Keindahan sebuah kasih
Kita mengakhiri hari ini dengan sebuah permenungan tentang keindahan sebuah kasih. Saya mengingat seorang anak kecil yang mengalami cacat tertentu pada tubuhnya. Ia selalu datang bersama kedua orang tuanya ke Gereja untuk beribadat. Selesai misa mereka selalu menemui saya di sakristi untuk memberi berkat kepada anak itu. Pada suatu kesempatan, saya ngobrol dengan kedua orang tuanya. Pasangan suami dan istri ini masih berusia muda. Mereka mengatakan kebanggaan mereka karena memiliki anak, meskipun ia memiliki cacat tertentu pada tubuhnya. Bagi mereka, anak adalah pemberian dari Tuhan. Mereka memang memohon kepada Tuhan tetapi tidak pernah memilih karena ini adalah kehendak Tuhan. Mereka percaya bahwa apa yang Tuhan berikan selalu merupakan anugerah terindah. Mereka taat dan menerimanya apa adanya. Mereka tidak saling mempersalahkan satu sama lain. Dengan jiwa besar mereka membuat program untuk mendapatkan seorang anak lagi. Kini mereka sudah memiliki seorang anak yang sehat. Mereka sekali lagi bersyukur karena Tuhan sudah memberi kepada mereka anugerah terbaik.
Banyak kali para orang tua menolak kelahiran anak-anaknya. Mereka berusaha untuk melakukan aborsi dengan paksa, kalau toh melahirkan anak, maka mereka membuangnya di tempat sampah, ada yang menolak anak yang lahir cacat. Orang tua seperti itu merasa bahwa anak-anak adalah hasil prokreasi mereka saja sebab itu mereka boleh berbuat apa saja sesuai selerah mereka kepada anak-anaknya. Mereka lupa bahwa Tuhan memiliki andil yang besar bagi kehadiran anak di dalam keluarga. Tuhan adalah kasih dan Dialah nomor satu dalam keluarga. Menolak kehadiran seorang anak sama saja dengan menolak Tuhan yang memberi.
Kasih itu memiliki keindahan tersendiri. Keindahan kasih itu berasal dari Tuhan yang adalah kasih (1Yoh 4:8.16). Keluarga menjadi indah dan bermartabat karena kasih yang senantiasa memperindahnya. Kasih yang indah itu dialami pertama-tama dalam keluarga bukan di luar keluarga. Keindahan kasih dalam keluarga dengan sendirinya akan mengalir dan menyapa banyak orang untuk mengerti tentang kasih.
Saya mengingat Helen Keller. Dia pernah berkata: “Dalam setiap keindahan, selalu ada mata yang memandang. Dalam setiap kebenaran, selalu ada telinga yang mendengar. Dalam setiap kasih, selalu ada hati yang menerima.”
Apakah mata yang kita miliki ini benar-benar memandang keindahan? Apakah kita memiliki telinga yang baik sehingga mampu mendengar kebenaran? Apakah hati kita selalu terbuka untuk menerima semua kasih dalam hidup. Kasih itu indah. Apakah anda sudah mengalami keindahan kasih?
PJSDB