Satu selamanya!
Persekutuan itu dibangun di atas pengurbanan diri. Demikian kesaksian dari sepasang suami dan istri pada perayaan ulang tahun pernikahan mereka yang ke sepuluh. Resep yang juga menjadi komitmen mereka selama sepuluh tahun adalah semangat rela berkorban untuk mempertahankan bahtera pernikahan. Mereka berjanji menjadi satu untuk selamanya. Ketika mendengar kesaksian ini saya merasa bangga karena Tuhan turut bekerja di dalam keluarga ini.
St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus (Ef 4:1-6), mengingatkan mereka untuk membangun semangat persekutuan. Dari dalam penjara (pengorbanannya) demi Tuhan, ia menasihati jemaat di Efesus supaya hidup sepadan dengan panggilan mereka. Dalam hal ini: rendah hati, lemah lembut, sabar, saling membantu satu sama lain. Kebajikan-kebajikan ini akan membuat mereka menjadi satu dalam ikatan Roh yakni satu tubuh, satu Roh, satu pengharapan, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa. Hanya Allah Bapa saja yang mengatasi semua, menyertai semua dan menjiwai semua.
Sekarang marilah kita melihat di dalam diri kita, nilai-nilai rohani yang disampaikan oleh St. Paulus supaya kita bisa bersatu dengan sesama. Apakah para suami dan istri sudah memiliki nilai-nilai rohani yang disampaikan Paulus? Ingatlah, ketika kita hanya mengingat diri kita sendiri, kita tidak bisa bersatu dengan sesama. Ketika kita tidak sabar dengan diri kita maka kita juga tidak bisa sabar dengan sesama di sekitar kita. Nah, kita memohon supaya Tuhan menambah iman kita supaya bersatu sebagai saudara dalam Yesus Kristus.
PJSDB