Homili 9 November 2021 – St. Yohanes Lateran

Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran
Yeh. 47:1-2,8-9,12;
Mzm. 46:2-3,5-6,8-9;
1Kor. 3:9b-11,16-17;
Yoh. 2:13-22

Bait Allah adalah kamu!

Pada hari ini, tanggal 9 November, seluruh Gereja Katolik merayakan Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran atau Basilika Santo Yohanes Lateran. Gereja ini disebut Induk dan kepala semua gereja di Roma dan di seluruh dunia atau Omnium Urbis et orbis ecclesiarum mater et caput. Basilika ini merupakan Kathedral ikonik di kota Roma dan Gereja katolik tertua di Eropa. Basilika ini dibangun sekitar tahun 311 atau 314 Masehi selama 12 -13 tahun oleh Paus Melchiades di atas tanah yang diberikan oleh Kaisar Konstatinus dan diberkati oleh Paus Silvester pada tahun 324M. Sebelumnya, tanah sebagai lokasi bangunan Gereja ini merupakan milik keluarga Lateran yang diserahkan kepada Kaisar Konstatinus, selanjutnya Konstantinus memberikannya kepada Gereja. Basilika Santo Yohanes Lateran dipersembahkan kepada St. Yohanes Pembaptis dan menjadi Gereja Katedral bagi Paus sebagai Uskup Roma. Makna dari pesta ini adalah sebagai tanda hormat dan persekutuan dengan Takhta santo Petrus dalam hal ini dengan Bapa Suci.

Basilika Santo Yohanes Lateran memiliki fakta sejarah, di antaranya sebagai Gereja tertua di Eropa, merupakan kaderal resmi untuk Sri Paus sebagai uskup Roma, merupakan Basilika utama di antara basilica yang lain di kita Roma di samping Basilika St. Petrus, Basilika Santo Paulus di luar tembok dan Basilika santa Maria Maggiore. Basilika ini unik karena selama berabad-abad bertahan dari sejumlah bencana alam dan kebakaran. Basilika ini dipenuhi karya-karya seni bersejarah.

Karena kita merayakannya pada hari biasa (bukan hari Minggu) sehingga saya memilih satu bacaan pertama untuk kita renungkan bersama yakni dari surat pertama rasul Paulus kepada jemaat di Korintus (1Kor 3:9-11.16-17). Santo Paulus mengingatkan jemaat di Korintus untuk menjaga kekudusannya sehingga dapat menjadi Bait Allah yang hidup. Mengapa Paulus menasihati jemaat di Korintus demikian? Kiranya jemaat di Korintus saat itu masih memiliki kebiasaan atau terikat pada pola hidup lama, penuh kekelaman yang selalu menjerumuskan mereka untuk jatuh ke dalam dosa yang mengganggu kekudusan tubuh mereka. Padahal mereka sudah mendapatkan pewartaan Injil dari Paulus.

Apa yang dilakukan Paulus saat itu? Dia menyadarkan mereka untuk berubah kiblat hidup mereka ke jalan yang benar. Paulus berkata: “Saudara-saudara, kamu adalah ladang Allah dan bangunan-Nya.” (1Kor 3:9). Perkataan ini memiliki kekuatan untuk membangunkan mereka dari hidup lama dalam dosa yang belum mereka sadari. Mereka perlu menyadari diri sebagai ladang Allah dan bangunan Allah. Untuk lebih menguatkan dan meneguhkan mereka maka Paulus mengatakan: “Sesuai dengan kasih karunia Allah, yang dianugerahkan kepadaku, aku sebagai seorang ahli bangunan yang cakap telah meletakkan dasar, dan orang lain membangun terus di atasnya. Tetapi tiap-tiap orang harus memperhatikan, bagaimana ia harus membangun di atasnya. Karena tidak ada seorangpun yang dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan, yaitu Yesus Kristus.” (1Kor 3:10-11).

Saya sangat bersyukur karena sosok Santo Paulus. Dia selalu berusaha untuk memperhatikan jemaat-jemaat yang sudah mendapat penginjilan. Ini benar-benar sikap seorang pemimpin yang berhati gembala baik. Sebab itu, meskipun jemaat memiliki masa lalu yang kelam, ia tidak membiarkan mereka sendirian. Ia tetap hadir dan menyadarkan mereka untuk hidup dalam Kristus. Dia hadir sebagai ahli bangunan yang cakap karena mewartakan Injil kepada jemaat di Korintus. Dia meletakkan dasar yang kokoh bagi iman mereka yaitu Yesus Kristus sendiri. Maka orang lain yang meneruskan pewartaan Paulus tetapi berdasar pada Yesus bukan kepada orang lain.

Selanjutnya Paulus menguatkan jemaat dengan seruan untuk menjaga kekudusan tubuh mereka. Ia berkata: “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.” (1Kor 3:16-17). Paulus membawa mereka untuk lebih menyadari diri lagi bukan hanya sebagai ladang tetapi juga sebagai bangunan. Ia mengingatkan mereka sebagai bait Allah dan bahwa Roh Kudus ada di dalam diri mereka. Bait Allah itu kudus maka mereka juga harus hidup sebagai orang kudus.

Perkataan Paulus ini sangat berhubungan dengan perayaan kita hari ini. Kita merayakan pesta pemberkatan Basilika St. Yohanes Lateran sebagai tanda hormat dan bahwa kita bersekutu dengan Takhta Santo Petrus yang tidak lain adalah Sri Paus sendiri. Para Bapa Suci mengajar kita untuk hidup dan berjalan dalam jalan kekudusan. St. Yohanes Paulus II, Paus Benedikutus dan Paus Fransiskus selalu mengingatkan kita supaya jangan takut menjadi orang kudus.

Paus Fransiskus dalam Seruan Apostolik Paus Fransiskus mengenai Kekudusan Dalam Dunia Modern (Gaudete Et Exsultate) mengatakan lima jalan bagi kekudusan kita yakni Kekudusan berarti menjadi diri anda sendiri, kehidupan sehari-hari dapat memimpin kita kepada kekudusan, Menghindari dua kecenderungan utama: gnostisisme dan pelagianisme, bersikap baik dan ucapan Bahagia adalah penunjuk jalan menuju kekudusan.

Mari kita berusaha untuk mewujudkan kekudusan di dalam hidup kita. Kita perlu menyadar diri sebagai Bait Allah yang hidup. Jadilah Kudus karena Tuhan sendiri kudus adanya.

P. John Laba, SDB