Hari Minggu Biasa VI/B
Im. 13:1-2,44-46
Mzm. 32:1-2,5,11
1Kor. 10:31 – 11:1
Mrk. 1:40-45
Hiduplah Menyerupai Yesus Kristus!
Ada seorang pemuda yang membagi pengalaman rohaninya. Ia merasa terpukul ketika berjalan bersama dengan seorang sahabatnya yang mengakui dirinya seorang ateis praktis. Ketika itu mereka bersama-sama berada di dalam mobil menuju ke tempat kerja. Di pertengahan jalan mereka melihat seorang nenek yang ditabrak gerobak jualan sehingga ia jatuh dan mengalami luka-luka ringan. Sahabat yang mengaku ateis itu keluar dan spontan membantu nenek itu dan memberikan uang secukupnya untuk mengobati luka-lukanya. Pemuda yang mengaku diri pengikut Kristus itu juga keluar dari mobil tetapi ia hanya sekedar membantu tanpa berpikir akan memberikan bantuan seperti sahabatnya yang mengakui diri ateis praktis. Ketika kembali ke rumah, pemuda itu merasa seperti dipukul oleh sahabatnya. Ia merasa disadarkan bahwa menjadi pengikut Kristus bukan hanya sekedar mengikuti tetapi harus hidup seperti Yesus Kristus. Sejak saat itu ia berusaha untuk selalu siap melayani Tuhan dan sesama.
Bacaan Injil hari ini sangat menarik perhatian kita. Tuhan Yesus sudah sedang tampil di depan umum. Ia menunjukkan kuasa Allah dengan mengajar, mengusir roh-roh jahat (Mrk 1:21-28), menyembuhkan sakit penyakit dan kelemahan manusia (Mrk 1:29-31), menghancurkan tabu (Mrk 1:31) dan semangat yang kuat dalam berkarya (Mrk 1:38-39). Semua tema yang disebutkan di sini sejalan dengan mukjizat yang dilakukan bagi seorang yang sakit kusta (Mrk 1:40-45). Yesus menghancurkan tabu kenajisan.Orang kusta disembuhkan Yesus!
Dalam bacaan pertama dari Kitab Imamat, kita mendengar bagaimana perlakuan terhadap para orang kusta. Tuhan berfirman kepada Musa dan Harun supaya orang yang mengalami penyakit kulit tertentu misalnya bengkak, bintil-bintil atau panau yang bisa menimbulkan penyakit kusta pada kulitnya harus dibawa kepada imam Harun atau salah seorang anaknya. Mengapa? Karena orang itu najis dan imam harus mengatakannya bahwa ia memang najis. Untuk itu orang kusta harus menunjukkan dirinya dengan berpakaian yang cabik-cabik, rambutnya juga terurai. Ia harus tinggal terasing dari sesama yang lain. Ia juga harus befani berkata bahwa ia kusta ketika berada di jalanan umum sehngga tidak menjiskan sesama yang lain.
Orang kusta dalam injil memang mengetahui jati dirinya. Tetapi apa yang terjadi padanya ketika berjumpa dengan Yesus? Ada satu kemungkinan bahwa si kusta adalah seorang pria sehingga ia berani datang, berlutut di hadapan Yesus dan meminta: “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.” (Mrk 1:40). Ada dua hal istimewa di sini: Pertama, Yesus pasti memiliki suatu keunikan yang tidak dimiliki orang lain, keunikan yang menarik perhatian si kusta sehingga ia berani berlutut dan meminta untuk disembuhkan olehNya. Kedua, Yesus menghancurkan tabu kenajisan ketika Ia tergerak hati oleh belas kasihan dan mengulurkan tanganNya yang kudus, menjamah dan menyembuhkan orang kusta ini. Tangan Yesus yang kudus menyentuh si kusta yang najis supaya ia bisa sembuh dari kustanya. Orang kusta itu sembuh total, dan disuruh Yesus untuk menunjukkan dirinya kepada imam dan mempersembahkan kurban persembahan sesuai hukum Musa. Dengan demikian ia bisa bergabung dalam ibadat dan masyarakat sosial.
Apa yang harus kita lakukan supaya menyerupai Kristus?
Pertama, Kita semua dipanggil untuk menjadi serupa dengan Yesus dalam kata dan tindakan. Dalam masyarakat sosial, kita berhadapan dengan konsekuensi dari kejahatan yakni sakit penyakit, tabu, prasangka negatif, rasa benci, tidak saling mengerti satu sama lain. Semuanya ini haruslah membuat para Pria Katolik bertindak seperti Yesus yang membenci perbuatan jahat dan dosa-dosa tetapi mengasihi manusia sebagai pribadi yang patut diselamatkan.
Kedua, Kita semua harus memiliki semangat untuk melayani semua orang, bukan hanya yang bersih saja tetapi yang kotor dan najis juga. Beata Theresia dari Kalkuta pernah berkata: “Lakukanlah pekerjaan-pekerjaanmu yang kecil, sederhana terhadap orang-orang yang kotor dan najis dengan cinta kasih yang besar.”
Ketiga, Kita semua perlu revolusi mental untuk menyerupai Yesus, sahabat kaum kecil. Orang kusta zaman ini adalah saudara-saudara yang sehat secara fisik, pintar dan cerdas tetapi perilakuknya busuk seperti penyakit kusta. Mereka melakukan korupsi, bersahabat dengan narkoba, tidak setia dalam perkawinan. Hendaknya kita menjadi Kristus yang lain pada masa kini untuk membantu mengangkat saudara-saudari dari kolam lumpur ke kolam yang bersih. Yesus berhasil menyembuhkan si kusta, kita juga bisa menyembuhkan sesama yang lain di masa sekarang ini.
St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Korintus mengharapkan supaya semua kegiatan yang kita lakukan itu demi kemuliaan nama Tuhan. Ia menulis: “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah. Janganlah kamu menimbulkan syak dalam hati orang, baik orang Yahudi atau orang Yunani, maupun Jemaat Allah. Sama seperti aku juga berusaha menyenangkan hati semua orang dalam segala hal, bukan untuk kepentingan diriku, tetapi untuk kepentingan orang banyak, supaya mereka beroleh selamat. (1Kor 10:31-33).
Banyak kali kita lupa sehingga nama kita lebih mulia dari pada nama Tuhan. Kita seharusnya menunjukkan diri kita sebagai pengikut Kristus yang selalu melakukan perbuatan baik sehingga nama Bapa di Surga tetap dimuliakan selamanya. Yesus sudah melakukan segala pekerjaan Bapa sehingga nama Bapa dimuliakan. Tuhan Yesus menginspirasikan kita dan Ia juga pasti memberkati kita semua. Kalau saja orang yang tidak mengimani Yesus Kristus bisa menghayati nilai-nilai atau nasihat injil Yesus Kristus maka kita juga harus lebih dari semua orang yang lain. Kita melakukan perbuatan baik supaya nama Bapa tetaplah dimuliakan.
Doa: Tuhan Yesus Kristus, kami berterima kasih kepadaMu karena Engkau menginspirasikan kami untuk berkata dan bertindak seperti Engkau sendiri. Semoga banyak orang merasakan penebusan yang berlimpah dari padaMu. Amen.
PJSDB