Hari Selasa, Pekan Biasa III
Ibr. 10:1-10
Mzm. 40:2,4ab,7-8a,10,11
Mrk. 3:31-35.
Engkau Mengangkatku dari lumpur!
Ada seorang sahabat mengenang masa lalunya dalam sebuah rekoleksi keluarga. Ia pernah menikmati hidup dalam lumpur dosa selama bertahun-tahun. Dia tidak hanya merokok, tetapi menggunakan narkoba, memanfaatkan perempuan dan melakukan kekerasan. Pada suatu hari ini ia ditangkap petugas dan masuk dan merasakan pembinaan di LAPAS selama beberapa tahun. Ia merasa bahwa hidup ini menjadi sia-sia dan memiliki kerinduan untuk bertobat. Setiap kali ada pelayanan rohani di LAPAS, ia selalu mengaku dosa dan menyatakan penyesalan dan tobatnya kepada Tuhan. Ketika keluar dari LAPAS ia menunjukkan kesungguhannya untuk melayani Gereja. Mengapa ia mau melayani Gereja? Satu alasan yang ia rasakan secara pribadi adalah kehadiran Tuhan nyata dalam hidupnya. Ia mengakui bahwa banyak orang meninggalkannya selama ia menghuni LAPAS. Hanya Tuhan yang hadir dalam keluarga dan beberapa sahabat mau mengangkatnya dari lumpur dosanya. Tuhan mau mengangkatnya kembali dan memberi martabat sebagai anakNya.
Tuhan tidak memperhitungkan dosa-dosa kita. Ia melihat iman yang dianugerahkanNya secara cuma-cuma kepada umatNya. Ia bahkan mengutus Yesus Kristus, PuteraNya untuk menyelamatkan manusia yang berdosa. Yesus Putera Allah wafat di kayu Salib untuk keselamatan kita. Persembahan Yesus adalah persembahan yang sempurna. Dalam surat kepada umat Ibrani dikatakan bahwa di dalam hukum Taurat hanya terdapat bayang-bayang saja dari keselamatan yang akan datang dan bukan hakekat dari keselamatan itu sendiri (Ibr 10:1). Kesadaran diri sebagai orang berdosa membantu orang untuk tetap mempersembahkan korban bakaran kepada Tuhan. Namun dengan hadirnya Yesus Kristus, tidak ada lagi kurban bakaran tetapi Yesus mengurbankan diriNya satu kali untuk selamanya sebagaimana dikatakan: “Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: ‘Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki, tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku?’” (Ibr 10:5). Tubuh Kristus menjadi persembahan yang mulia.
Yesus mempersembahkan diri sebagai kurban pelunas dosa satu kali untuk selama-lamanya. Ini adalah kehendak Tuhan bagiNya sebagaimana dikatakan: “Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku.” (Ibr 10:7; Mzm 40:7). Kehendak Tuhan adalah menyelamatkan semua orang yang diberikan Bapa kepadaNya untuk dibangkitkan pada akhir zaman (Yoh 6:37-40). Pengorbanan diri Yesus sampai tuntas karena kasih. Pengorbanan Yesus membawa dampak pada pertobatan untuk mencapai kekudusan hidup.
Mazmur Tanggapan menggambarkan bagaimana Tuhan menunjukkan kebaikanNya bagi manusia yang berdosa. Pemazmur pernah mengalami kasih dan kemurahan Tuhan dengan berkata: “Ia mengangkat aku dari lobang kebinasaan, dari lumpur rawa; Ia menempatkan kakiku di atas bukit batu, menetapkan langkahku.” (Mzm 40:2). Tuhan begitu baik dengan manusia pendosa. Hanya Dialah yang bisa melakukannya dengan kasih kepada manusia. Apakah kita juga bisa melakukannya bagi sesama? Apakah kita bisa mengasihi orang berdosa tetapi membenci perbuatan dosa dan salah mereka seperti Kristus lakukan bagi kita?
Pemazmur melanjutkan doanya kepada Yahwe: “Berbahagialah orang, yang menaruh kepercayaannya pada Tuhan, yang tidak berpaling kepada orang-orang yang angkuh, atau kepada orang-orang yang telah menyimpang kepada kebohongan!” (Mzm 40:4). Orang yang merasakan kasih dan pengampunan dari Tuhan adalah orang yang menaruh kepercayaannya kepada Tuhan. Tuhan adalah pusat kehidupannya dan hanya kepadaNya manusia berharap. Tuhan tidak akan menahan rahmatNya kepada manusia yang berharap kepadaNya. Kasih dan Kebenaran tetap menjagai manusia yang percaya kepadaNya.
Apa yang harus kita lakukan? Pada hari ini kita semua disapa oleh Tuhan untuk setia mengikuti kehendakNya karena Dialah yang mengangkat kita dari lubang kebinasaan dan lumpur berawa. Bagi Yesus, setiap orang yang melakukan kehendak Allah, dialah saudara laki-laki dan perempuan serta ibuNya (Mrk 3:35). Orang yang melakukan kehendak Allah akan bersatu dengan Yesus, tanpa memandang ikatan darah manusiawi lagi. Bayangkan bahwa pada hari ini Yesus juga mengucapkan hal yang sama kepadamu sebagai ibu dan saudaraNya. Yesus juga mengingatkann kita untuk mengembangkan ikatan kekeluargaan yang lebih luas. Kita bisa menjadi saudara dalam Yesus kalau bisa melakukan kehendak Allah.
Satu kehendak Allah yang nyata bagi kita adalah berempati dengan sesama yang dalam kesulitan, mengangkat mereka dari lubang kebinasaan dan lumpur berawa. Tidak ada kata EGP (Emangnya Gue Pikirin) atau EPEN (Emang Penting) atau tertawa di atas penderitaan orang lain bagi seorang murid Tuhan.
Doa: Terima kasih Tuhan untuk sabdaMu yang sangat menguatkan kami hari ini. Amen
PJSDB