Peringatan arwah semua orang beriman
2Mak. 12:43-46
Mzm 130: 1-2.3-4.5-6a.6b.7-8
1Kor 15:20-24a.25-28
Yoh 6:37-40
Sebuah ikatan kasih yang kekal
Kemarin tanggal 1 November kita merayakan Hari Raya semua orang kudus. Para kudus pernah hidup di dunia ini dan kini mereka telah berada di surga. Siang dan malam mereka berada di hadirat Tuhan untuk melayani dan menyembah-Nya bersama para malaikat. Yohanes dalam Kitab Wahyu, memiliki sebuah penglihatan tentang para kudus di surga seperti ini: “Kemudian dari pada itu aku melihat suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak terhitung jumlahnya; mereka terdiri dari segala bangsa dan suku, kaum dan bahasa. Mereka berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih, dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Mereka berseru dengan suara nyaring: “Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba” (Why 7:9-10). Kita mengenang para kudus yang sudah mulia di surga sambil merindukan kasih dan kerahiman Tuhan Allah bagi kita.
Pada hari ini kita sebagai Gereja yang masih berziarah di dunia ini, menyatukan doa-doa bagi semua orang yang sedang menantikan keselamatannya di tempat penyucian. Mereka semua membutuhkan doa-doa kita supaya Tuhan Allah boleh memperkenankan mereka ikut bergabung dengan semua orang kudus di surga. Hari ini menjadi hari istimewa karena kita memiliki kesempatan untuk mendoakan keluarga, kerabat dan sahabat kenalan yang sudah mendahului kita. Kita percaya bahwa meskipun mereka sudah meninggal dunia namun ikatan kasih mereka dengan kita tidak akan terputus, ikatan kasih kita bersifat kekal karena kuasa dan kehendak Tuhan.
St. Theresia dari Avila pernah merenungkan ikatan kasih yang kekal ini dengan membayangkan tentang kematiannya. Maka terinspirasi oleh perkataan rasul Yohanes dalam suratnya yang pertama (1Yoh 3:2), Theresia dari Avila berkata: “Aku ingin melihat Allah dan untuk melihat-Nya aku harus mati”. Theresia dari Avila benar. Kita dapat melihat Allah dengan mata kita sendiri kalau kita meninggal dunia. Kita meninggalkan dunia ini dan berjalan menuju kepada, atau kita datang kepada Tuhan sendiri. Sebagai umat beriman kita percaya bahwa karena sakramen pembaptisan, sebagai saat pertama kita dikuduskan di dalam Gereja, kita juga menjadi milik Allah Bapa selama-lamanya. Kita adalah anak-anak-Nya dan Ia berkuasa untuk menyelamatkan kita semua.
Apa yang Tuhan Allah lakukan bagi kita?
Dialah yang berkuasa untuk memberikan diri kita kepada Yesus, Putra-Nya supaya diselamatkan. Kita percaya bahwa keselamatan hanya dalam nama Yesus! Yesus berkata: “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku tidak akan Kubuang” (Yoh 6: 37). Yesus Kristus menunjukkan wajah kerahiman Allah Bapa kepada kita maka dengan tegas Ia mengatakan tidak akan membuang seorang pun yang diberikan Bapa dan datang kepada-Nya. Ini adalah belas kasih Tuhan, kerahiman Tuhan sendiri. Yesus Kristus taat untuk melakukan kehendak Allah Bapa yakni menerima dan menyelamatkan semua orang.
Kehendak Tuhan Allah Bapa bagi Yesus adalah supaya dari semua orang yang diberikan Bapa kepada-Nya jangan ada yang hilang. Ia membangkitkan mereka semua pada akhir zaman. Dengan demikian setiap orang yang melihat Yesus selaku Anak dan yang percaya kepada-Nya memiliki hidup kekal dan mengalami kebangkitan pada akhir zaman.
Bacaan Injil hari ini membantu kita untuk bertumbuh dalam kasih dan kerahiman Tuhan. Kita semua dapat diselamatkan oleh kasih dan kerahiman Tuhan dalam diri Yesus Kristus. St. Yohanes Paulus II dalam Dives in Misericordiae menulis: “Kita percaya kepada kasih berarti percaya pada belas kasih Allah sebab belas kasih adalah sebuah dimensi yang mutlak harus ada.” (DM,7).
Saya mengakhiri renungan ini dengan mengutip perkataan C.S Lewis berikut ini: “Alam akan berlalu dengan cepat; kita akan melampauinya. Bahkan jika semua matahari dan kabut telah hilang, setiap dari kita akan tetap hidup”. Karena kasih Yesus Kristus, kita semua akan tetap hidup selama-lamanya.
PJSDB