Hari Sabtu, Pekan Biasa III – PW. St. Yohanes Bosco
Ibr 11:1-2,8-19
Mzm (MT Luk): 1:69-70,71-72,73-75
Mrk. 4:35-41
Tuhan mengunjungi umatNya!
Ketika masih bertugas di luar Keuskupan Agung Jakarta, saya membantu Pastor Paroki untuk mengunjungi umat di parokinya. Pada saat tiba di sebuah rumah, bapa keluarga itu berseru: “Tuhan Yesus datang!” Saya kaget mendengar seruan bapa keluarga itu. Setelah duduk, mendengar curhat dan mendoakan mereka, saya bertanya kepada bapa itu alasan mengapa tadi ia berseru dengan suara lantang “Tuhan Yesus datang”. Ia mengatakan kepadaku bahwa selama bertahun-tahun ia merindukan kedatangan seorang pastor ke rumahnya tetapi tak seorang pun yang datang. Ia hanya mengenal pastor sejauh ia pergi ke Gereja dan selesai. Itulah sebabnya ia berseru dengan suara lantang dan mau mengatakan bahwa keluarganya juga layak menerima kunjungan para pastor sebagai gembala dan wakil Tuhan di dunia. Saya sangat terharu mendengar kepolosan hati umat sederhana di kampung. Banyak keluarga juga merindukan lawatan Tuhan. Mereka memiliki seribu satu beban yang mau dibagikan kepada Tuhan.
Mazmur Tanggapan dengan antiphon: “Terpujilah Tuhan Allah Israel, sebab Ia telah mengunjungi dan membebaskan umatNya.” (Luk 1:68), diambil dari Kidung Zakharias dalam Injil Lukas. Zakharias penuh dengan Roh Kudus dan bernubuat sambil berkata: “Tuhan mengangkat bagi kita seorang penyelamat yang gagah perkasa, Putera Daud hambaNya sebagaimana Ia sendiri sudah menjanjikan jauh sebelumnya melalui perantaraan para nabiNya yang kudus.” (Luk 1:69-70). Kalau kita membaca seluruh Kitab Perjanjian Lama, kita menemukan betapa Tuhan mengasihi umat manusia. Ia mengungkapkan janji setiaNya kepada manusia bahwa Ia akan mengutus PuteraNya sendiri dari keturunan Daud. Dialah Yesus, Anak Daud.
Tugas Yesus adalah untuk melepaskan kita dari musuh-musuh kita dan dari tangan semua orang yang membenci kita (Luk 1:71). Zakharias sudah menubuatkan adanya musuh-musuh umat manusia yakni iblis dan kekuatannya. Dialah Diabolos. St. Petrus menasihati: “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-ngaum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” (1Ptr 5:8). Musuh-musuh itu akan selalu merong-rong Kerajaan Allah. Oleh karena itu tugas kita adalah melawan dengan iman yang teguh (1Ptr 5:9). Tuhan sendiri sudah bersumpah untuk membebaskan kita dari tangan semua musuh. Dengan demikian kita dapat mengabdiNya tanpa takut dan berlaku kudus dan jujur di hadapanNya seumur hidup (Luk 1: 73-75).
Penulis surat kepada umat Ibrani mengingatkan kita tentang pentingnya iman. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala yang tidak kita lihat. Abraham adalah figur penting bagi kita karena Ia adalah Bapa kaum beriman. Ia dipanggil Tuhan untuk meninggalkan negeri asalnya ke negeri baru yang ditunjuk oleh Tuhan. Ia percaya dan semuanya digenapi di dalam hidupnya. Iman Abraham diturunkan turun temurun kepada Ishak dan Yakub. Abraham percaya bahwa Allah berkuasa membangkitkan orang sekalipun mereka sudah mati.
Abraham menjadi model yang tepat bagi kita semua untuk merasakan kehadiran Tuhan. Dia sendiri mengalami pergumulan ketika Sara belum memberi keturunan kepadanya. Imannya kepada Allah menolongnya untuk merasakan kebaikan Tuhan dengan lahirnya Ishak. Kita pun membutuhkan iman manakala berada dalam pergumulan tertentu. Kita membutuhkan lawatan Allah dalam hidup kita. Hanyak kepada Allah kita membaktikan diri kita dan berharap pada pertolonganNya.
Tuhan Yesus dalam Injil menunjukkan kepedulianNya kepada manusia. Ketika para murid bersamaNya di dalam perahu mengalami angin taufan yang hebat, Ia menghardik angina tersebut dan suasana menjadi tenang. Iman para murid diuji dengan fenomena alam dan kelihatan mereka masih belum percaya kepada Yesus. Kita juga sering mengalami taufan dalam hidup pribadi. Banyak kali kita mengeluh kepada Tuhan dan berpikir bahwa Tuhan melupakan kita. Padahal Tuhanlah yang berkuasa atas segalanya. Dia juga melawat dalam hidup kita dan menenangkan segala taufan hidup kita.
PJSDB