Da Mihi Animas Cetera Tolle

Buah permenungan filsafat, teologi dan psikologi, juga berisi homili harian berdasarkan bacaan harian Liturgi Gereja Katolik

  • Home
  • Renungan
  • Bible
  • Teologi
  • Filsafat
  • Psikologi
  • Don Bosco
  • Spiritualitas Pria Katolik
  • Saint a Day

Archives for September 2013

Renungan 25 September 2013

25/09/2013 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Hari Rabu, Pekan Biasa XXV

Ezr 9:5-9

Mzm (Tobit) 13:2.4.6.7.8

Luk 9:1-6

Sebab Tuhan Juga Setia Selamanya

Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Ada sepasang suami istri. Mereka sudah menikah 25 tahun dan memiliki anak-anak yang sudah bertumbuh dewasa. Meskipun sudah jelas di dalam Injil Tuhan Yesus katakan “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan istrinya sehingga keduanya menjadi satu daging. Demikian mereka bukan lagi dua melainkan satu karena apa yang dipersatukan Allah tidak boleh diceraikan manusia” (Mat 19:5-6). Namun manusia selalu memiliki keterbatasan sehingga jatuh dalam dosa ketidaksetiaan. Tuhan Yesus mengatakan “keduanya menjadi satu daging” merupakan sebuah persekutuan ilahi dalam persekutuan jasmani. Orang hanya bisa setia kalau memiliki iman. Apa yang terjadi dengan pasutri ini? Setelah mencapai dua puluh lima tahun menikah ternyata  kalimat “keduanya menjadi satu daging” diuji. Keluarga yang tadinya dinilai bahagia diguncang oleh issue kehadiran pribadi lain di dalam keluarga itu. Benar tidaknya issue hal ini tentu menjadi gejolak tersendiri di dalam keluarga sehingga relasi suami dan istri menjadi tegang. Satu hal yang masih menjadi keyakinan di dalam keluarga adalah ketika sang istri berkata: “Sebab Tuhan juga setia selamanya, saya juga akan setia selamanya”. 


Hanya orang beriman yang dapat menerima kenyataan meskipun hanya sebatas issue atau gossip atau sungguh-sungguh nyata ada perilaku tidak setia di dalam perkawinan. Banyak keluarga hancur karena percaya pada issue atau gossip. Tentu pengalaman-pengalaman seperti ini tidak masuk dalam rencana Tuhan. Ini adalah tanda bahwa manusia masih memiliki sikap egois sehingga tidak setia terhadap ikrar yang dijanjikan. Tuhan tidak pernah ingkar janji, hanya manusia yang berkali-kali mengingkari janjinya.


Bacaan pertama hari ini dari Kitab Ezra. Selama beberapa hari ini kita mendapat informasi bahwa para raja Persia yang tidak mengenal dan mengimani Allah Israel seperti Koresh, Darius dan Artahsastra memerintahkan serta mendukung dengan upeti untuk kelancaran pembangunan Bait Allah. Bait Allah juga sudah selesai dan dikuduskan oleh para imam dan Lewi. Kini Bait Allah menjadi shekina atau tempat Allah bersemayam. Semua orang datang dan merayakan Paskah di rumah Tuhan. Sambil memandang Bait Allah, Ezra menyadari kehadiran Allah di tengah-tengah mereka padahal mereka adalah orang berdosa. Bahkan ketika ia menyadari dosa-dosa Israel maka ia mengoyakkan pakaian dan jubah, dan duduk tertegun.  Ia berlutut dengan jubahnya yang koyak dengan tangan terangkat ia berdoa supaya Tuhan jangan menjauhi mereka karena dosa dan salah yang mereka lakukan. Ezra adalah figure seorang pemimpin yang ideal. Ia tidak mempersalahkan manusia di hadirat Tuhan tetapi ia memohon supaya semua dosa mereka diampuni. Ia juga menyadari penyertaan Allah ditengah-tengah umat Israel.


Tuhan Yesus di dalam bacaan Injil hari ini mengajak kita semua untuk merenung tentang tugas perutusan yang diberikanNya kepada kita. Yesus memanggil para muridNya dan memberi kepada mereka tenaga dan kekuatan untuk mengusir setan-setan dan menyembuhkan penyakit-penyakit. Tenaga dan kekuasaan itu bermanfaat untuk menghadirkan Kerajaan Allah. Untuk dapat menjadi pewarta yang baik maka mereka harus hidup sederhana dengan tidak membawa apa-apa dalam perjalanan. Tongkat, bekal, roti atau uang tidak diperbolehkan. Orang dapat memberi diri untuk melayani Tuhan maka pemberian diri itu sifatnya tidak setengah-setangah. Melayani Tuhan dengan sukacita dan total. Orang juga menunjukkan kesetiaan yang besar dalam tugas sebagai misionaris Kristus.


Sabda Tuhan pada hari ini membantu kita untuk bertumbuh sebagai pribadi yang setia kepada Tuhan.Sebagai manusia memang memilik banyak kelemahan, Tetapi di dalam kelemahan-kelemahan itu Tuhan mau menunjukkan sesuatu yang indah yakni mengikutiNya dari dekat, meniru semua teladan hidupnya dan mencapai kekudusan. Tuhan selalu menguatkan kita semua yang lemah untuk menjadi kuat sehingga dapat melayaniNya.Injil Tuhan dapat di kenal hingga ujung dunia kalau kita tekun mendengar, merenungkan dan menjadi pelaku Firman itu sendiri.


Doa: Tuhan kami  berterima kasih kepadaMu karena kasih dan kebaikanMu selalu Engkau limpahkan bagi kami semua.

PJSDB

Renungan 24 September 2013

24/09/2013 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Hari Selasa, Pekan Biasa XXV

Ezr 6:7-8.12b.14-20

Mzm 122:1-2.3-4a.4b-5

Luk 8:19-21

Bahkan orang Kafir pun bersahabat dengan Allah

Ketika saya masih bertugas di daerah Timur Indonesia, saya memiliki kesempatan untuk bersahabat dengan banyak orang yang tidak seiman. Salah seorang yang selalu saya ingat adalah Pak Djoko. Pada suatu kesempatan ia mengontak saya untuk membicarakan sesuatu. Kami bertemu dan ia mengatakan kepada saya: “Pastor, saya memiliki rencana untuk membangun sebuah sekolah untuk anak-anak usia dini. Saya membutuhkan dukunganmu untuk menyelesaikan gedung sekolah yang ada”. Saya mengatakan, “Demi anak-anak muda saya dan komunitas siap membantumu”. Kami pun membantu dan mendukung Pak Djoko dan dia berhasil menyelesaikan gedung sekolah untuk anak-anak usia dini. Pada kesempatan lain saya bertemu dengan Pak Djoko dan ia berkata kepada saya, “Saya merasa di daerah kita ini jauh lebih toleran. Sekolah Madrasah yang di bangun itu, para pendukungnya lebih banyak sahabat-sahabat Nazrani yang saya kenal. Terima kasih, kalian adalah sahabat-sahabatku yang baik”. Banyak kali saya mengenang pengalaman sederhana bersama Pak Djoko dan kawan-kawan. Nilai kemanusiaan menjadi perjuangan bersama. Iman adalah hal yang sangat pribadi dari orang tersebut. Persaudaraan sejati itu nilainya lebih tinggi dibandingkan dengan semangat semu dalam beragama. Mengapa? Karena orang yang beragama belum tentu dapat menjadi saudara. Orang yang berteriak dengan memakai simbol agama tertentu belum benar-benar beriman sehingga mereka juga belum bersaudara dengan orang lain.


Pengalaman sederhana ini mau membantu kita untuk memahami rencana Allah untuk menyelamatkan umat Israel sebagaimana diungkapkan di dalam bacaan pertama dari Kitab Ezra. Koresh, raja Persia memerintahkan orang-orang Yahudi untuk kembali dari Babel ke Yerusalem daerah Yudea untuk membangun Bait Allah. Koresh adalah orang yang mengakui dirinya tidak mengenal Allah tetapi menyuruh orang untuk membangun rumah Tuhan. Pada hari ini kita mendengar bagaimana Bait Allah itu dapat selesai karena andil figur-figur orang asing yang belum mengenal Allah tetapi menghendaki adanya rumah Allah. Mereka adalah para raja Persia yakni Koresh, Darius dan Artahsastra. Mereka memberikan dukungan moril yang luar biasa sehingga proses pembangunan Bait Allah dapat berhasil dengan baik. Perlu diingat bahwa ketika terjadi deportasi orang-orang Yahudi ke Yerusalem dari Yerusalem, masih ada orang-orang yang tinggal di Yerusalem. Tetapi mereka juga tidak mampu membangun sendiri Bait Allah yang sudah dirobohkan. Itu sebabnya tugas pertama yang harus dilakukan oleh orang-orang yang kembali dari Babel adalah membangun rumah Tuhan yang nantinya dapat menjadi pusat pemersatu semua orang Yahudi.


Bagaimana wujud sumbangan para raja Persia yang dikategorikan orang-orang kafir ini bagi komunitas Yahudi dalam membangun bait Allah? Tentu saja hal yang pertama adalah mereka diperbolehkan kembali ke Yersualem. Ini hal yang sangat positif. Untuk membangun Batit Allah, raja Darius misalnya meminta kepada para Bupati di daerah seberang sungai Efrat untuk mendukung pembangunan Bait Allah di tempatnya semula. Ada juga permintaan sumbangan  wajib berupa upeti dari derah seberang sungai Efrat untuk mendukung pembangunan ini. Orang-orang Yahudi pun bekerja giat sesuai petunjuk dari nabi Hagai dan nabi Zakharia bin Ido. Pada tahun keenam pemerintahan Darius, Bait Allah pun selesai dikerjakan. Bait Allah disucikan dengan aneka persembahan berupa kurban bakaran. Puncaknya adalah ketika semua suku Israel merasa dipersatukan sehingga mereka berkumpul bersama untuk merayaka Pesta Paskah. Ada juga upacara pentahiran diri para imam dan suku Lewi sehingga semua jemaat menjadi tahir.


Kisah menakjubkan di dalam bacaan pertama ini membantu kita juga untuk memahami bacaan Injil. Yesus mau mengatakan bahwa keluargaNya adalah keluarga Allah. Oleh karena Ikatan Sabda Tuhan memiliki nilai yang mengatasi ikatan darah dan daging. Pada suatu kesempatan Yesus sedang mengajar banyak orang. Bunda Maria dan para sepupuh Yesus mendatangiNya untuk bertemu sebentar. Tetapi karena terlalu banyak orang yang berkerumun sehingga mereka hanya menitip pesan untuk bertemu. Yesus berkata: “Ibu-Ku dan saudara-saudaraKu ialah mereka yang mendengarkan Sabda Allah dan melaksanakannya.” Relasi dengan Yesus sebagai Sabda kehidupan tidak berdasar pada  ikatan darah-daging tetapi pada Tuhan sendiri yakni SabdaNya yang keluar dari mulut dan diberikanNya kepada manusia. Mereka yang mendengar Sabda akan menjadi ibu, sadara dan saudari Yesus.


Perkataan Yesus ini membantu kita semua untuk menyadari bahwa kita dapat membangun persatuan dengan Allah kalau kita memiliki kemampuan untuk mendengar Sabda, menyimpan di dalam hati dan melakukannya di dalam hidup setiap hari. Sabda Tuhan juga dapat merobohkan tembok-tembok pemisah yang ada di antara kita. Kalau demikian maka tidak ada lagi orang Yunani, Yahudi, bersunat atau tidak bersunat, orang dari aliran ini atau itu. Kita semua satu di dalam Tuhan Yesus Kristus. Kita semua menjadi saudara dalam Tuhan yang sama. Kita juga diajak untuk menyadari bahwa kita bukanlah status quo bagi keselamatan. 


Doa: Tuhan, kami bersyukur kepadaMu karena memilih kami menjadi saudaraMu. Amen


PJSDB

Renungan 23 September 2013

23/09/2013 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Hari Senin, Pekan Biasa XXV

Ezr 1:1-6
Mzm 126:1-2ab.2cd-3.4-5.6
Luk 8:16-18
Agunglah Karya Tuhan Bagi Kita

Kita semua pasti mendengar kisah di dalam Kitab Suci tentang pembuangan orang-orang Yahudi (Kerajaan Selatan) ke Babel. Mereka dipaksa keluar dari negeri mereka oleh Raja Nebukhadnezar II pada tahun 586SM. Bangsa Yahudi mengalami pengasingan di negeri itu hingga tahun 538SM. Pada tahun 538, bertepatan dengan tahun pertama pemerintahan Raja Koresy, penakluk orang-orang Kasdim, Tuhan menggerakkan hatinya untuk memerintahkan semua orang Yahudi yang dibuang ke Babel supaya kembali ke tanah airnya, dalam hal ini Yerusalem. Tindakan Koresy ini sebenarnya adalah sebuah tindakan politis murni tetapi Kitab Suci melihatnya sebagai sebuah bentuk pemenuhan janji Allah kepada para nabi (Yeremia dan Yehezkiel). Orang-orang Yahudi adalah para tawanan yang harus dikembalikan ke negeri asalnya untuk membangun kembali bangsanya. Namun demikian keputusan Koresy ini tidak mengubah situasi politik di daerah Palestina dan sekitarnya yang pada saat itu sudah menjadi satu provinsi kekaisaran. Yerusalem tetap berada di bawah kekuasaan Samaria dalam hal pemerintahannya dan Samaria yang aristokrat juga tidak mau kalau kaum bangsawan Yehuda yang baru kembali ke tanah airnya setelah 50 tahun pembuangan di Babel melebihi mereka. 

Perlu juga kita ketahui bahwa tidak semua orang Yahudi kembali ke Yerusalem. Banyak di antara mereka sudah mengungsi ke luar negeri seperti ke Mesir, Assiria dan Persia selama berada di Babel. Ada juga yang sudah mapan hidupnya, mendapat posisi yang penting atau karena perkawinan dengan orang setempat sehingga mereka merasa tidak ada manfaatnya kembali ke Yerusalem. Mereka yang kembali ke Yerusalem adalah pribadi-pribadi yang selama itu mendengar suara Tuhan melalui seruan para nabi dan mengikutinya. Mereka merasa bahwa seruan para nabi adalah suara Tuhan yang patut ditaati dan kembali ke Yerusalem adalah sebuah cita-cita luhur untuk membangun kembali sebuah negara Israel yang suci dan murni dan Bait Allah adalah pemersatunya. Hal yang kiranya menarik perhatian kita adalah, meskipun Koresy bukanlah seorang pribadi yang mengabdi Allah yang benar namun ia tetaplah model atau contoh pribadi yang mengajarkan toleransi beragama. Dia adalah pembebas bangsa yang tertindas oleh para pendahulunya.
Perikop kita dari Kitab Ezra pada hari ini mau memfokuskan perhatian kita pada dekrit Koresy kepada orang-orang yang percaya kepada Allah untuk kembali ke Yerusalem dan membangun Bait Allah. Bait Allah diperuntukkan bagi umat Allah yang percaya kepadaNya dan Allah yang mendiami Yerusalem. Ia juga meminta dukungan dari semua pihak berupa emas, perak, harta benda dan ternak dan aneka persembahan sukarela dari semua pihak.  KaumYehuda, Benyamin, imam dan Lewi dan semua orang yang hatinya digerakkan oleh Tuhan kembali ke Yerusalem untuk membangun Bait Allah. Bait Allah nantinya menjadi pusat peribadatan, pemersatu setiap pribadi. Bait Allah di Yerusalem laksana lampu yang menarangi semua orang karena Allah bersemayam di sana.

Tuhan Yesus dalam Bacaan Injil hari ini mengatakan: “Tidak ada orang yang menyalakan pelita lalu menutupinya dengan tempayan atau menempatkannya di bawah tempat tidur, tetapi di atas kaki Dian, supaya semua orang yang masuk ke dalam rumah dapat melihat cahayanya”. Yesus sedang berbicara tentang khabar sukacita atau Injil yang diwartakanNya. Injil Yesus Kristus haruslah didengar, disimpan di dalam hati dan dilakukan di dalam kehidupan yang nyata. Selama hidupnya Ia melakukan banyak tanda tetapi banyak kali Ia juga melarang para muridNya untuk tidak mengatakannya kepada orang-orang lain. Jadi hanya para murid dan orang-orang yang terbuka hatinya untuk mendengar Dia yang boleh mendengar, melihat, menyimpan di dalam hati dan melakukannya. Tetapi setelah bangkit Ia memerintahkan para muridNya untuk pergi hingga ke ujung bumi untuk mewartakan InjilNya. Perintah Yesus ini dimaksudkan supaya para murid tidak gentar mewartakan terang Injil bagi semua orang yang layak untuk bergabung dengan komunitas Mesianis. Injil memiliki karakter umum dakam arti Injil itu haruslah diwartakan untuk semua orang meskipun ada banyak halangan. Singkatnya Injil Kerajaan Allah diperuntukan bagi semua orang, universal bukan hanya untuk sebuah komunitas kecil.


Yesus juga menekankan tentang bagaimana cara para muridNya mendengar Sabda. Sabda itu keluar dari mulut Allah tetapi semua orang yang mendengarnya berbeda-beda. Oleh karena itu Sabda itu dapat memiliki dampak sangat tergantung pada siapa yang mendengarnya. Bagi orang yang mengenal rahasia ilahi Kerajaan Allah akan bertumbuh sesuai dengan kehendak Tuhan Allah. Baginya akan diberikan kelimpahan rahmat. Tetapi bagi orang yang tidak mempunyai kemampuan untuk mengenal Allah, hatinya tertutup pada khabar sukacita dari Tuhan, dari padanya akan diambil, juga apa yang dianggap ada padanya. Dengan demikian orang tersebut tentu tidak layak untuk Tuhan.


Pada hari ini Tuhan mengajak kita untuk mendengar dengan baik SabdaNya, menyimpan Sabda dengan baik di dalam hati dan melakukannya dalam hidup setiap hari sehingga dapat menghasilkan buah dalam ketekunan. Yesus sendiri berseru: “Hendaklah cahaya-Mu bersinar di depan orang, agar mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuji Bapamu di Surga” (Mat 5:16). Apakah kita layak membawa Sabda kepada sesama?


Doa: Tuhan jadikanlah aku pelita yang dapat memancarkan cahaya kebaikanMu kepada sesama yang lain. Amen


PJSDB

Homili Hari Minggu Biasa XXV/C – 2013

22/09/2013 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Hari Minggu Biasa XXV/C

Am 8:4-7

 Mzm 131: 1-2.4-6.7-8

 1Tim 2:1-8

 Luk 16:1-13

 

Mengabdilah kepada  Allah

 
Pada suatu kesempatan saya diundang untuk mengikuti perayaan Ekaristi syukur 40 tahun seorang Bapa yang mengabdikan dirinya sebagai koster di sebuah gereja stasi terpencil. Tentu saja perayaan syukur seperti ini jarang dirayakan karena mungkin jarang orang mengabdikan diri secara total untuk Tuhan dan umat seperti ini. Bapa itu menceritakan pengalamannya bahwa ia pertama kali menjadi koster sejak masih berusia 20 tahun. Ia melayani gereja dengan banyak tugas yang dipercayakan kepadanya seperti membunyikan lonceng untuk doa Angelus sebanyak tiga kali sehari, menyiapkan bahan-bahan untuk perayaan Ekaristi dan sakramen lainnya, melatih misdinar, pernah menjadi prodiakon, menjadi juru bicara pastor ketika pastornya berhalangan misa di tempat-tempat tertentu dan masih banyak tugas pelayanan yang ia lakukan untuk melayani umat di gereja stasi tersebut. Para imam boleh berganti tempat tugas, tetapi kosternya tetap sama. Di usianya yang ke-60 ini ia bersyukur atas pengabdiannya kepada Tuhan selama 40 tahun sebagai koster. Bapa Uskup menyapa koster tersebut “Uskup dari para koster”.

Panggilan dasar manusia adalah untuk mengabdi kepada Allah di dalam hidupnya. Supaya menjadi abdi Tuhan Allah yang baik maka setiap pribadi diharapkan untuk menjadi orang yang setia hari demi hari. Kisah bapak yang menjadi koster selama 40 tahun menunjukkan bahwa dia adalah orang yang sungguh setia karena menjadi koster itu tidak mendapat honor apa pun dari gereja. Ia sukarela mengabdi Tuhan dan sesama. Tuhan Yesus dalam bacaan Injil hari ini memberi sebuah perumpamaan yang sangat menarik. Ia menceritakan tentang keadaan seorang bendahara dari seorang tuan yang kaya. Tuannya mendengar tuduhan bahwa sang bendahara memboroskan hartanya. Ia memanggil bendahara itu dan meminta pertanggungjawaban sekaligus memberi tahu pemecatannya. Oleh karena itu sang bendahara membuat pertimbangan dalam hatinya mengenai apa yang harus diperbuatnya setelah ia dipecat. Ia juga merasa sulit untuk melakukan pekerjaan fisik yang berat. Oleh karena itu ia membuat strategi untuk membantu orang-orang yang berutang kepada tuannya dengan membuat surat utang yang nilainya lebih rendah dari yang sebenarnya. Karena sikap licik dan curang bendahara ini maka ia yang tadinya dicela dan hendak dipecat oleh tuannya, kini ia malah dipuji karena perbuatannya yang bijaksana.
 

Bendahara (oikonomos) dalam kisah ini bukanlah bendahara yang kerjanya hanya menerima uang tetapi lebih sebagai manager yang mengelola harta kekayaan tuannya yang kaya raya. Mungkin harta yang dimiliki adalah tanah yang luas yang dapat disewakan sehingga menghasilkan gandum, dan zaitun. Ia dikatakan bendahara yang tidak jujur karena memboroskan harta milik tuannya yang kaya raya ini dan lebih lagi membuat kecurangan dengan mengurangi utang lewatsurat-surat utang dari orang yang berutang kepada tuannya. Ia berlaku tidak benar dan dipecat. Dalam situasi yang terdesak seperti ini, ia melakukan sebuah tindakan yang bijaksana dan terpuji yakni tanpa merugikan tuannya ia mengambil hati orang yang berhutang kepada tuannya dengan menghapus bagian utang yang menjadi jatahnya sendiri. Dengan demikian ia mendapat sahabat-sahabat yang akan menerima dia setelah dipecat tuannya.

 

 

Dari bendahara ini kita mengambil kebijaksanaan yang dialaminya. Kita juga setiap saat dapat dipanggil oleh Tuhan untuk memberi pertanggungjawaban. Untuk itu kita perlu membangun persahabatan yang dapat membantu kita untuk mencapai kekudusan. Tentu saja kita tidak belajar untuk membuat kecurangan-kecurangan tertentu seperti sang bendahara ini. Tuhan menasihati kita untuk menjadi abdi yang setia dalam perkara-perkara yang kecil sehingga dapat setia juga dalam perkara-perkara yang besar. Karena apabila kita berlaku tidak benar dalam perkara-perkara yang kecil, kita juga tidak benar dalam perkara-perkara yang besar. Hal yang harus kita hindari adalah godaan terhadap harta benda yang ada di sekitar kita. Banyak orang menjadikan harta benda sebagai tujuan utama di dalam hidupnya padahal harta benda itu adalah sarana untuk mengabdi Allah. Kita dipanggil untuk mengabdi Tuhan dengan setia selama-lamanya.

 

Perilaku yang curang atau tidak jujur pernah dikecam oleh Amos di dalam bacaan pertama. Para pedagang mengejar keuntungan finasial yang besar terhadap orang-orang-orang miskin. Amos menulis: “Dengarlah hai kamu yang menginjak-injak orang miskin dan membinasakan orang-orang sengsara di negeri ini, dan berpikir, ‘Kapan pesta bulan baru berlalu, supaya kita boleh menjual gandum; kapan hari Sabat berlalu supaya kita boleh berdagang terigu; kita akan memperkecil takaran, menaikan harga dan menipu dengan neraca palsu; kita akan membeli orang papa karena uang dan membeli orang miskin karena sepasang kasut, kita akan menjual terigu tua”. Kecaman Amos ini masih berlaku hingga saat ini. Dalam masyarakat kita masih banyak orang yang berlaku tidak adil terhadap orang-orang kecil. Ada yang mencari keuntungan berlipat ganda tanpa memperhatikan orang-orang kecil yang sangat membutuhkan. Kita seharusnya memiliki sikap jujur dan adil sebagai bentuk pengabdian terhadap masyarakat.

 

 

St. Paulus dalam bacaan kedua mengingatkan Timotius dan jemaat yang dilayaninya untuk memanjatkan permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur kepada Allah bagi semua orang, pemerintah dan penguasa supaya kita dapat hidup aman dan tentram dalam segala kesalehan dan kehormatan. Para pemerintah dan penguasa patut didoakan karena mereka dipanggil Tuhan untuk mengabdikan diri bagi masyarakat banyak. Masalahnya adalah pada manusianya yang memerintah. Banyak kali ia lupa diri sehingga lebih memperioritaskan dirinya sendiri dari pada orang lain. Banyak kali pemerintah juga terlalu bersikap egois dan berlaku curang untuk kebaikan dirinya.

 

 

Sabda Tuhan pada hari Minggu Biasa ke-25 ini mengarahkan kita untuk hidup sebagai orang bijaksana. Ciri khas orang bijaksana dalam bacaan-bacaan suci adalah memiliki visi ke depan yang jelas, terutama bagaimana dari sekarang ia berusaha memupuk persahabatan yang baik untuk mencapai keselamatan kekal. Tentu saja hal praktis yang dapat dilakukan adalah mempraktikkan keadilan dan cinta kasih kepada semua orang. Apakah kita saat ini juga menjadi orang-orang jujur dan tidak berlaku curang? Banyak di antara kita masih memiliki hobi berlaku curang terhadap orang lain orang demi kebaikan dirinya sendiri. Mari kita berubah menjadi abdi-abdi Tuhan yang jujur dan adil serta setia selamanya.

 

 

Doa: Tuhan Yesus, bantulah kami untuk bertumbuh sebagai pribadi yang jujur dan adil. Amen

PJSDB

Renungan 21 September 2013

21/09/2013 by P. John Laba SDB Leave a Comment

St. Matius, Rasul
Hari Sabtu, Pekan Biasa XXIV
Ef 4:1-7.11-13
Mzm 19:2-3.4-5
Mat 9:9-13

Hiduplah sepadan dengan panggilanmu!
Pada hari ini seluruh Gereja Katolik merayakan Pesta St. Matius, Rasul. Matius lahir pada abad pertama. Ia dikenal sebagai salah seorang pemungut cukai (Mat 10:3) dan merupakan salah satu dari keduabelas orang yang dipanggil Yesus untuk menjadi rasul. Ia juga dikenal dengan nama Lewi, anak Alfeus (Mrk 2:14; Luk 5:27). Matius menunjukkan semangat mengikuti Yesus dengan kerelaan menyambut Yesus di rumahnya sendiri. Pada saat itu banyak orang berdosa juga datang dan ikut makan bersama mereka (Mrk 2:13-17). Hadiah besar yang dianugerahkan Yesus kepadanya adalah menulis Injil yang saat ini kita kenal sebagai Injil Matius.
Bacaan-bacaan Liturgi pada hari ini membantu kita untuk memfokusan perhatian kita kepada semangat untuk menjadi murid Kristus. St. Paulus di dalam bacaan pertama membagi pengalamannya sebagai rasul yang merelakan dirinya dipenjara demi Kristus. Dengan berdasar pada pengalaman menderita demi Kristus maka ia menasihati jemaat di Efesus sebagai orang-orang terpanggil untuk hidup sepadan atau cocok dengan panggilannya. Bagaimana mewujudkan hidup sepadan atau cocok dengan panggilan? Bahwa semua kebajikan-kebajikan Kristus haruslah dimiliki oleh setiap orang yang percaya kepadaNya.  Untuk itu Paulus menasihati mereka: “Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam saling membantu”. Kebajikan-kebajikan yang dinasihatkan Paulus ini adalah kebajikan Kristus sendiri. Bagaimana orang dapat menjadi rendah hati satu sama lain? Banyak orang lebih menyukai kesombongan manusiawi dari pada kerendahan hati. Kelemah lembutan membuat orang mampu mengasihi dan menerima semua orang apa adanya. Kesabaran membuat orang sungguh-sungguh bertumbuh secara rohani. Semua ini dilakukan dengan penuh kasih kepada sesama. Kasih adalah segalanya di dalam Tuhan.

Paulus juga menasihati agar setiap orang yang hidup sesuai kebajikan-kebajikan Tuhan dapat berusaha untuk memelihara kesatuan Roh dalam ikatan damai sejahtera: satu tubuh, satu Roh, satu pengharapan, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, yang di atas semua, menyertai semua dan menjiwai semua.  Kebajikan-kebajikan Kristus kalau di hayati dengan baik maka orang akan mewujudkan persekutuan dan persaudaraan sejati di dalam Kristus. Setiap orang yang dibaptis akan mewujudkan sakramen pembaptisannya di tengah dunia. Ia akan menjadi saksi Kristus yang mempersatukan semua orang dan bersama-sama berjalan menuju kepada Allah. Menurut Pulus, Tuhan Yesus juga memberi kasih karunia kepada setiap orang sesuai ukuranNya sendiri kepada setiap pribadi. Demikian juga akan terjadi pemberianNya kepada para rasul, nabi, pemberita Injil, gembala umat pengajar. Semua bentuk pengajaran yang diberikan dan yang diterima akan berguna bagi setiap pribadi menuju kepada kekudusan atau kepenuhan di dalam Kristus.

Paulus dalam perikop kita ini mau menegaskan bahwa semua orang yang dibaptis memiliki panggilan luhur untuk menjadi kudus. Bagaimana mewujudkan kekudusannya? Dengan menghayati kebajikan-kebajikan Kristus sendiri di dalam tindakan, perbuatan dan juga segala perkataan. Banyak orang mengakui dirinya sebagai pengikut Kristus tetapi hidupnya jauh dari Tuhan. Mereka belum menunjukkan kebajikan iman, harapan dan kasih yang sempurna di dalam hidup. Sebagai contoh, banyak kali pelayanan-pelayanan yang diberikan belumlah maksimal. Orang masih mewujudkan panggilan dengan melayani penuh perhitungan untung dan ruginya, padahal katanya mau melayani Tuhan. Demi pelayanan, orang bisa saja membuat sesamanya bahagia, bisa juga membuat mereka menderita, tertekan dan tidak berkembang secara rohani dan jasmani.

Di dalam bacaan Injil kita mendengar contoh konkret pribadi yang dipanggil Tuhan untuk mewujudkan iman, harapan dan kasihNya kepada Tuhan. Tuhan Yesus memanggil Matius ketika ia masih duduk di rumah cukai. Ia sedang menikmati pekerjaannya meskipun pekerjaan semacam itu gelap di mata orang-orang Yahudi. Para pemungut cukai disamakan dengan kaum pendosa karena mereka adalah orang Yahudi yang bekerja untuk bangsa Romawi yang saat itu masih menjajah Israel. Mereka boleh digolongkan pengkhianat bagi bangsa dan negara. Para pemungut cukai juga dinilai negatif karena kadang-kadang mereka menagih pajak melebihi jumlah yang harus ditagih. Kelebihannya itu kadang-kadang dipakai untuk dirinya sendiri.

Kaum Farisi dan para ahli Taurat boleh menolak para pemungut cukai, tetapi Yesus leluasa bergaul dengan mereka. Ia menerima mereka apa adanya, mengampuni dosa-dosa mereka, duduk dan makan bersama penuh persaudaraan dengan mereka. Yesus memiliki prinsip yang bagus yakni mencari orang berdosa untuk diselamatkan. Memang, “Bukan orang sehat yang membutuhkan tabib, melainkan orang sakit.” Sebagai Tuhan, Ia menghendaki belas kasihan dan bukan persembahan! Ia tidak memanggil orang benar, melainkan orang berdosa. Apakah anda dan saya merasakan belas kasihan Tuhan dalam sakramen Tobat? Apakah anda menikmati perubahan menjadi lebih baik lagi dalam hidupmu di hadirat Tuhan? Hiduplah sepadan dengan panggilanmu!
Doa: Tuhan Yesus Kristus, SabdaMu memiliki daya pengampunan. Ampunilah dosa dan salah yang sudah kami perbuat kami di hadiratMu ya Tuhan. Amen
PJSDB
« Previous Page
Next Page »

Tentang Saya

Saya seorang hamba Tuhan yang melayaniNya siang dan malam, anggota Serikat Salesian Don Bosco yang bergabung sejak tahun 1989. Kini saya dipanggil Pater John dan melayani di Jakarta

Artikel Terbaru

  • Homili Pesta St. Markus 2018 25/04/2018
  • Homili 23 April 2018 23/04/2018
  • Homili Hari Minggu Paskah – IV/B – 2018 22/04/2018
  • Food For Thought: Solo Jesus basta! 21/04/2018
  • Homili 21 April 2018 21/04/2018

Situs Lainnya

  • Salesian Don Bosco
  • Vatican
  • Renungan Audio – Daily Fresh Juice
  • Renungan Pria Katolik

Arsip

  • April 2018 (17)
  • March 2018 (14)
  • February 2018 (8)
  • January 2018 (17)
  • December 2017 (23)
  • November 2017 (31)
  • October 2017 (29)
  • September 2017 (38)
  • August 2017 (28)
  • July 2017 (18)
  • June 2017 (24)
  • May 2017 (33)
  • April 2017 (18)
  • March 2017 (40)
  • February 2017 (23)
  • January 2017 (22)
  • December 2016 (23)
  • November 2016 (31)
  • October 2016 (24)
  • September 2016 (36)
  • August 2016 (36)
  • July 2016 (32)
  • June 2016 (27)
  • May 2016 (42)
  • April 2016 (25)
  • March 2016 (41)
  • February 2016 (45)
  • January 2016 (31)
  • December 2015 (26)
  • November 2015 (24)
  • October 2015 (60)
  • September 2015 (44)
  • August 2015 (49)
  • July 2015 (56)
  • June 2015 (56)
  • May 2015 (57)
  • April 2015 (46)
  • March 2015 (52)
  • February 2015 (51)
  • January 2015 (58)
  • December 2014 (46)
  • November 2014 (43)
  • October 2014 (49)
  • September 2014 (46)
  • August 2014 (42)
  • July 2014 (39)
  • June 2014 (39)
  • May 2014 (38)
  • April 2014 (44)
  • March 2014 (41)
  • February 2014 (46)
  • January 2014 (55)
  • December 2013 (43)
  • November 2013 (42)
  • October 2013 (46)
  • September 2013 (31)
  • August 2013 (33)
  • July 2013 (32)
  • June 2013 (36)
  • May 2013 (33)
  • April 2013 (34)
  • March 2013 (40)
  • February 2013 (33)
  • January 2013 (33)
  • December 2012 (36)
  • November 2012 (33)
  • October 2012 (50)
  • September 2012 (40)
  • August 2012 (41)
  • July 2012 (35)
  • June 2012 (30)
  • May 2012 (33)
  • April 2012 (36)
  • March 2012 (47)
  • February 2012 (42)
  • January 2012 (38)
  • December 2011 (35)
  • November 2011 (31)
  • October 2011 (2)

Bulan

  • April 2018
  • March 2018
  • February 2018
  • January 2018
  • December 2017
  • November 2017
  • October 2017
  • September 2017
  • August 2017
  • July 2017
  • June 2017
  • May 2017
  • April 2017
  • March 2017
  • February 2017
  • January 2017
  • December 2016
  • November 2016
  • October 2016
  • September 2016
  • August 2016
  • July 2016
  • June 2016
  • May 2016
  • April 2016
  • March 2016
  • February 2016
  • January 2016
  • December 2015
  • November 2015
  • October 2015
  • September 2015
  • August 2015
  • July 2015
  • June 2015
  • May 2015
  • April 2015
  • March 2015
  • February 2015
  • January 2015
  • December 2014
  • November 2014
  • October 2014
  • September 2014
  • August 2014
  • July 2014
  • June 2014
  • May 2014
  • April 2014
  • March 2014
  • February 2014
  • January 2014
  • December 2013
  • November 2013
  • October 2013
  • September 2013
  • August 2013
  • July 2013
  • June 2013
  • May 2013
  • April 2013
  • March 2013
  • February 2013
  • January 2013
  • December 2012
  • November 2012
  • October 2012
  • September 2012
  • August 2012
  • July 2012
  • June 2012
  • May 2012
  • April 2012
  • March 2012
  • February 2012
  • January 2012
  • December 2011
  • November 2011
  • October 2011

Copyright © 2018 · Beautiful Pro Theme on Genesis Framework · WordPress · Log in