Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XXVIII
Ef 1:1-10
Mzm 98:1-6
Luk 11:47-54
Terpujilah Allah Selamanya!
Saya pernah mengunjungi seorang Bapa yang sedang sakit dan berbaring di Rumah Sakit. Pada kesempatan kunjungan kali ini, saya mengantar komuni kudus, mendengar pengakuan dosanya dan memberikan sakramen perminyakan. Usai pelayanan sakramen, beliau mengaku sebagai pelanggan tetap Rumah Sakit karena sering opname. Keadaan fisiknya lemah sehingga ia mudah diserang berbagai jenis penyakit. Meskipun mendapat gelar “pasien yang abadi” namun ia setia mengikuti berbagai anjuran dari para dokter untuk penyembuhan dan pemulihannya. Ia mengatakan bahwa keadaan di rumah sakit membuatnya semakin bersemangat. Ia percaya bahwa Tuhan pasti mengasihinya sampai tuntas. Hal ini diungkapkannya dalam setiap goresan tangan di dalam buku hariannya. Ia berkali-kali menulis kalimat ini: “Terpujilah Allah selama-lamanya” sebab melalui kasih-Nya, ia boleh hidup dalam suasana sakit namun membahagiakan secara rohani. Pengalaman rohani bapa ini mendorong kita untuk selalu menaruh kepercayaannya kepada Tuhan. Ungkapan kepercayaan yang lazim adalah dengan berdoa, memuji dan memuliakan-Nya dalam setiap situasi hidup ini.
Pada hari ini kita mendengar bacaan pertama dari tulisan St. Paulus kepada jemaat di Efesus. Pada bagian pendahuluan ini, Paulus mengakui dirinya sebagai rasul Yesus Kristus oleh kehendak Allah. Menjadi rasul Yesus bukan karena kemauannya sendiri tetapi merupakan kehendak Allah. Hal yang sama juga terjadi pada kita. Kita menerima Tuhan Yesus dalam sakramen pembatisan karena kehendak Allah untuk menyelamatkan kita. Selanjutnya Paulus sebagai rasul Yesus Kristus menyapa jemaat di Efesus sebagai orang-orang kudus karena mereka percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Perkataan Paulus berdampak bagi kehidupan kita sebab melalui sakramen pembaptisan kita pun memiliki sebuah orientasi hidup yang jelas yakni menjadi kudus. Ini adalah rencana dan kehendak Tuhan bagi kita semua.
Paulus adalah rasul Yesus Kristus selaku gembala yang baik bagi jemaat. Ia senantiasa berada bersama jemaat. Ia memohon kasih karunia dari Tuhan bagi mereka. Ia bersyukur kepada Tuhan atas segala berkat yang Tuhan limpahkan kepada jemaat. Ia berkata: “Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala berkat rohani di surga” (Ef 1:3). Hidup kita berkenan di hadirat Tuhan ketika berani mengucap syukur dalam doa tanpa henti kepada Tuhan. Kita mengucap syukur dalam segala hal yang menyenangkan, membahagiakan dan juga hal yang menyusahkan hidup kita. Banyak kali orang hanya bersyukur kepada Tuhan atas semua hal yang menggembirakan dan membahagiakan dan menolak semua hal yang menyusahkan, menyedihkan diri kita. Sikap optimis haruslah kita bangun bersama di hadirat Tuhan.
Paulus memberikan rasa optimisme kepada jemaat di Efesus dengan berkata: “Di dalam Yesus Kristus, Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercela di hadapan-Nya.” (Ef 1:4). Kita boleh berbangga karena Allah adalah kasih. Ia mengasihi kita apa adanya. Ia menunjukkan kerahiman-Nya yang tiada batasnya bagi kita semua. Ia sudah memilih kita sebelum dunia dijadikan dan menentukan kita untuk menjadi kudus. Orientasi hidup kita sudah jelas yaitu berjalan menuju kepada Tuhan yang kudus. Oleh karena jasa Yesus Kristus, Ia menentukan kita sebagai anak-anak-Nya. Yesus yang mengurbankan diri-Nya dalam peristiwa Paskah untuk keselamatan kita semua.
Hal yang indah dari perkataan Paulus dalam bacaan pertama adalah Tuhan memiliki rencana yang indah bagi semua orang. Ia hendak mempersatukan segala sesuatu di dalam Kristus sebagai kepala, baik di surga maupun di bumi. Paulus hendak menguatkan iman kita supaya mata rohani kita hanya tertuju kepada Yesus Kristus. Yesus adalah segalanya. Yesus adalah Tuhan bagi segala sesuatu di atas dunia ini. Dia adalah satu-satunya Penyelamat kita. Bersama Raja Daud kita berani berdoa: “Tuhan telah memperkenalkan keselamatan yang datang dari pada-Nya” (Mzm 98:2). Hanya Yesus saja keselamatan kita, tidak ada yang lain. Yesuslah yang menjadi Jalan, Kebenaran dan Hidup. Hanya melalui Yesus saja, kita semua dapat sampai kepada Bapa yang kudus di surga.
Di dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus membuka mata kita untuk mengerti dengan baik rencana keselamatan dari Bapa bagi setiap orang. Ia mengutus para nabi dan rasul-Nya untuk bernubuat dan mengajar, mempersiapkan orang untuk merasakan keselamatan yang hanya datang dari pada-Nya. Namun manusia menutup dirinya dan menolak rencana Allah. Bahkan lebih tragis lagi, manusia membunuh nabi-nabi dan sebagai kenangan akan kejahatan masa lalu, kubur nabi-nabi dibangun dengan megah. Sikap kaum Farisi ini mendapat kecaman dari Yesus dengan kata “Celakalah!”. Darah para nabi dari darah Habel hingga Zakaria akan dituntut bagi semua generasi.
Tuhan Yesus mengecam para ahli Taurat yang karena kepandaiannya menghalang-halangi orang lain untuk berjumpa dengan Tuhan. Mereka suka mengintai dan mencari-cari kesalahan Yesus. Sikap yang sama sering terjadi dalam hidup kita. Kita berpikiran negatif dan mencari-cari kesalahan sesama. Betapa lemah dan rapuhnya kehidupan kita!
Pada hari ini kita perlu bersyukur kepada Tuhan, karena apa pun kehidupan kita, Ia tetap memanggil kita kepada kekudusan. Ia menghendaki agar kita merasakan kerahiman-Nya. Tugas kita adalah senantiasa bersyukur kepada-Nya. Apakah anda suda bersyukur kepada Tuhan?
PJSDB