Hari Senin, Pekan Paskah IV
Kis. 11:1-18
Mzm. 42:2-3; 43:3,4
Yoh. 10:11-18
Yesus menyelamatkan semua orang
Kita memulai hari ini dengan sebuah antiphon yang bermakna dari tulisan santu Paulus: “Kristus bangkit dari alam maut takkan wafat lagi. Maut takkan menguasai-Nya lagi. Alleluia” (Rom 6:9). Kita semua masih berada dalam masa paskah dan fokus kita masih terarah kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah merelakan diri-Nya wafat di kayu salib untuk keselamatan kita semua. Ia menderita, wafat dan bangkit dari kematian. St. Paulus menegaskan bahwa Yesus bangkit satu kali untuk selama-lamanya dan tidak akan wafat lagi. Maut tidak memiliki kuasa apa pun bagi-Nya karena Dialah Tuhan atas segala-galanya di atas bumi ini. Dia juga menyelamatkan semua orang sesuai dengan kehendak Bapa di Surga. Tuhan Yesus pernah berkata: “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman” (Yoh 6:44). Perkataan Yesus ini sangat menguatkan kita semua sebagai domba-domba yang mengikuti-Nya sebagai gembala yang baik.
Pada hari ini kita mendengar pengalaman missioner dari St. Petrus dalam Kisah Para Rasul. Mulanya para rasul dan para saudara di Yudea mendengar bahwa bangsa-bangsa lain juga menerima Firman Allah. Tentu saja ada di antara para pengikut Kristus yang merasa sebagai status quo keselamatan. Mereka menutup diri terhadap bangsa-bangsa lain karena mereka berpikir bahwa hanya orang-orang Yahudi yang layak mendapat keselamatan. Lagi pula pada masa itu mereka masih membedakan mana kaum bersunat dan mana yang tidak bersunat. Sebab itu ketika Petrus tiba di Yerusalem, orang-orang bersunat berselisih pendapat dengannya. Mereka merasa kesal dengan Petrus karena sering keluar masuk rumah kaum tidak bersunat untuk makan bersama-sama mereka. Anggapan ini mengingatkan kita pada sosok Yesus yang pernah duduk bersama para pemungut cukai dan makan bersama dengan mereka (Mat 9:10). Sikap Yesus ini menuai banyak kritikan, padahal Yesus sedang berusaha untuk menyelamatkannya. Kini giliran Petrus merasakan pengalaman Yesus.
Petrus mendengar dan menyimak semua sungut-sungut ini, lalu menjelaskan pengalaman rohaninya. Ketika itu ia sedang berdoa di kota Yope dan rohnya diliputi kuasa ilahi. Ia mendapat sebuah penglihatan ini: ada suatu benda berbentuk kain lebar yang bergantung pada keempat sudutnya turun dari langit sampai di depannya. Di dalamnya terdapat segala jenis binatang berkaki empat, binatang liar, binatang melata dan burung-burung. Ketika itu ia mendengar ajakan untuk menyembeli dan memakannya. Tetapi ia tidak mau karena baginya hewan-hewan itu masih haram. Benda-benda itu kemudian ditarik kembali ke langit. Pada saat yang sama terdapat utusan dari Kaisarea untuk menjumpainya. Kali ini ia mendapat sebuah tugas lain untuk tidak bimbang tetapi pergi ke rumah Kornelius, seorang perwira Romawi di Kaisarea. Kornelius menceritakan pengalaman imannya kepada Petrus bahwa ia diminta untuk menyuruh orang pergi ke Yope untuk menjemput Simon Petrus.
Adapun tujuan Petrus dijemput ke rumah Kornelius di Kaisarea adalah supaya ia dapat menyampaikan suatu berita yang akan mendatangkan keselamatan bagi seluruh keluarga Kornelius. Ketika Petrus berbicara di dalam rumah Kornelius maka turunlah Roh Kudus di atas mereka. Petrus mengingat kembali akan perkataan Yesus bahwa Yohanes membaptis dengan air tetapi Yesus membaptis dengan Roh Kudus. Pengalaman Pentekosta pun terjadi di rumah Kornelius. Sebab itu bagi Petrus, tidak ada alasan untuk mencegah Yesus dalam menganugerahkan Roh-Nya. Orang-orang merasakan sukacita Roh Kudus dan memuliakan Allah. Mereka semuja mengakui bahwa kepada bangsa-bangsa lain pun Allah mengaruniakan pertobatan yang memimpin kepada hidup, yakni Yesus sendiri.
Pengalaman rohani Petrus ini menunjukkan bahwa Tuhan selalu melakukan pendekatan pertama dlaam keselamatan. Ia memiliki inisiatif untuk memulai segala sesuatu. Dia menggerakan hati Petrus dan teman-temannya untuk berani mewartakan Injil kepada bangsa-bangsa lain yang belum mengenal Yesus dan Injil-Nya. Ia menggerakan hati bangsa-bangsa lain untuk merindukan keselamatan yang hanya ada dalam nama-Nya sendiri. Sungguh, keselamatan dalam nama Yesus adalah keselamatan universal. Yesus menunjukkan kasih dan kebaikan-Nya seperti gembala memperhatikan domba-romba-Nya.
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus mengatakan diri-Nya kepada kaum Farisi sebagai gembala yang baik. Gembala yang baik memiliki ciri khas yakni mengasihi sampai tuntas. Sebab itu memberikan nyawanya bagi domba-dombanya. Seorang gembala yang baik itu bersifat melindungi domba-domba dari para musuh. Dia tentu saja gembala baik berbeda dengan orang upahan yang penakut dan oportunis. Para musuh itu sifatnya menceraiberaikan domba-domba yang ada.
Tuhan Yesus mengakui diri-Nya sebagai gembala baik yang mengenal setiap domba, sebaliknya domba-domba juga mengenal-Nya. Relasi antara Yesus dengan manusia sebagai domba-domba, sebanding dengan relasi Yesus dengan Bapa di surga. Ia berkata: “Aku mengenal domba-domba-Ku, dan domba-domba-Ku mengenal Aku. Sama seperti Bapa mengenal Aku dan Aku mengenal Bapa dan Aku memberi nyawaku bagi domba-domba-Ku.” (Yoh 10: 14-15).
Tuhan Yesus menunjukkan jati diri-Nya sebagai kasih. Ia mengasihi Bapa dan mengasihi manusia. Kasih yang sempurna itu penuh dengan pengorbanan diri. Di sini, Yesus menunjukkan kasih yang sempurna dengan mengorbankan diri-Nya sampai tuntas bagi manusia. Kita sedang mengikuti Yesus dan patut belajar dari kehidupan-Nya. Kita benar-benar mengasihi kalau kita mengorbankan diri bagi Tuhan dan sesama. Inilah universalitas ajaran kasih Tuhan Yesus bagi kita semua.
Sifat kasih dan keselamatan universal diungkapkan oleh Yesus ketika mengatakan: “Ada lagi pada-Ku domba-domba lain yang bukan dari kandang ini; domba-domba itu harus kutuntun juga; mereka mendengar suara-Ku, dan mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu gembala.” (Yoh 10: 16). Tuhan Yesus hendak mempertegas diri-Nya sebagai satu-satunya keselamatan bagi semua orang. Serkali lagi, keselamatan hanya di dalam nama Yesus Kristus. Keselamatan-Nya bersifat universal tanpa memandang suku, bangsa, agama, ras dan golongan tertentu.
Pada hari ini kita perlu mengatakan rasa bangga karena memiliki Yesus Kristus. Kita bangga dan mengasihi-Nya dengan segenap hati karena Ia telah lebih dahulu mengasihi dan berkehendak untuk menyelamatkan kita. Mari kita terbuka kepada-Nya dan mensyukuri keselamatan yang dianugerahkan-Nya kepada semua orang. Kita merenungkan perkataan-Nya ini: “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali. Tidak seorang pun mengambil-Nya dari pada-Ku melainkan Aku memberikannya dan berkuasa mengambilnya kembali.” (Yoh 10: 17-18). Apakah anda juga mengasihi seperti Tuhan Yesus?
PJSDB