aku!” (Yoh 21:22). Mengikuti Yesus bukan hanya pada saat-saat senang-senang saja tetapi pada saat susah, saat menderita, saat di mana perlu pengorbanan diri yang lebih. Hidup Kristiani akan bermakna ketika kita sungguh-sungguh mengikuti jejak langkah Kristus. Ia memanggil, memilih dan menetapkan kita supaya berjalan mengikuti jejak kakiNya. Prinsip yang baik adalah: “There can be no share in God’s glory without the Cross”
Di dalam bacaan pertama, kita mendengar nubuat Zakharia yang menggambarkan keakraban Tuhan dan manusia. Ia sendiri bersabda: “Aku Zakharia, melayangkan mataku dan melihat”. Apa yang Zakharia lihat? Zakharia melihat seorang yang memegang tali pengukur. Ia mau mengukur panjang dan lebar Yerusalem. Yerusalem menjadi kota penting di mana Tuhan akan bersemayam di sana. Melalui Zakharia, Tuhan berjanji untuk memenuhi Yerusalem dengan kemuliaanNya. Untuk itu, Ia mengharapkan agar umat Israel bersorak sorai dan bersukaria karena Ia akan datang dan tinggal bersamanya. Tuhan akan tetap akrab dan bersatu dengan umat kesayanganNya.

