Ul. 18:15-20
Mzm. 95:1-2,6-7,8-9
1Kor. 7:32-35
Mrk. 1:21-28
Kewibawaan itu mahal!
Selama beberapa hari terakhir kata “ke-wibawa-an” menghiasi media-media komunikasi social. Banyak hal yang dibahas sehubungan dengan kata kewibawaan ini. Misalnya opini public tentang seratus hari pemimpin negara kita, di mana ada yang terang-terangan mengatakan kewibawaan pemimpin negara kita sedang diuji dan kelihatannya mulai melemah. Adanya perseteruan dua lembaga penegak hukum yakni KPK dan POLRI juga memicu opini public tentang kewibawaan masing-masing lembaga dan pemimpinnya di mata masyarakat luas. Nah, kata “wibawa” berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti berkekuatan atau bersinar. Dalam Bahasa Indonesia kata ini dipahami sebagai pembawaan atau pamor untuk menguasai dan mempengaruhi orang lain melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan. Kalau dihubungkan dengan kepemimpinan lalu kewibawaan sering disamakan dengan charisma sang pemimpin.
Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Minggu Biasa ke-IV/B membantu kita untuk memahami kuasa dan kewibawaan ilahi Tuhan. Musa di dalam bacaan pertama merupakan figur yang menghadirkan kewibawaan ilahi Tuhan di hadapan umat Israel. Menurut Musa, Tuhan akan menunjukkan kehendakNya melalui para nabiNya. Ia berkata: “Seorang nabi dari tengah-tengahmu, dari antara saudara-saudaramu, sama seperti aku, akan dibangkitkan bagimu oleh Tuhan, Allahmu; dialah yang harus kamu dengarkan.” (Ul 18:15).Tuhan sendiri berkata kepada Musa: “Apa yang dikatakan mereka itu baik; seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya.” (Ul18: 18).
Yesus adalah Musa baru yang menghadirkan kewibawaan ilahi Tuhan dengan sangat mengagumkan. Ia bersama para murid perdana masuk ke dalam sinagoga di Kapernaun. Di dalam Sinagoga itu, Ia mengajar dengan kuasa dan wibawa, tidak seperti para ahli Taurat sehingga orang-orang takjub mendengarNya. Ia juga memiliki kewibawaan ilahi sehingga roh-roh jahat tunduk kepadaNya. Semua orang memperbincangkan Yesus dan berkata: “Apa ini? Suatu ajaran baru. Ia berkata-kata dengan kuasa. Roh-roh jahatpun diperintah-Nya dan mereka taat kepada-Nya.” (Mrk 1:27).
St. Paulus dalam bacaan kedua mendorong jemaat di Korintus untuk memiliki kewibawaan ilahi sesuai panggilan hidup mereka. Hal khusus yang ditekankan Paulus adalah hidup selibat yang dipersembahkan kepada Tuhan itu dianjurkan demi mengabdi Tuhan dan GerejaNya. Kaum selibater menunjukkan wibawanya dengan memusatkan perhatian kepada perkara Tuhan supaya tubuh dan jiwa mereka kudus.
Pada hari ini anda dan saya diingatkan untuk kembali kepada komitmen panggilan kita masing-masing. Bagi para orang tua tunjukanlah dirimu sebagai pendidik nomor satu bagi anak-anamu dengan penuh kewibawaan. Bagi para gembala umat kami dipanggil untuk menunjukkan wibawa ilahi melalui pengajaran-pengajaran. Mari kita semua menunjukkan kepada masyarakat dan Gereja bahwa kita juga memiliki wibawa ilahi dan berjalan bersama menuju kekudusan.
P. John Laba, SDB