Homili Hari Minggu Adventus ke-IV/B – 2020

HARI MINGGU ADVEN IV/B
2Sam. 7:1-5,8b-12,14a,16
Mzm. 89:2-3,4-5,27,29
Rm. 16:25-27
Luk. 1:26-38

Namailah Dia Yesus

Adalah William Shakespeare (1564-1616). Penyair dan dramawan dari Inggris ini pernah berkata: “What’s in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet.” (Apalah arti sebuah nama? Andaikata kamu memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia tetap akan berbau wangi). Setiap orang memiliki nama, dan nama itu melekat dan bermakna pada diri pribadi setiap orang. Mari kita menatap Tuhan Yesus. Nama Yesus (bahasa Yunani: Ἰησοῦς Iesous; Arab: يسوع; Ibrani: יֵשׁוּעַ). Secara umum nama Yesus berarti: Keselamatan, atau “Tuhan adalah keselamatan”, “Tuhan menyelamatkan”, “Tuhan Juruselamat. Kita mengenal Yesus dari Nazaret atau Yesus Kristus sebagai pribadi ilahi dalam Tritunggal Mahakudus. Nama Yesus ini yang menjadi permenungan kita pada hari-hari menjelang perayaan Natal ini.

Pada hari ini kita mendengar sebuah kisah Injil yang menarik dan indah dan membantu kita untuk mengenal dan memahami nama Yesus. Dikisahkan oleh penginjil Lukas bahwa pada bulan keenam, Tuhan Allah mengirim Malaikat Gabriel untuk menyampaikan khabar sukacita kepada Maria dari Nazaret. Maria, gadis perawan dari Nazaret itu masih bertunangan dengan Yusuf dari keluarga Daud. Malaikat menyampaikan kepada Maria bahwa ia dipilih Tuhan untuk menjadi ibu Yesus, anak laki-laki yang dikandungnya karena kuasa Roh Kudus. Maria tentu bingung atas keterpilihannya ini, lagi pula ia belum bersuami. Dalam situasi batin seperti ini, Malaikat Gabriel tetap meyakinkan Maria sehingga dengan imannya menunjukkan ketaatannya kepada Tuhan dengan berkata: “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu.” (Luk 1:38).

Dari bacaan Injil kita berjumpa dengan Allah yang bekerja dalam diri sosok penting. Pertama, Malaikat Gabriel yang mendapat tugas mewartakan khabar sukacita kepada Bunda Maria. Malaikat Gabriel menginspirasi kita untuk membawa kabar sukacita kepada sesama dalam persiapan untuk merayakan Hari Raya Natal. Malaikat Gabriel mengatakan kebenaran dari Tuhan maka kita juga terdorong untuk selalu berkata benar dalam hidup kita. Kedua, sosok Bunda Maria sebagai seorang wanita beriman. Ia memiliki suasana bathin yang sama dengan kita. Ketika mendengar sesuatu pesan yang baru, kita tentu bingung dan bertanya-tanya, seakan tidak percaya pada diri kita sendiri. Bunda Maria merasakan pengalaman ini, dan kita pun demikian. Kita butuh waktu untuk berdiscernment tentang hidup kita di hadirat Tuhan untuk menerima kehendak-Nya dengan iman seperti Maria. Wujud nyata iman Maria adalah menjadi ibu Yesus dan memberi nama Yesus yang lahir dari dalam kandungannya.

Satu hal yang melekat pada nama Yesus sebagai keselamatan kita adalah deskripsi dari Malaikat Gabriel tentang diri Tuhan Yesus kepada Bunda Maria: “Ia (Yesus) akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan.” (Luk 1:32-33). Perkataan Malaikat Gabriel ini yang menjadi dasar iman kita kepada Yesus sampai saat ini. Kita semua tetap percaya, sebagaimana dikatakan dalam surat kepada umat Ibranui: “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya (Ibr 13:8).

St. Paulus sangat tanggap dengan pertumbuhan iman jemaat kepada Tuhan Yesus Kristus, teristimewa mereka yang menerima pewartaan Injil. Bagi Paulus, Injil adalah kekuatan Allah bagi manusia. Injil juga merupakan pemberitaan tentang Yesus Kristus yang isinya adalah penyataan rahasia yang berabad-abad lamanya tersembunyi tetapi kini dinyatakan dan yang menurut perintah Allah yang abadi, telah diberitakan oleh kitab-kitab para nabi kepada segala bangsa untuk membimbing mereka kepada ketaatan iman. Ramalan para nabi menjadi nyata dalam diri Yesus Kristus.

Perkataan Paulus ini juga memperjelas pemahaman kita tentang nubuat yang ada dalam bacaan pertama dari Kitab kedua Samuel. Nubuat dalam kitab ini menjadi nyata dalam diri Yesus Kristus, di mana Tuhan mengatakan kepada raja Daud melalui nabi Natan: “Tuhan akan memberikan keturunan kepadamu. Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan menjadi anak-Ku. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak manusia.” (2Sam 7:11-12.14). Yesus Kristus Anak Yusuf adalah keturunan raja Daud. Penginjil Matius menetapkan bahwa Yesus adalah keturunan Daud yang sah dengan merunut garis keturunan Yusuf yang berasal dari keluarga Daud. Hal ini berbeda dengan Penginjil Lukas yang mengatakan bahwa Yesus adalah Anak kandung Maria.

Pada hari ini pikiran kita terarah kepada Tuhan Yesus yang kita nantikan. Tinggal lima hari lagi kita akan merayakan Natal. Mari kita menyiapkan hati kita untuk menjadi seperti Bunda Maria yang terbuka untuk menerima Yesus selamanya. Tidak ada seorang manusia yang mengenal Yesus seperti Bunda Maria, namun kita juga dapat menyerupai Bunda Maria sekiranya kita benar-benar hidup dalam kekudusan. Mari kita memuliakan nama Yesus dengan berkata: “Terpujilah nama Yesus”. Amen.

PJ-SDB