Hari Raya Kabar Sukacita
Yes. 7:10-14; 8:10
Mzm. 40:7-8a,8b-9,10,11
Ibr. 10:4-10
Luk. 1:26-38
Jangan takut, hai Maria!
Masa Prapaskah menjadi indah karena kita merayakan dua Hari Raya yang erat hubungannya dengan kehidupan Tuhan Yesus Kristus. Saya mau mengingatkan bahwa pada tanggal 19 Maret yang lalu kita merayakan Hari Raya St. Yosef, suami Bunda Maria dan pada hari ini kita merayakan Hari Raya Bunda Maria menerima Khabar Sukacita bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus. Pikiran kita dibuka untuk percaya bahwa Yesus itu sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Dialah Anak Allah yang diutus untuk menebus dosa umat manusia berkat wafat dan kebangkitanNya di atas kayu salib. Dia adalah seorang manusia yang lahir dalam keluarga manusia dan hidup sebagai manusia kecuali dalam hal dosa. Namun perlu kita sadari bahwa pada mulanya Yosef dan Maria sendiri memiliki pergumulan karena kaget dan ragu akan pengalaman hidup mereka yang berhubungan dengan Yesus. Mereka belum mengerti maksud dan rencana Tuhan.
St Yosef dipilih Tuhan untuk menjadi Bapa pengasuh bagi Yesus. Yosef berasal dari keturunan Daud. Dia mengalami pergumulan bathin ketika mengetahui bahwa Maria tunangannya sudah hamil sebelum mereka hidup bersama sebagai suami dan istri. Yosef sebagai seorang pria yang tulus hati tidak mau mencemarkan nama baik Maria maka ia mempertimbangkan untuk menceraikannya diam-diam. Tetapi malaikat Tuhan mengatakan kepadanya dalam mimpi supaya ia jangan takut mengambil Maria sebagai isterinya sebab Maria mengandung dari Roh Kudus dan bahwa ia akan melahirkan seorang anak laki-laki yang akan Yosef namai Yesus (Mat 1:20-21). Yosef pun menerima nasihat Tuhan melalui malaikat dan melakukannya sepanjang hidupnya. Ia menerima Maria dan Yesus sebagai bagian dari hidupnya dan mengasihi sampai tuntas.
Bunda Maria adalah seorang wanita sederhana dari Nazareth di Galilea. Ia seorang perawan dan sedang bertunangan dengan Yosef dari keturunan Daud. Tuhan Allah mengutus Malaikat Gabriel kepadanya dan berkata: “Salam hai engkau yang dikarunia, Tuhan menyertai engkau.” (Luk 1: 28). Maria terkejut dengan perkataan malaikat Gabriel sehingga malaikat berkata kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” (Luk 1: 30-33).
Bunda Maria masih ragu dan bertanya kepada malaikat sebab ia sendiri belum bersuami. Malaikat Gabriel mengatakan kepadanya bahwa Roh Kudus akan turun ke atasnya dan kuasa Allah juga akan menaunginya. Dan supaya Maria tidak merasa ragu, Malaikat juga memberi contoh karya Tuhan dalam hidup Elizabeth saudara Maria yang dianggap mandul, bahwa ia sedang mengandung enam bulan. Maria menyadari rencana Tuhan dan percaya kepadaNya. Ia berkata: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk 1:38). Perkataan Bunda Maria ini melengkapi nubuat Tuhan dalam Kitab Perjanjian Lama: “Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel.” (Yes 7:14).
Kisah Injil tentang panggilan Bunda Maria ini sangat menarik. Maria hanyalah seorang wanita sederhana, dari daerah Nazareth yang tidak dikenal banyak orang. Kita mengingat perkataan Natanael kepada Filipus: “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazareth?” (Luk 1:46). Tuhan selalu memiliki rencana yang indah untuk orang yang istimewa pula. Bunda Maria adalah pribadi yang sederhana dan bersahaja, wanita kudus yang berasal dari daerah yang kurang dikenal tetapi hingga saat ini namanya masih tetap harum dan dikenal di seluruh dunia. Nama Maria tetap dihormati sebagai wanita kudus, pilihan Allah.
Bunda Maria memiliki keunikan yang diberikan Tuhan kepadanya. Ada kemungkinan, orang tuanya sudah mempersembahkannya kepada Tuhan ketika masih kecil sebagaimana dilakukan banyak keluarga Yahudi pada masa itu. Oleh karena itu sejak kecil ia sudah membaktikan diri kepada Tuhan. Tuhan memberikan iman sebagai anugerah cuma-cuma kepadanya. Hal ini diakuinya ketika mengatakan dirinya sebagai hamba yang patuh kepada Sabda.
Setelah menyebut dirinya sebagai hamba Tuhan maka Ia siap untuk melakukan kehendak Tuhan sepanjang hidupnya. Ia melakukannya dengan sempurna ketika mengandung, melahirkan, membesarkan dan menyertai Yesus sampai tuntas. Sikap hidup Bunda Maria kiranya cocok dengan apa yang dikatakan dalam surat kepada umat Ibrani: “Sungguh, Aku datang; dalam gulungan kitab ada tertulis tentang Aku untuk melakukan kehendak-Mu, ya Allah-Ku.” (Ibr 10:7.9). Perkataan “menjadi hamba Tuhan” diakui dalam hati Bunda Maria dan disempurnakan secara utuh oleh Yesus Puteranya di atas kayu salib.
Pada hari ini permenungan kita saya fokuskan pada perkataan malaikat: “Jangan takut”. St. Yosef dan Bunda Maria diingatkan dengan kata-kata yang sama: “Jangan takut” untuk mengambil keputusan yang tepat bagi hidup mereka. Yosef dan Maria telah mengambil keputusan yang tepat dalam hidup mereka dan berpartisipasi dalam keselamatan manusia. Mereka percaya dan tidak takut sepanjang hidup mereka karena Tuhan selalu menyertai mereka. Tuhan mengasihi dan menyertai orang yang selalu terbuka dan percaya kepadaNya.
Jangan takut hai para orang tua untuk mendidik anak-anakmu supaya bertumbuh sebagai orang beriman dan warga negara yang jujur. Masyarakat kita bisa berubah menjadi lebih baik kalau generasi manusia merasakan kasih dan kebaikan dari dalam keluarganya. Jangan takut hai kaum muda untuk menjadi pribadi yang baik. Tuhan yang kita imani itu selalu menyertaimu kapan dan di mana pun anda berada, asal saja anda percaya kepadaNya. Jangan takut hai anak-anak dan remaja karena Tuhan mengasihimu apada adanya. Ia sendiri berkata: “Biar kanak-kanak datang kepadaKu.” (Luk 18:16). Jangan takut saudara dan saudari karena Tuhan menyertai kita semua.
PJSDB