Mengambil batu untuk melempari Yesus
Tuhan Yesus menunjukkan diri-Nya sebagai Anak Allah. Ia berkata: “Aku dan Bapa adalah satu.” (Yoh 10:30). Perkataan Yesus ini menghujat Allah dalam pemikiran orang Yahudi. Sebab itu, reaksi mereka adalah mengambil batu untuk melempari Yesus. Ini merupakan sebuah sikap ironis mereka terhadap Yesus. Apabila orang-orang Yahudi mengenal siapa yang berdiri di hadapan mereka pastilah mereka sadar telah meminum dari batu karang rohani yang mengikuti mereka dan batu karang itu adalah Kristus (1Kor 10:4).
Orang-orang Yahudi yang saleh sedang berada di sekitar Bait Suci di Yerusalem. (Yoh 10:23). Mereka semua sedang merayakan pesta pentahbisan Bait Allah (Yoh 10:22). Ini merupakan kesempatan untuk pengudusan kembali dan pentabisan kembali Bait Allah. Mungkin saja pada kesempatan ini orang-orang Yahudi yang saleh memuji Allah sebagai “Gunung batu dan keselamatanku” (Mzm 62:3), sebagai gunung batu perlindunganku (Mzm 18:3).
Mereka menyanyikan puji-pujian “wadas yang lembut”, tetapi mereka sendiri memiliki “wadas yang keras” yaitu hati manusia (Yeh 36:26). Mereka memandang rendah gunung batu keselamatannya (Ul 32: 15). Mereka lupa bahwa batu wadaslah yang menciptakan mereka (Ul 32:18). Mereka berbicara dengan bertegang leher (Mzm 75:6) bahwa Yesus menghujat Allah sehingga harus dilempari dengan batu (Yoh 10:33).
Sebagaimana kita sedang memasuki pekan suci maka mari kita membawa hati kita yang keras kepada Tuhan dan memohon supaya Tuhan memberi hati yang baru yakni hati yang mencinta (Yeh 36:26). Mari kita membangun hidup kita di atas wadas perkasa (Mat 7:24). Tuhan Yesus adalah batu wadas dan keselamatan kita. Tetapi mengapa anda juga mengambil batu hendak melempari Yesus?
PJSDB