Hari Senin, Pekan Suci
Yes. 42:1-7
Mzm. 27:1,2,3,13-14
Yoh. 12:1-11
Tuhan adalah keselamatanku!
Ada seorang sahabat menceritakan pengalamannya tentang bagaimana Tuhan melindungi keluarganya. Ketika itu terjadi kerusuhan berdarah di daerahnya. Para lawan berdatangan, mengepung dan mencari keluarganya di kampung. Anehnya, orang-orang itu sempat melewati rumahnya tetapi tidak menemukan dia dan keluarganya yang sedang bersembunyi di dalam rumah. Mereka hanya mengatakan bahwa rumahnya sudah kosong. Setelah situasi aman barulah mereka keluar dan mengungsi ke hutan. Pengalaman sederhana ini selalu diingatnya sebagai salah satu campur tangan Tuhan terhadap keselamatan keluarga. Hingga saat ini, di rumahnya terdapat sebuah ukiran bertuliskan: “Tuhan adalah keselamatanku”.
Selama hari-hari pekan suci ini, Sabda Tuhan membantu kita untuk mengenang Yesus sebagai Hamba Tuhan yang menderita. Berkaitan dengan hal ini, Nabi Yesaya menuliskan nubuat-nubuat yang indah, cerminan kehidupan nyata Tuhan Yesus Kristus. Pada hari ini kita mendengar Himne Hamba Tuhan yang menderita bagian pertama menurut nabi Yesaya. Himne ini terdapat dalam Kitab nabi Yesaya Bab 42:1-7.
Menurut perikop ini, Hamba Tuhan adalah pilihan Allah dan Ia sendiri berkenan kepadanya. Roh Kudus sudah diberikan kepadanya untuk menyatakan Torah kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berteriak dan tidak memperdengarkan suaranya di jalan-jalan. Dialah satu-satunya harapan untuk menegakkan hukum Tuhan. Hamba Tuhan adalah seorang nabi yang mendapat perintah dari Tuhan seperti ini: “Aku ini, Tuhan, telah memanggil engkau untuk maksud penyelamatan, telah memegang tanganmu; Aku telah membentuk engkau dan memberi engkau menjadi perjanjian bagi umat manusia, menjadi terang untuk bangsa-bangsa, untuk membuka mata yang buta, untuk mengeluarkan orang hukuman dari tempat tahanan dan mengeluarkan orang-orang yang duduk dalam gelap dari rumah penjara.” (Yes 42:6-7).
Nubuat Tuhan melalui nabi Yesaya ini sejalan dengan pengalaman rohani Raja Daud. Ia berdoa: “Tuhan adalah terangku dan keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?” (Mzm 27:1). Daud merasakan kehadiran Tuhan maka ia berani berdoa seperti ini. Baginya, Tuhan adalah terang dan keselamatannya. Oleh karena itu ia menaruh seluruh harapannya kepada Tuhan bukan kepada dirinya sendiri.
Selanjutnya Daud meletakkan seluruh harapannya kepada Tuhan karena ia tahu bahwa kerajaannya itu selalu dirong-rong oleh bangsa-bangsa asing. Ia berkata: “Ketika penjahat-penjahat menyerang aku untuk memakan dagingku, yakni semua lawanku dan musuhku, mereka sendirilah yang tergelincir dan jatuh.” (Mzm 27:2). Daud sudah percaya bahwa pertolongannya pasti datang dari Tuhan maka tugasnya hanyalah bersyukur tiada hentinya kepada Tuhan. Ketika kita mengalami kesulitan maka hendaknya kita meletakkan seluruh harapan kita kepada Tuhan bukan kepada diri kita sendiri. Tuhan pasti akan meringankan beban hidup kita. Persoalannya adalah apakan kita masih percaya kepada Tuhan? Jangan sampai kita meragukan Tuhan dalam hidup kita.
Daud juga menyatakan imannya kepada Tuhan. Ia tetap percaya pada perlindungan Tuhan. Ia berkata: “Sekalipun tentara berkemah mengepung aku, tidak takut hatiku; sekalipun timbul peperangan melawan aku, dalam hal itupun aku tetap percaya. Sesungguhnya, aku percaya akan melihat kebaikan Tuhan di negeri orang-orang yang hidup!” (Mzm 27: 3.13). Kata-kata penghiburan yang menguatkan Daud dari Tuhan adalah: “Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu” (Mzm 27:14). Daud hidup dan selalu berharap kepada Tuhan.
Dalam bacaan Injil kita mendengar bagaimana Maria mengurapi Tuhan Yesus di Betania. Peristiwa ini terjadi enam hari sebelum Paskah di rumah Lazarus yang sudah dibangkitkan Yesus. Marta sebagai pemilik rumah melayani Yesus dan murid-muridNya, termasuk Lazarus. Maria menggunakan kesempatan untuk meminyaki kaki Yesus dengan minyak narwastu. Ia menyekanya dengan rambutnya dan bau semerbak memenuhi seluruh rumah itu.
Peristiwa pengurapan ini menimbulkan reaksi yang berbeda-beda. Misalnya Yudas Iskariot yang akan menjual gurunya mengatakan bahwa alangkah baiknya minyak itu dijual seharga tigaratus dinar dan diperuntukkan bagi kaum miskin. Yesus bereaksi bahwa semua yang dilakukan Maria itu sebagai tanda bagi penguburanNya. Lagi pula orang-orang miskin selalu ada pada mereka. Yesus tidak akan selalu bersama dengan mereka. Ia akan meninggalkan mereka untuk menderita, wafat dan bangkit pada hari ketiga. Lazarus saja nyaris dibunuh karena gara-gara kebangkitannya maka banyak orang menjadi percaya kepada Yesus.
Tuhan Yesus adalah juruselamat kita. Dialah hamba Tuhan yang menderita bagi kita semua. Mari kita menyembah dan memuliakan Dia selama-lamanya. Apakah anda percaya kepada Kristus, sang Hamba Yahwe yang menderita?
PJSDB