Emang kamu percaya Yesus?
Pada suatu kesempatan saya memiliki janji untuk bertemu dengan sepasang calon suami dan istri di sebuah restoran. Kami hendak membahas bersama buku pernikahan dan beberapa hal lain sebagai bagian dari persiapan pernikahan mereka. Sambil menunggu kedatangan calon pasutri yang saat itu sedang terjebak kemacetan di toll, saya duduk sendirian sambil memesan minuman dan mengisi kesempatan dengan melanjutkan bacaanku dari e-book karya Carie James berjudul: “Disconected. Youth, New Media and the Ethics Gap”. Namun saat itu saya sempat terganggu oleh dialog dua anak remaja yang sejak saya tiba, mereka berdiskusi hangat, dengan suara agak keras khas anak-anak remaja zaman now tentang persiapan ujian mereka. Si anak remaja A merasa mudah mempelajari pelajaran-pelajarannya sedang si anak remaja B mengalami kesulitan untuk mempelajari mata pelajaran tertentu. Si remaja A dengan penuh optimis mengatakan kepada si remaja B: “Tenang saja, percayakan kepada Tuhan Yesus semua rasa kuatirmu itu. Dia pasti menolongmu dan dijamin pasti sukses dalam ujian!” Si remaja B memandangnya dengan wajah serius seraya bertanya: “Emang kamu percaya Yesus?” Si remaja A dengan penuh percaya diri dan sambil tersenyum menjawabnya: “Tentu saja. Setiap hari orang tua saya mengajak saya untuk berdoa bersama, dari situ saya percaya bahwa Tuhan Yesus sungguh ada dan Dia selalu menolong saya.” Si remaja B mengangkat tangannya seraya memberi aba-aba ‘tangan toss’ sambil berkata: “Saya juga demikian, orang tua saya selalu mengajak saya untuk berdoa bersama dan saya percaya bahwa Yesus sungguh ada. Hanya otak saya saja yang ada kendala, hmm agak lemot sih”. Mereka berdua kelihatan tertawa dan saat itu juga calon pasutri yang saya tunggu tiba.
Saya selalu mengingat kedua anak remaja ini yang ternyata sama-sama berasala dari keluarga yang baik-baik. Orang tuanya menjadi model pendoa yang selalu mengajak anak-anaknya berdoa bersama. Dari pengalaman berdoa bersama ini maka meskipun anak-anak memilimi kesulitan tertentu, mereka pasti tetap percaya bahwa Tuhan Yesus ada dan Dia siap untuk menolong mereka. Kita semua pasti memiliki pengalaman yang mirip dengan kedua anak ini. Mungkin saja orang tua kita adalah orang-orang sederhana, tidak banyak mengerti tentang agama katolik, katekismus, Alkitab dan cerita-cerita orang kudus namun hati mereka sangat terbuka kepada Tuhan. Itu sebabnya mereka mewariskan iman dan kepercayaan kepada kita dan semua ini berlangsung turun temurun. Dari pengalaman iman yang sederhana, kita di antar untuk mengenal Tuhan semakin mendalam, percaya dan mencintai-Nya.
Pada hari ini saya sangat tertarik dengan perkataan Tuhan Yesus di dalam Injil Yohanes: “Lalu kata orang banyak kepada Yesus: “Apakah yang harus kami perbuat, supaya kami mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?” Jawab Yesus kepada mereka: “Inilah pekerjaan yang dikehendaki Allah, yaitu hendaklah kamu percaya kepada Dia yang telah diutus Allah.” (Yoh 6:28-29). Orang banyak dalam injil kiranya mewakili anda dan saya yang terbuka kepada Tuhan dan bertanya: “Apa yang harus saya perbuat secara pribadi supaya dapat mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?” atau “Apa yang harus kita perbuat saat ini supaya dapat mengerjakan pekerjaan yang dikehendaki Allah?” Dan hanya ada satu jawaban dari Yesus yaitu hendaknya kita percaya kepada Yesus sebagai satu-satunya utusan Allah yang datang ke dunia untuk menyelamatkan kita.
Maka kita kembali ke pertanyaan: “Emang kamu percaya Yesus?” Silakan dengan hati nurani yang jernih menjawabnya di hadapan Yesus saat anda dan saya berdoa kepada-Nya. Apakah anda masih percaya kepada Tuhan Yesus atau anda sedang meragukan-Nya? Katakanlah: “Yesus andalanku, aku percaya kepada-Mu!”
P. John Laba, SDB