Hari Jumat, Pekan Adven I
Yes 29:17-24
Mzm 27:1.4.13-14
Mat 9:27-31
Tuhan adalah Terang dan keselamatanku
Raja Daud pernah berdoa seperti ini: “Tuhan adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gentar?” (Mzm 27:1). Mengapa Raja Daud berdoa demikian? Salah satu alasannya adalah ia melihat situasi hidupnya yang nyata di mana ada banyak penjahat yang melawannya. Ia pun sadar dan percaya bahwa hanya di dalam Tuhan Allah saja ia mendapatkan perlindungan dari ancaman para penjahat. Jadi, dalam situasi hidupnya yang sulit ia terus mencari Tuhan dan berpasrah diri kepada-Nya. Ia memiliki sebuah harapan pasti untuk tinggal bersama Tuhan dan menikmati bait-Nya yang kudus. Kerinduan dan harapan Daud dalam Mazmur ini menunjukkan sebuah sikap berjaga-jaga, sebuah sikap menanti kedatangan Tuhan. Selama masa adventus ini kita semua hendaknya memiliki sikap bathin seperti raja Daud yang merindukan Tuhan sebagai terang dan keselamatannya.
Salah satu tema penting dari Sabda Tuhan selama masa adventus ini adalah Tuhan sebagai Teran dan Keselamatan. Kita menantikan kedatangan Yesus sang Mesias sebagai terang dunia. Penginjil Yohanes mengatakan bahwa Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang sedang datang ke dalam dunia. (Yoh 1:5.9). Yesus sendiri mengakui diri-Nya sebagai terang dunia, maka barangsiapa mengikuti-Nya, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan melainkan akan mempunyai terang hidup. (Yoh 8:12). Salah satu simbol penting Yesus sebagai terang dunia dalam masa natal nanti adalah bintang. Semua orang yang percaya kepada-Nya akan datang dari berbagai suku dan bangsa untuk menyembah-Nya sebagaimana dilakukan oleh para Majus dari Timur.
Dalam masa adventus ini Tuhan menyapa kita melalui Sabda-Nya untuk percaya kepada-Nya sebagai Terang dan Keselamatan. Tuhan Yesus menunjukkannya dalam tanda-tanda heran yang dilakukan bagi banyak orang yang berharap kepada-Nya.
Penginjil Matius melaporkan bahwa pada suatu hari ada dua orang buta yang mengikuti Yesus sambil berseru: “Kasihanilah kami, hai Anak Daud!” (Mat 9:27). Seruan ini memang menarik perhatian kita karena kedua orang buta tanpa nama ini mengenal Yesus pada level manusiawi, yakni Yesus sebagai Anak Daud. Namun demikian Yesus memiliki belas kasih yang besar kepada mereka yang menderita sengsara. Ia mendengar seruan mereka. Seruan kedua orang buta ini menunjukkan sebuah doa dari lubuk hati mereka, sebuah tanda bahwa mereka mengimani Yesus. Mereka membutuhkan Yesus dalam hidup mereka.
Ketika berada di dalam sebuah rumah, Yesus berkata kepada kedua orang buta itu: “Percayakah kalian bahwa Aku dapat melakukannya?” Mereka menjawab: “Ya Tuhan, kami percaya” (Mat 9:28). Di sini kita melihat Tuhan Yesus begitu peduli dan mengerti akan kebutuhan manusia yang memohon pertolongan dan belaskasihan-Nya. Yesus menerima dan menyapa kedua orang buta itu. Ia menunjukkan belaskasih-Nya kepada mereka. Ia tidak memandang rendah kedua orang buta ini.
Di pihak kedua orang buta, mereka mengalami kasih dan kerahiman Tuhan Yesus. Bagi mereka kasih yang sesungguhnya itu bukan diucapkan tetapi dirasakan. Mereka sungguh merasa dikasihi oleh Tuhan Yesus. Sebab itu terjadi pergeseran pandangan mereka kepada Yesus, juga iman mereka. Mulanya mereka memandang Yesus sebagai Anak Daud, kini mereka memandang dan mengimani Yesus sebagai Tuhan. Cinta kasih Yesus mengubah hati mereka untuk memandang-Nya sebagai Tuhan. Tuhan adalah seruan kepada Yesus setelah kebangkitan, menandakan bahwa Ia menyelamatkan manusia.
Tuhan Yesus membuka mata kedua orang buta untuk dapat melihat karena iman mereka kepada-Nya. Mereka sebelumnya buta, hidup dalam kegelapan. Kini mata mereka terbuka dan melihat Yesus sebagai Terang dan Keselamatan. Karena merasa dikasihi oleh Tuhan Yesus maka, meskipun mereka dilarang untuk menyampaikan warta penyembuhan kepada orang lain, mereka justru keluar dan memasyhurkan Yesus ke seluruh daerah itu. Yesus menyembuhkan mereka maka mereka hendak menunjukkan rasa syukur kepada-Nya dengan mewartakan kasih-Nya.
Pengalaman kedua orang buta tanpa nama ini adalah pengalaman keseharian kita sebagai orang beriman. Banyak kali kita mengalami kebutaan-kebutaan tertentu di dalam hidup, terutama dalam hidup bersama orang lain. Kita tidak memperhatikan mereka sebagai saudara karena terlampau mengingat diri sendiri. Kita membutuhkan belas kasih Tuhan Yesus yang memampukan kita untuk melihat-Nya sebagai Terang dan membawa Terang itu untuk menyelamatkan sesama yang lain. Sabda Tuhan adalah terang, pelita yang dapat menerangi kegelapan hidup sesama kita. Masa adventus menjadi kesempatan bagi kita untuk membawa terang Kristus kepada sesama dalam kata dan perbuatan baik kita.
Tuhan sebagai terang dan keselamatan juga diwartakan oleh nabi Yesaya jauh sebelum Tuhan Yesus datang ke dunia. Yesaya menggambarkan sebuah dunia yang harmonis, penuh kedamaian. Ia berniat untuk mengubah Libanon menjadi kebun buah-buahan, kebun subur selebat hutan. Pada saat itu banyak orang sakit disembuhkan, yakni orang-orang tuli akan mendengar, mata orang buta akan melihat, lepas dari kekelaman dan kegelapan. Semua yang dinubuatkan Yesaya ini menjadi sempurna dalam hidup dan karya Tuhan Yesus. Hanya Tuhan Yesus saja yang menyembuhkan orang-orang sakit, terutama yang tuli bisa mendengar, yang buta bisa melihat, bisu bisa berbicara, yang lumpuh bisa berjalan, yang pendarahan menjadi sembuh, yang kerasukan roh jahat dipulihkan dan yang mati dibangkitkan.
Tuhan adalah keselamatan bagi kita semua. Ada sebuah perubahan tatanan kehidupan manusia yang luar biasa. Dalam hal ini orang-orang sengsara akan bersukaria dalam Tuhan, orang-orang miskin bersorak sorai. Orang-orang yang gagah dan sombong akan lenyap, pencemooh akan habis. Orang yang berniat jahat akan lenyap. Anak-anak Yakub akan melihat tangan Tuhan yang menguduskan dan menyelamatkan. Orang-orang sesat pikiran akan mendapat pengertian, yang bersungut-sungut akan menerima pengajaran. Sungguh luar biasa karya Tuhan bagi manusia.
Sabda Tuhan pada hari ini meneguhkan kita semua. Banyak kali hidup kita tidak sepadan dengan Tuhan Yesus. Kita mengakui diri sebagai orang Kristen tetapi pada kenyataannya masih jauh dari Tuhan Yesus sendiri. Kita masih buta, tuli dan bisu terhadap sesama yang sangat membutuhkan pertolongan. Kita membutuhkan Tuhan Yesus yang dapat membukan mata kita untuk melihat-Nya sebagai Terang dan Keselamatan kita. Tuhan Yesus yang memampukan kita untuk mengasihi tanpa batas.
PJSDB