Hari Senin Pekan Biasa XI
1Raj 21:1-16
Mzm 5:2-3.5-6.7
Mt 5:38-42
Mengapa harus membalas dendam?
Saya pernah berbicara dengan dua orang bersaudara. Mereka hampir saling membunuh karena masalah batas tanah dan beberapa pohon kelapa yang bertumbuh di perbatasan tanah tersebut. Si A mengatakan bahwa pohon-pohon kelapa itu dia yang tanam, si B mengatakan pohon-pohon kelapa itu dia tanam bersama ayah mereka. Karena saling berebutan maka si A yang lebih tua menebang salah satu pohon kelapa, sedangkan si B membalasnya dengan memajukkan pilar batas tanah semeter ke dalam tanah si A. Kelihatan persoalannya sederhana karena hanya menyangkut batas tanah dan pohon kelapa tetapi rasa dendam dan niat jahat tidak memandang relasi antar pribadi sebagai saudara atau sahabat. Saya memberi nasihat tetapi belum mempan karena tidak ada satu pihak pun yang mau rendah hati. Balas dendam merupakan jalan yang lebih cocok bagi mereka.
Hari ini kita diingatkan Yesus dalam kotbah di bukit, “Kalian mendengar dahulu di sabdakan, ‘mata ganti mata; gigi ganti gigi’. Tetapi Aku berkata kepadamu, ‘Jangan kalian melawan orang yang berbuat jahat kepadamu.” Tentu saja semua orang Yahudi yang mendengar pengajaran Yesus ini seakan teringat apa yang tertulis di dalam Taurat Musa, “Tetapi jika perempuan itu mendapat kecelakaan yang membawa maut, maka engkau harus memberikan nyawa ganti nyawa, mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki, lecur ganti lecur, luka ganti luka, bengkak ganti bengkak” (Kel 21:23-25). Prinsip balas dendam dijunjung tinggi dan orang-orang menerimanya sebagai sebuah kebenaran.
Namun demikian Yesus membawa sebuah suasana baru. Suasana baru seperti apa? Perhatikan apa yang diungkapkanNya: “Tetapi Aku berkata kepadamu”. Di sini terdapat perbandingan hukum lama dan hukum baru, mentalitas lama dengan mentalitas baru. Sebelumnya kita mendengar Yesus berkata, “Kalian mendengar dahulu disabdakan”. Kini Yesus berkata, “Tetapi Aku berkata kepadamu”. Hal-hal yang diungkapkan Yesus juga sangat berlawanan dengan keinginan manusiawi kita. Perhatikan ungkapan Yesus ini, “Tetapi Aku berkata kepadamu, “Janganlah kalian melawan orang yang berbuat jahat kepadamu” Ini bukan perkara yang gampang! Orang berbuat jahat kepada kita, tanggapan kita adalah berbuat baik dengan tidak melawan mereka yang berbuat jahat. Justru yang harus kita lakukan adalah, “Kalau orang menampar pipi kananmu, berikanlah juga pipi kirimu. Kalau orang menginginkan bajumu, berikanlah juga jubahmu. Kalau diminta mengantar seseorang satu mil maka berjalanlah dua mil”
Yesus senantiasa berbeda. Ia menginginkan para muridNya untuk membuat sesuatu yang baru yang dapat membahagiakan orang lain. Perbuatan baik adalah jalan yang benar untuk mengubah dunia yang penuh dengan egoisme dan ketamakan. Yesus mengajarkan prinsip anti kekerasan terhadap semua orang yang bukan berada dalam pihak kita: “Jangan melawan orang yang berbuat jahat”. Memang kejahatan kalau dibalas dengan kejahatan maka masalah itu tidak akan berakhir. Masalah akan berakhir sampai tuntas kalau pengajaran Yesus ditegakan: “Jangan melawan orang yang berbuat jahat.” Yang terpenting adalah lakukanlah perbuatan-perbuatan baik untuk mematikan kejahatan itu.
Memang perlu diakui bahwa akar segala kejahatan adalah keinginan egoistis untuk memiliki harta benda. Mengapa ada keinginan egoistis? Karena orang tersebut tidak memiliki iman kepada Allah yang hidup. Orang itu selalu khawatir dengan hidupnya atau orang itu takut untuk hidup melarat. Ahab dan Izebel dalam bacaan pertama (1Raja-Raja 21:1-16) merupakan contoh pribadi yang tamak dan egois. Mereka menggunakan kelicikan tertentu untuk memiliki kebun anggur Nabot orang Yizreel. Strategi kejahatan direncanakan oleh Izebel istri Ahab dengan memfitnah Nabot bahwa Ia telah menghujat Allah. Hukuman mati pun diberikan kepada Nabot. Dengan demikian Ahab dapat mewujudkan ketamakannya dengan menguasai kebun anggur Nabot.
Di dalam hidup kita, selalu saja kita temukan pribadi-pribadi yang egois dan tamak. Mereka suka membalas dendam karena dengan membalas dendam maka ada kepuasan tertentu. Kisah dua kakak beradik di atas menunjukkan sikap manusiawi ini dan tentu saja tidak akan ada damai dalam hati mereka. Contoh lain, dua siswa di kelas saling bertengkar. Siswa A mengatakan kepada siswa B: “Anjing dan bangsat” Si B menjawab tanpa beban, “Anjing, bangsat dan jahanam”. Ketika ditanya, siswa A menjawab dengan dua kata sedangkan siswa B menjawab dengan tiga kata. Kalau hanya dua kata maka seakaan siswa B tak berdaya di hadapan siswa A.
Kita disapa oleh Tuhan untuk berubah secara radikal. Sikap radikal yang ditawarkan Yesus adalah: Apabila kita dihadapkan pada pilihan hidup yang sulit karena kejahatan tertentu maka segeralah berbuat baik untuk mematikan kejahatan tersebut. Dunia akan menjadi baru ketika ada orang yang sadar untuk tidak membalas dendam. Orang sadar bahwa hanya perbuatan baik yang dapat mengalahkan kejahatan. Orang juga sadar bahwa ketamakan juga menjadi akar kejahatan. Seharusnya kita bersyukur atas segala yang sudah Tuhan berikan kepada kita. Banyak atau kurang yang kita miliki, syukurilah. Mengapa harus khawatir dengan hidup? Apa untungnya anda membalas dendam?
Doa: Tuhan, betapa rapuhnya kami karena mudah menjadi tamak dan membalas dendam. Baharuilah kami. Amen
PJSDB