Santo Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Kolose mengingatkan kita dalam bagian Kidung Kristologi tentang Yesus Kristus sebagai Yang Sulung dari segala yang diciptakan dan menjadi kepala tubuh yaitu jemaat atau Gereja. Dia juga memperdamaikan segala sesuatu dengan diriNya, baik yang ada di bumi maupun yang ada di Sorga dengan darahNya yang mulia. Pengorbanan diri Kristus ini menunjukkan ketekunan diriNya sebagai Putera Allah yang datang untuk menebus dan menyelamatkan umat manusia. Pengalaman penebusan seperti apa yang ada di dalam pikiran Paulus?
Pada hari ini Paulus mengingatkan jemaat di Kolose akan masa lalu mereka ketika masih hidup dalam dosa. Pengalaman penebusan yang mereka alami adalah pertobatan total supaya dapat mengalami Allah di dalam hidup mereka. Paulus berkata: “Kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhiNya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikanNya di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematianNya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapanNya” ( Kol 1:21-22). Tuhan Yesus Kristus mempersatukan atau memperdamaikan pribadi dengan pribadi dan pribadi dengan Tuhan. Upaya perdamaian dengan Tuhan mengantar orang untuk bertumbuh menjadi kudus. Hidup tanpa cacat dan cela di hadirat Tuhan merupakan panggilan luhur untuk bersatu dengan Tuhan yang kudus.
Apa yang harus dilakukan untuk memelihara kekudusan hidup? Paulus mengatakan kita harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, jangan mau digeser dari pengharapan Injil yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit dan aku Paulus telah menjadi pelayanNya. Bagi Paulus, iman dan tobat merupakan tawaran kasih Allah bagi umat manusia. Allah sendiri yang memiliki kehendak untuk mempersatukan yang tercerai berai, mendamaikan semua orang ke dalam satu persekutuan yang dipimpin oleh sang gembala utama yakni Yesus Kristus. Ia rela wafat di kayu salib untuk menunjukkan betapa besarnya kasih Allah bagi manusia.Tindakan Yesus dengan menumpahkan darahNya di atas kayu salib membawa dampak positif bagi pengudusan umat Tuhan. Sakramen-sakramen dicurahkan Allah di dalam Gereja melalui Yesus Kristus puteraNya.
Seringkali orang bersifat legalistik. Mereka lebih mengutamakan hukum sebagai hukum padahal isi hukum itu membuat manusia menjadi sungguh-sungguh manusia. Isi hukum harus benar-benar memperhatikan keadilan dan belas kasih bagi manusia. Dengan demikian hukum dan peraturan janganlah menjadi penghalang untuk mempersatukan manusia dengan Tuhan sendiri karena manusia selalu ingin bersatu dengan Allah dan sesama dalam kasih. Jadi hukum dan peraturan adalah sarana yang membantu manusia untuk bertumbuh menjadi lebih baik, semakin bertekun dalam iman dan bersatu sebagai saudara. Realitas menunjukan bahwa sejak dahulu kala hukum dan peraturan selalu mengekang, menakutkan manusia.
Doa: Tuhan bimbinglah kami untuk bertumbuh dalam kekudusan. Engkau sendiri Kudus maka kuduskanlah diri kami untuk menjadi serupa dengan diriMu sendiri. Amen