Hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan peringatan St. Karolus Lwanga dan teman-teman sebagai martir di Uganda. Karolus adalah seorang pelayan istana Muanga di Uganda, Afrika. Ia menjalani tugas peribadi sebagai orang yang dibaptis dengan menginjil teman-temannya dan membawa mereka kepada Yesus. Ia bahkan berani membaptis 4 pelayan istana di sebuah ruang tersembunyi di dalam kerajaan itu. Ketika ketahuan bahwa dia melakukan pembaptisan tersembunyi ini maka ia bersama 21 teman lainnya
dilemparkan ke dalam kobaran api, pada tanggal 3 Juni 1886. Pada tanggal 18 Oktober 1964 Paus Paulus VI mengkanonisasi Karolus Lwanga dan teman-temannya menjadi santo di dalam gereja katolik. Mari kita mendoakan Gereja di Afrika semoga benih para martir boleh menyuburkan benua hitam dengan umat katolik yang berkualitas.
Tobit memulai pengalaman keras ketika dibuang ke Asyur bersama saudara-saudaranya. Di hadapannya dihidangkan makanan. Tobit berkata kepada Tobia: “Anakku, pergilah dan jika kaujumpai seorang miskin dari saudara-saudari kita yang diangkut tertawan di Ninive dan yang segenap hati ingat akan Tuhan, bawalah kemari dan ikut makan. Aku akan menunggu hingga engkau kembali. Ketika Tobia kembali, ia tidak membawa orang hidup untuk makan bersama Tobit tetapi berita kematian seorang Israel. Tobit meninggalkan makanannya, pergi dan mengangkat jenazah dan mengurus penguburannya. Tobit takut akan Tuhan, tidak ada ketakutan apa pun pada raja yang lalim. Sikap Tobit ini heroik. Andaikan saja diketahui raja pasti kisahnya berbeda seperti yang kita dengan hari ini. Dasarnya adalah iman Tobit kuat kepada Allah. Sungguh, berbahagialah orang yang takwa kepada Tuhan, yang suka akan segala perintahNya.
kepada imam-imam kepala, ahli-ahli Taurat, dan kaum tua-tua. Inilah perumpamaan tersebut: ada seorang yang membuka kebun anggur, membuat pagar di sekelilingnya, menggali lubang untuk memeras anggur, mendirikan menara jaga. Kelihatan kebun anggur ini sangat lengkap dan aman. Ia pun menyewakan kebun anggur itu kepada para penggarap. Ketika tiba musim panen, ia menyuruh utusannya untuk meminta kepada penggarap-penggarap hasil yang merupakan bagiannya. Beberapa kali ia menyuruh para utusannya bahkan anak tunggalnya sekali pun, ia bahkan dibunuh dan dilempar ke luar kota karena dialah ahliwarisnya. Melihat situasi ini maka pemilik kebun anggur berencana untuk menyewakannya kepada orang-orang asing.
Pertama, Figur pemilik kebun anggur. Dia hebat, memiliki visi ke depan yang bagus. Ia menyiapkan kebun anggut, membuat pagar yang bagus, mengali lubang pemerasan dan menara jaga. Dia mempercayakan semuanya itu kepada para penggarap. Pemilik kebun anggur menunjukkan dua sikap penting: memiliki rasa percaya kepada para penggarap dan kesabarannya. Sikap figur pemilik kebun anggur hendaknya kita ikuti dalam hidup setiap hari dengan memberi kepercayaan, share responsibility dengan sesama. Demikian juga kesabarannya. Banyak utusan yang diutusnya tetapi mereka dianiaya bahkan dibunuh oleh para penggarap. Apakah kita juga sabar terhadap orang-orang yang menyakiti kita? Figur pemilik kebun anggur adalah Tuhan sendiri.