Homili 18 Desember 2021

18 Desember 2021
Hari Biasa Khusus Adven
Yer. 23:5-8;
Mzm. 72:2,12-13,18-19;
Mat. 1:18-24

Iman dan Kesetiaan hidup

Saya mengingat kembali perkataan seorang sahabat ketika merasa dikhianati oleh seorang yang pernah ia dekat dan percaya. Setelah merenungkan pengalaman ini ia berani mengakui: “Pengalaman saya mengatakan bahwa dengan beriman kepada Tuhan dapat memampukan saya untuk setia di dalam hidup ini.” Iman membantunya untuk setia sebagai sahabat karena baginya kesetiaan akan memenangkan segalanya. Saya selalu mengingat perkataan ini karena banyak di antara kita juga pernah mengalami pengkhianatan dari orang-orang yang dikasihi, di rumah atau di tempat kita melayani. Ketika kita masuk dalam suasana seperti ini, rasanya kosong, sendirian. Kita seharusnya kembali kepada Tuhan dan memohon pertolongan-Nya. Raja Daud pernah berdoa: “Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi.” (Mzm 124:8). Iman kepada Tuhan membantu kita untuk bertumbuh sebagai pribadi yang setia kepada-Nya.

Pada hari ini kita mendengar kelanjutan kisah Injil Matius tentang persiapan kelahiran Yesus Kristus. Sosok yang menginspirasi persiapan kita adalah Maria dan Yusuf. Maria menerima khabar sukacita dari Malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus. Maria adalah perawan yang sedang bertunangan dengan Yosef keturunan Raja Daud. Ia sedang mengandung dan tentu saja sangat mengganggu pikiran Yosef tunangannya. Maria sendiri sudah berpasrah kepada kehendak Tuhan dengan berkata: “Fiat Mihi Secundum Verbum Tuum” (Terjadilah padaku menurut perkataanmu) (Luk 1: 38).

Kebajikan yang ditunjukkan Yusuf dalam perikop Injil adalah Yusuf itu seorang pria yang tulus hati, tidak mau mencemarkan nama istrinya di depan umum dan taat pada kehendak Allah. Dengan demikian dia ingin mencemarkan Maria secara diam-diam. Namun rencananya ini batal ketika malaikat Tuhan menampakkan diri kepadanya. Malaikat itu memintanya supaya menerima Maria. Inilah perkataan Malaikat: “Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus. Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka.” (Mat 1:20-21). Yusuf menunjukkan kebesarn hati, ketulusan hati sehingga mengambil Maria sebagai istrinya.

Paus Fransiskus mengabdikan kebajikan-kebajikan santo Yosef dalam surat Apostoliknya Patris Corde, dengan mengatakan bahwa Santo Yosef adalah seorang bapa yang dikasihi, seorang bapa yang lembut dan penuh kasih, seorang bapa yang taat, seorang bapa yang menerima, seorang bapa yang berani secara kreatif, seorang bapa yang bekerja, dan seorang bapa dalam bayang-bayang. Ketujuh sifat ini ada di dalam diri santo Yosef dan tentu kita perlu mengikutinya sebagai jalan untuk kekudusan kita. Yosef sungguh menginspirasi kita untuk menyambut kedatangan Kristus Yesus Tuhan kita.

Tentang santa Perawan Maria, Malaikat Tuhan memperkenalkan kepada Yosef, segala perkataan Tuhan yang sudah dinubuatkan dalam Kitab perjanjian Lama: “Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel” yang berarti: Allah menyertai kita.” (Mat 1:23; Yes 7:14). Maria memberikan dirinya secara total untuk keselamatan kita semua.

Sosok Yesus digambarkan oleh nabi Yeremia dalam bacaan pertama. Tuhan berkata: “Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman Tuhan, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri. Dalam zamannya Yehuda akan dibebaskan, dan Israel akan hidup dengan tenteram; dan inilah namanya yang diberikan orang kepadanya: Tuhan keadilan kita.” (Yer 23:5-6). Yesus yang lahir dari rahim santa Perawan Maria akan disapa Tuhan keadilan, Raja keadilan.

Pada hari ini sosok keluarga kudus menginspirasi kita untuk semakin siap menantikan kedatangan Kristus. Kita juga diingatkan bahwa Yesus lahir dalam sebuah keluarga, ada Maria dan Yosef sebagai orang tuanya. Mari kita mendoakan keluarga-keluarga kita supaya iman dan kesetiaan menjadi pedoman bagi kita sebagai pengikut Kristus. Semoga kita semakin beriman dan semakin setia dalam keluarga, tugas dan panggilan kita.

P. John Laba, SDB