Hormat terhadap perkawinan
Saya merasa heran karena orang-orang tertentu sudah lupa untuk merasa malu. Mereka menulis di media social rasa hatinya tentang perkawinannya: pasangannya tidak setia, pasangan tidak memberi nafkah dan aneka litani kesalahan pasangan hidupnya. Ada juga yang menulis rasa marahnya karena ada pria atau wanita merebut pasangannya. Ada yang menulis pengalaman pribadinya ketika ia tidak menghormati perkawinan sesamanya. Para pembaca media social mudah saja “like” dan “comment” terhadap zona privacy orang lain. Itulah realita social masa kini.
Pada hari ini saya tertarik untuk merenung sebuah kalimat dalam surat kepada umat Ibrani, bunyinya: “Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah” (Ibr 13:4). Ini merupakan sebuah seruan yang indah kepada semua orang untuk menghormati tubuhnya sendiri dan menghormati sakramen perkawinan.
Perkawinan pada prinsipnya adalah sebuah ikatan kekudusan. Sebab itu mencemarkan tempat tidur, yakni tindakan tidak setia seperti perselingkuhan, perzinahan adalah dosa dan tidak diperbolehkan. Yohanes Pembaptis menegur dengan keras Herodes yang mengambil Herodias istri saudaranya bernama Herodes Philipus untuk menjadi istrinya. Tindakan Herodes ini tidaklah elok sebagai public figure saat itu. Akibatnya Yohanes Pembaptis dibunuh.
Hukum Gereja Katolik mengartikan perkawinan katolik sebagai perjanjian (foedus) antara seorang laki-laki dan seorang perempuan untuk membentuk kebersamaan hidup (KHK 1055:1). Perkawinan katolik bukanlah sebuah kontrak! Tujuan perkawinan katolik adalah untuk kesejahteraan suami dan isteri, kelahiran anak dan pendidikan anak. Jadi tujuan utama bukanlah untuk mendapat keturunan (prokreasi). Sifat perkawinan katolik adalah satu untuk selamanya (monogami) dan tak terceraikan (indossolubile).
Pada hari ini kita semua diarahkan untuk menghormati perkawinan sebagai sebuah tanda kekudusan (sakramen). Setiap orang perlu menghormati bukan merebut, mendukung bukan menghancurkan keluarga orang. Setap pasangan kembali kepada komitmen untuk bersatu selamanya bukan bercerai karena alas an manusiawi. Semoga apa yang dipersatukan Allah tidaklah diceraikan.
PJSDB