Hari Sabtu, Pekan Biasa ke-XXIX
Ef 4:7-16
Mzm 122:1-5
Luk 13:1-9
Kunci kerahiman Allah
Ada seorang sahabat membagi pengalamannya. Ia mengendarai kendaraannya melebihi kecepatan yang tertulis di pinggir jalan raya yakni 60Km/Jam menjadi 120Km/Jam. Ia merasa tergesa-gesa menuju ke kantor karena karena hendak membereskan pekerjaannya. Ketika berada di depan lampu merah, seorang polisi menyapanya dari samping: “Mas, orang sabar itu disayang Tuhan. Hati-hati berkendaraan dan patuhilah rambu-rambu lalu lintas yang ada. Terima kasih”. Rupa-rupanya pak polisi itu sempat melihatnya melaju dengan kecepatan melebihi yang tertulis di pinggir jalan raya tadi. Sejak saat itu sahabat ini belajar untuk sabar dengan dirinya dan sabar dengan sesama yang lain. Pengalaman sahabat ini adalah pengalaman kita semua. Banyak kali kita tidak menjadi pribadi yang sabar. Kita memiliki mentalitas instan, rutin dan bangga karena memiliki jam terbang tinggi. Mungkin saja kita tidak menggubris teguran sesama, entah siapakah orang itu bagi kita, namun kita perlu yakin bahwa banyak kali Tuhan juga bekerja dan menyapa kita melalui orang-orang yang tidak kita kenal.
Tuhan Yesus dalam bacaan Injil hari ini mengajak kita untuk bertobat supaya dapat merasakan kasih dan kerahiman Allah. Dikisahkan dalam Injil Lukas bahwa pada waktu itu ada orang-orang yang datang kepada Yesus dan menceritakan peristiwa tentang orang-orang Galilea yang dibunuh oleh Pilatus sehingga darah mereka tercampur dengan darah kurban yang mereka persembahkan. Yesus memandang mereka dan mengatakan bahwa orang-orang Galilea itu bukan memiliki dosa yang besar sehingga mengalami pengalaman tragis. Ia justru mengingatkan mereka untuk bertobat supaya tidak mengalami kebinasaan sama seperti orang-orang Galilea. Yesus juga mengingatkan mereka tentang tewasnya delapan belas orang yang ditimpa menara Siloam di Yerusalem. Pengalaman tragis ini bukan disebabkan oleh banyaknya dosa mereka. Yesus sekali lagi mengatakan bahwa kalau mereka tidak bertobat maka mereka juga akan mati dengan tragis.
Perkataan Yesus ini sebenarnya mengingatkan para murid-Nya saat itu untuk menyadari kasih dan kerahiman Allah Bapa di Surga. Mereka tidak harus memandang penderitaan dan kemalangan orang lain sebagai akibat dari dosa mereka. Hal terpenting adalah mereka berusaha untuk membaharui diri, bermetanoia sehingga layak merasakan kasih dan kerahiman Allah. Kalau mereka hanya melihat orang lain, menghitung dosa orang lain dan mereka lupa diri maka kematian tragis juga akan menimpa mereka. Mereka tidak mengasihi maka mereka juga tidak akan merasakan kasih. Jadi kunci kerahiman Allah yang pertama adalah pertobatan radikal di pihak manusia.
Tuhan Yesus selanjutnya memberikan kunci kerahiman yang lain yaitu kesabaran. Pada perumpamaan kedua, Tuhan Yesus menceritakan perumpamaan tentang pohon ara yang tidak berbuah dan tuannya meminta tukang kebun untuk menebangnya. Namun tukang kebun anggur dengan bijaksana meyakinkan tuan kebun itu untuk bersabar. Ia meminta kesempatan untuk menggemburkan tanah di sekitar pohon ara dan memberinya pupuk. Ia berharap bahwa setahun kemudian pohon ara akan berbuah, kalau tidak berbuah maka pohon ara akan ditebang. Saya yakin, tukang kebun akan meminta tuan kebun untuk tetap bersabar, memberi lagi kesempatan lain untuk menjaga pohon ara itu.
Kesabaran adalah kunci kerahiman Allah. Dia tidak menghitung dosa-dosa kita tetapi melihat iman dan kepercayaan kita. Ia melihat kemampuan kita untuk mengasihi dengan kasih-Nya sendiri. Tuhan begitu sabar dengan kita sebagai manusia yang berdosa, mengapa kita tidak sabar terhadap sesama yang lain? Mengapa kita lebih suka membalas dendam dan tertawa di atas penderitaan orang lain? Betapa lemah dan rapuhnya hidup kita di hadapan Tuhan dan sesama. Kita perlu bertobat dan kembali kepada Tuhan yang maharahim. Tuhan tidak berkenan kepada kematian orang fasik melainkan kepada pertobatannya.Tuhan akan melakukan yang sama kepada anda dan saya.
St. Paulus dalam bacaan pertama mengingatkan jemaat di Efesus bahwa mereka masing-masing telah menerima anugerah kasih karunia menurut ukuran pemberian Kristus (Ef 4:7). Tuhan Yesus menganugerahkan kasih karunia kepada kita semua karena Dia sendiri yang pernah naik ke surga tinggi dan turun ke bagian bumi yang paling bawah. Yesuslah yang memiliki kuasa yang besar atas segala sesuatu. Sebab itu Dia memberikan rasul-rasul, nabi-nabi, pewarta injil, gembala umat dan pengajar. Mereka semua ini untuk memperlengkapi para kudus dan para pelayan untuk membangun tubuh Kristus. Hanya dengan bersatu dalam tubuh Kristus yang satu dan sama maka kita akan menjadi dewasa dalam iman.
Untuk membentuk tubuh Kristus yang satu dan sama, kita perlu bertobat. Kita tidak bisa melekat pada dosa dan salah yang menghalangi kita untuk merasakan kasih karunia Tuhan. Dosa justru menutup pintu kerahiman Allah bagi kita. Sebab itu Tuhan memberikan kunci yaitu pertobatan dan kesabaran. Apakah anda sedang berada dalam jalan pertobatan? Apakah anda juga sabar dalam hidupmu?
PJSDB