Hari Kamis, Pekan XXIV
Santo Dominikus Savio. Ia lahir pada tanggal 2 April 1842 dan meninggal dunia pada tanggal 9 Maret 1857.Orang kudus ini adalah hasil didikan St. Yohanes Bosco di oratorium. Dominikus laksana kain yang disiapkan untuk menjadi gaun yang indah bagi Tuhan di mana Don Bosco adalah penjahitnya. Dikisahkan bahwa ketika berjumpa dengan Don Bosco, ia bertanya kepadanya: “Bagaimana pendapatmu tentang aku, Don Bosco?” Don Bosco memandangnya dengan penuh kasih lalu menjawab: “Dominikus, anda itu laksana selembar kain yang indah”. Dominikus berkata, “Terima kasih Romo. Saya adalah lembaran kain yang indah dan akan berguna kalau berada di tangan seorang penjahit yang tepat. Kiranya engkau adalah penjahitnya yang tepat”. Dialog sederhana ini tetap diingat Don Bosco dan diceritakan terus menerus hingga saat ini di oratorium Salesian.
Dari banyak hal yang menarik dalam kehidupan Dominikus Savio, sesuai dengan perkembangan Katekismus Gereja Katolik pada masa itu, ia juga membuat janji-janji yang bagus pada saat menerima komuni pertama. Inilah janji-janjinya kepada Tuhan: Pertama, Saya akan menerima Sakramen Tobat dan Sakramen Ekaristi sesering mungkin. Kedua, Saya akan berusaha memberikan hari Minggu serta hari-hari libur sepenuhnya untuk Tuhan. Ketiga, Sahabat terbaikku adalah Yesus dan Maria. Keempat, lebih baik mati dari pada berbuat dosa. Dominikus memang meninggal dunia pada usia yang masih muda (14 thn) tetapi menunjukkan kematangan rohani yang bagus. Ia dibentuk di rumahnya dan di oratorium Don Bosco. Maka usianya masih muda tetapi hidup rohaninya matang karena rahmat Tuhan. Bagaimana dengan orang-orang muda kita? Apakah ada yang mau mengikuti jejak St. Dominikus Savio?
Kisah Dominikus ini sangat inspiratif untuk membantu kita memahami tulisan Paulus jepada Timotius yang kita baca pada hari ini. Timotius adalah anak kepercayaan St. Paulus. Timotius merasa dirinya masih muda untuk memegang tugas kerasulan tertentu. Namun Paulus mengatakan kepadanya supaya percaya diri bahwa dia bisa menjadi pewarta Sabda Allah. Paulus berharap bahwa Timotius memiliki kematangan rohani yang bagus sehingga dapat menjadi teladan bagi umat beriman. Keteladanan dalam hal apa? Paulus menulis: “Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dalam kesucianmu” (1Tim 4:12). Apa yang harus dilakukan Timotius? Paulus meminta supaya Timotius bertekun dalam membaca Kitab Suci, membangun dan mengajar sambil menanti kehadiran Paulus. Timotius diharapkan tidak lalai atau menyia-nyiakan urapan suci yang diterimanya. Timotius juga harus mawas diri terhadap setiap ajarannya, serta selalu tekun di dalam hidupnya. Segala sesuatu yang dilakukannya akan membawanya kepada keselamatan abadi.
Tujuan kita untuk melayani Tuhan di dalam Gereja adalah menjadi orang kudus. Yesus bersabda: “Hendaklah kamu sempurna sebagaimana Bapamu di surga sempurna adanya” (Mt 5:48). Ini adalah cita-cita Yesus supaya setiap orang yang mengikutiNya dari dekat dapat masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Bagaimana mencapai kesempurnaan ini? Di dalam bacaan Injil pada hari Tuhan Yesus diundang untuk makan di Rumah Simon, seorang Farisi. Ketika itu ada seorang wanita pendosa yang datang dan menangis di dekat Yesus. Ia membasuh kaki Yesus dengan air mata, mengeringkannya dengan rambutnya, mencium kaki Yesus dan meminyakinya dengan minyak wangi. Semua orang yang melihat adegan ini memiliki persepsi yang berbeda-beda tentang Yesus. Untuk memberi pemahaman yang mendalam tentang pengampunan yang berlimpah dari Tuhan maka Ia memberi perumpamaan tentang dua orang yang memiliki utang piutang.
Yesus menceritakan sebuah perumpamaan. Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang 500 dinar dan yang lain 50 dinar. Oleh karena mereka tidak mampu membayar hutangnya maka sang pelepas uang menghapus utang kedua orang tersebut. Pertanyaannya adalah siapakah yang lebih mengasihi tuan pelepas uang? Jawabannya adalah orang yang lebih banyak utangnya. Di dalam kisah ini, wanita tanpa nama ini merasa diri sebagai orang berdosa maka ia menangisi dosa dan salahnya di hadapan Yesus. Karena imannya kepada Yesus maka dosanya pun diampuni. Yesus melayani orang berdosa dan menghendaki pertobatan mereka.
Banyak kali kita merasa diri sudah menjadi orang kudus dan menganggap orang lain sebagai orang berdosa. Kita memiliki persepsi tentang orang lain dan lebih banyak negatifnya dari pada positif. Simon dan orang-orang farisi lainnya menilai negatif Yesus di dalam hati mereka karena membiarkan kakinya disentuh wanita yang berdosa. Padahal Yesus sendiri tidak memiliki prasangka buruk terhadap wanita itu. Kita menilai orang lain berdasarkan kelemahan-kelemahan yang ada di dalam diri kita sendiri. Hari ini Yesus mengajar kita untuk memandang sesama yang dianggap hina dengan mata Tuhan sendiri. Mata Tuhan yang tertuju kepada semua orang yang Ia ciptakan. Kita juga mengingat perkataan Paulus kepada Timotius: “Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu, dalam kesucianmu” (1Tim 4:12).
Doa: Tuhan Yesus, kami berterima kasih kepadaMu karena Engkau suka mengampuni kesalahan kami.Semoga kami jyga melakukannya terhadap sesama kami. Amen
PJSDB