Hari Minggu Prapaskah II/B
Kej 22:1-2.9a.10-13.15-18
Mzm 116 (115): 10.15.16-17.18-19
Rm 8: 31b-34
Mrk 9:2-10
Melihat Yesus Seorang Diri Saja!
Kita berada di Pekan II masa Prapaskah. Pekan ini bisa disebut pekan Transfigurasi karena permenungan kita berfokus pada Tuhan Yesus yang bertransfigurasi atau yang berubah rupa di atas gunung yang tinggi. Peristiwa transfigurasi ini membantu permenungan kita di masa retret agung ini pada pribadi Yesus yang sebelumnya sudah mengatakan kepada para muridNya bahwa Ia akan pergi ke Yerusalem, menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah hari ketiga. (Mrk 8:31). Kali ini Ia sekali lagi berbicara tentang “bangkit dari antara orang mati”. Nah, lihatlah bahwa pada pekan pertama Prapaskah yang sudah kita lewati kita belajar dari Yesus yang menang mengatasi godaan-godaan. Melalui sakramen pembaptisan kita semua diperbaharui menjadi anak-anak Allah. Pada pekan kedua ini kita semua dibantu untuk memiliki visi tentang kebangkitan Yesus Kristus.
Penginjil Markus mengisahkan bahwa Yesus membawa tiga murid intinya yakni Petrus, Yakobus dan Yohanes untuk naik ke atas sebuah gunung yang tinggi. Ketiga murid ini merasakan kebersamaan yang begitu intim dengan Yesus. Mereka mulai merasakan kebangkitan Yesus Kristus, meskipun belum memahaminya dengan sempurna. Untuk memperteguh iman para muridNya, tampil juga dua tokoh lain yang ikut bersaksi yakni Elia dan Musa. Nabi Elia mewakili para nabi yang sudah bernubuat tentang Mesias. Musa mewakili Torah yang pada intinya juga berbicara tentang Mesias. Dia yang akan mengurbankan diriNya untuk keselamatan manusia.
Petrus begitu terpesona dan bahagia bercampur rasa takut sehingga ia meminta kepada Yesus untuk membuat tiga tenda bagi Yesus, Musa dan Elia. Ini adalah rencana manusiawi karena suasana bathin. Dengan demikian Tuhan menyadarkan mereka supaya mengenal dan mengasihi Yesus yang ada bersama dengan mereka. Dari dalam awan ada suara Bapa yang berkata: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia.” (Mrk 9: 7). Yesus adalah Putera kesayangan Bapa, dan hanya melalui Dialah Ia mencurahkan semua kasih sayangNya. Bahkan kasih yang paling agung adalah ketika Ia harus mengorbankann puteraNya sendiri untuk menebus dosa umat manusia. Bapa tidak mempersembahkan orang lain tetapi Putera TunggalNya. Tuhan Yesus mengorbankan diriNya sendiri satu kali untuk selama-lamanya. Ini yang berbeda dengan para nabi yang mengorbankan hewan kurban.
Tuhan Yesus bisa mengurbankan diriNya dengan menderita sengsara, wafat dan bangkit karena Ia mengasihi kita. Ia juga mau supaya kita menyerupai Dia yakni sebagai “Anak yang dikasihi Bapa” dan merasakan kasih Bapa sendiri seperti yang dialamiNya. Dalam masa prapaskah ini kita diingatkan untuk bersyukur atas kasih setia Tuhan yang kita terima melalui Yesus Kristus PuteraNya. Ia mengasihi kita bukan karena kuat dan hebatnya kita, tetapi karena DiriNya adalah kasih itu sendiri (1Yoh 4:8.16). Ia mengasihi kita karena Dialah kasih itu sendiri.
Kita belajar dari Abraham, sang Bapa kaum beriman yang setia dalam imannya kepada Allah. Setelah Tuhan memberikan anugerah Ishak sebagai anaknya, Tuhan mencobainya untuk mempersembahkan sebagai kurban bakaran kepada Tuhan. (Kej 22:1). Bisa dibayangkan bagaimana suasana bathin dari Abraham. Ia sudah lama menunggu hadirnya seorang anak, kini Tuhan memintanya kembali dengan menjadikannya sebagai kurban bakaran. Abraham menunjukkan kepatuhan iman kepada Tuhan. Ia menyiapkan segala sesuatu, dan dengan pisau di tangan ia mau menyembeli Ishak anaknya. Tetapi malaikat Tuhan menghalanginya. Tuhan melihat besarnya iman dan ketaatannya kepada Tuhan. Sebagai ganti Ishak, Tuhan menyiapkan seekor domba muda sebagai kurban persembahan. Tuhan juga memberikan berkat yang berlimpah kepada Abraham. Keturunannya akan berlimpah dan kesejahteraan akan menjadi milik mereka.
Abraham adalah contoh orang yang mengimani, mengasihi dan setia kepada Tuhan. Ia diminta untuk memberi yang terbaik kepada Tuhan yaitu puteranya sendiri. Tuhan melihat iman dan ketaatannya sehingga berkat pun turun kepadanya. Tuhan juga menunjukkan sesuati yang berbeda yakni, kurban Ishak diganti oleh kurban seekor domba. Tuhan sendiri akan mengorbankan Yesus PuteraNya, Dialah Anak Domba Allah yang menghapus dosa-dosa dunia. Yesuslah yang menumpahkan daraNya di kayu salib untuk keselamatan kita.
Kita harus memiliki iman yang besar seperti Abraham. Ia percaya bahwa Tuhan adalah kasih dan akan memberi yang terbaik baginya. Tuhan sendiri menjanjikan berkat yang berlimpah untuk seluruh keuturunannya. Allah selalu memihak manusia seperti memihak Abraham sehingga yang dikorbankan bukan Ishak tetapi seekor domba. Tuhan hanya mengorbankan Yesus PuteraNya. St. Paulus berkata: “Ia yang tidak menyayangkan anakNya sendiri tetapi, tetapi menyerahkanNya bagi kita semua.” (Rm 8:32). Yesus telah menderita, wafat dan bangkit karena kasih kepada kita semua.
Apa yang harus kita lakukan? Bacaan-bacaan Kitab Suci pada Hari Minggu inu mengarahkan kita supaya:
Pertama, memiliki ketataan iman kepada Tuhan. Abraham adalah inspirator kita. Kita melihat sikap lepas bebas dari Abraham ketika diminta untuk mengurbakan puteranya yang tunggal.Ia taat dan percaya kepada Tuhan. Sebagai ganjaran baginya, ia mendapat berkat berlimpah bukan hanya untuk dia tetapi juga untuk segala keturunannya. Tuhan Yesus juga menginspirasikan kita untuk taat kepada Bapa. Ia mengurbankan diriNya sebagai tanda ketaatanNya kepada Bapa. Apakah adan memiliki ketaatan iman?
Kedua, Semangat untuk berkurban. Hidup kita menjadi indah kalau kita belajar berkurban untuk kebahagiaan sesama sebagaimana dilakukan Tuhan Yesus Kristus. Dalam masa prapaskah kita diajak untuk berbagi dalam pelayanan amal kasih kepada sesama yang sangat membutuhkan. Apakah anda memiliki semangat rela berkorban seperti Tuhan Yesus sendiri?
Ketiga, Hanya Yesus seorang diri dalam hidup kita. Petrus, Yakobus dan Yohanes terpesoan dan takut ketika menyaksikan Transfigurasi Yesus. Tetapi ada satu hal yang penting adalah mereka hanya melihat Yesus seorang diri saja. Hidup kristiani akan bermakna ketika kita juga hanya melihat Yesus seorang diri dalam hidup kita. Bangunlah semangat pertobatan! Yesuslah yang mengubah seluruh hidup kita.
PJSDB