Dua wanita yang hebat!
Permenungan kita pada akhir hari ini masih bersama Bunda Maria. Saya mengingat St. Efrem. Ia berdoa begini: “Melalui engkau, Bunda Terkudus, semua kemuliaan, kehormatan, dan janji suci bagi umat manusia dari Adam sampai akhir abad telah diberikan, sedang diberikan, dan akan diberikan kepada para rasul, para nabi, para martir, dan semua hati yang adil dan sederhana.” Isi doanya sederhana tetapi sangat mendalam. Maria kita pandang dalam gereja sebagai perantara (intercesor) antara kita dengan Tuhan melalui Yesus Kristus Puteranya. Melalui Bunda Maria semua kemuliaan dan kehormatan, juga janji suci dari Tuhan sungguh-sungguh terlaksana.
Ada dua wanita hebat yang akan menginspirasikan kita hari ini! Siapakah kedua wanita ini? Mereka adalah Maria ibu Yesus dan Elisabet saudaranya sebagai ibunda Yohanes Pambaptis.
Penginjil Lukas mengisahkan bahwa setelah Maria menderima khabar sukacita dari Malaikat Gabriel, ia bergegas ke Ein Karem di daerah Yudea. Malaikat mengatakan kepada Maria bahwa Elisabet yang bagi kebanyak orang disebut mandul, kini sedang mengandung dan usia kehamilannya 6 bulan. Tentu saja ini adalah sebuah berita yang mengagetkan Maria. Di pihak Maria, ia ikut merasakan penderitaan Elisabet sebab ia mengalami kekerasan verbal dari orang lain bahwa ia seorang mandul.
Maria melakukan perjalanan dari Nazaret ke Ein Karem yang berjarak sekitar 141,1 km. Ia tentu ditemani oleh Yusuf tunangannya. Kendaraan andalannya adalah keledai tunggangan. Maria yang sedang hamil muda memiliki satu kehebatan yakni berani ber-exodus, berani keluar dari zona nyamannya menunju ke zona perjuangan. Ia akan membaktikan dirinya dalam keluarga Elisabet selama enam bulan. Artinya hingga waktu usia kehamilan Maria tiga bulan. Sebenarnya usia kehamilan Maria di tiga bulan pertama ini penting sekali. Dampak paling buruk adalah keguguran. Tetapi Maria tegar dan berani untuk pergi mengunjungi untuk melayani.
Perjumpaan antara Maria dan Elisabet, antara Yesus dalam kandungan Maria dan Yohanes Pembaptis dalam rahim Elisabet penuh dengan sukacita. Ketika Maria menyalami Elisabet, maka Yohanes Pembaptis di dalam rahim Elisabet melonjak kegirangan. Maria dan Elisabet saat itu penuh dengan Roh Kudus sehingga ada sukacita yang besar di antara mereka. Selanjutnya dengan rendah hati Elisabet mengungkapkan perasaannya yang mendalam kepada Maria: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.” (Luk 1:42-45).
Maria tidak menyombongkan diri di hadapan Elisabet. Ia malah merendahkan dirinya dan di hadapan Allah yang mahakudus, Maria mengucapkan syukurnya dalam doa Magnificat. Sebuah doa yang sangat populer di dalam Gereja dari dahulu hingga sekarang. Maria memuji keagungan Tuhan dan menginspirasikan gereja untuk rendah hati di hadapan Tuhan yang mahakudus. Maria tidak hanya sekedar berkunjung, tetapi ia tinggal dan melayani hingga Elisabet melahirkan anaknya Yohanes Pembaptis.
Apa yang dapat kita pelajari dari kedua wanita hebat ini? Mereka adalah pribadi yang tahan banting. Maria mengaku belum bersuami tetapi mengandung dari Roh Kudus. Ini tentu sulit untuk diterima oleh Yusuf dan orang-orang pada masanya. Elisabet dianggap sebagai mandul. Berarti ada dosa dalam keluarga mereka. Kedua wanita ini menjadi inspirator kita karena Roh Kudus juga turut bekerja.
Bagaimana dengan kita? Banyak kali kita cepat menyerah. Sulit untuk menjadi pelayan sejati! Belajarlah pada Maria dan Elisabet.
PJSDB