Bacaan-bacaan:
IMak 4:36-37.52-59
Luk 19:45-48
Yesus yang masuk ke dalam Bait Allah laksana seorang nabi yang berbicara dan menyadarkan Umat Allah. Di Bait Allah, Yesus juga menunjukkan kuasaNya sebagai Anak Allah. Ia membersihkannya dan menyiapkan tempat itu untuk pengajaranNya. (Luk 20: 1-21.38). Apa yang Yesus lakukan? Ia masuk ke dalam Bait Allah, dan mengusir semua pedagang. Kuasa yang ditunjukkan atas Bait Allah diungkapkan seperti ini: “Rumahku adalah rumah doa, tetapi kalian menjadikannya sarang penyamun!” (Yes 56:7; Yer 7:11). Kuasa Yesus atas Bait Allah ini sejalan dengan apa yang sudah dinubuatkan Maleakhi: “Lihat Aku menyuruh utusanKu supaya ia mempersiapkan jalan di hadapanKu. Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke dalam baitNya! Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak dan mentahirkan orang Lewi..” (Maleakhi 3:1.3).
Bagi kita saat ini, rumah Tuhan adalah bangunan Gereja sebagai pusat peribadatan kita. Gereja kita ditahbiskan oleh Uskup sebagai pimpinan gereja lokal. Kita harus jujur di hadirat Tuhan karena banyak kali Gereja dijadikan sarang penyamun: tempat transaksi bisnis, ngobrol selama ibadat, jumpa fans, negatif thinking sama orang yang ke Gereja, berpakaian yang tidak sopan dan lain-lain. Kita keliru dan berpikir bahwa Rumah Tuhan sama dengan mall atau tempat berrekreasi di akhir pekan.
Di samping Gereja sebagai bangunan, Bait Allah adalah tubuh kita sendiri. Santu Paulus menasihati bahwa Tubuh kita adalah tempat tinggal Roh Kudus. Tubuh kita menjadi sarang penyamun ketika Tubuh kita disalahgunakan atau dilecehkan untuk kepuasan manusiawi. Ketika tubuh kita seakan dianggap tidak memiliki nilai atau martabat. Maka sikap yang tepat adalah hargailah nilai-nilai kehidupan, hargailah tubuh kita dan sesama sebagai tempat tinggal Tuhan sendiri.
Bait Allah juga menjadi simbol kehadiran Tuhan selamanya (surga). Maka hidup kita seharusnya selalu terarah ke surga, rumah Allah yang kekal. Satu-satunya kerinduan kita adalah tinggal di rumah Tuhan seumur hidup kita.