Peringatan Wajib St. Polikarpus
Yak. 4:13-17
Mzm. 49:2-3,6-7,8-10,11
Mrk. 9:38-40
Renungan:
1. St. Polikarpus: artinya: “berkelimpahan buah-buahan”
Ia dilahirkan sekitar tahun 69/80 dan dikenal dengan nama nama lain Polikarpus dari Smyrna. Ia dibaptis oleh Yohanes Rasul, saudara Yakobus. Di kemudian hari ia menjadi imam dan Uskup di Smyrna, saat ini merupakan wilayah Turki. Ia adalah seorang gembala yang hidup dalam masa yang sulit, banyak orang menjadi martir karena mengimani Yesus Kristus. Perkataannya yang terkenal: “Selama 86 tahun aku telah mengabdi kepada Kristus dan Ia tidak pernah menyakitiku. Bagaimana aku dapat mencaci Raja yang telah menyelamatkanku?” Ia dibakar hidup-hidup tetapi hingga api unggung itu padam tubuh Polikarpus tetap utuh. Dia kemudian ditikam dengan tombak di lambungnya oleh seorang algojo hingga tewas.
2. Bacaan Pertama: Yakobus 4:13-17
Kita mendengar kelanjutan wejangan Yakobus kepada komunitasnya. Sebelumnya ia mengingatkan komunitasnya: “Kamu berdoa, tetapi tidak menerima apa-apa, karena kalian salah berdoa.” Dia juga mengatakan: “Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan dan ia akan meninggakan kalian”.
Pada hari ini ia melanjutkan pengajarannya dengan bertanya kepada komunitasnya tentang arti hidup manusia. Setiap orang memiliki kemampuan untuk menyongsong masa depan dengan penuh harapan dan sukacita meskipun masing-masing orang tidak mengetahui dengan pasti masa depannya. Oleh karena itu Yakobus menantang kkomunitasnya dengan bertanya: “Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu seperti uap yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap.” Oleh karena hidup ini hanya sementara sifatnya maka kita harus selalu siap untuk melakukan kehendak Tuhan. Yakobus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.” (Yak 4:15).
Tantangan:
Tantangan bagi kita adalah kesombongan diri. Orang terbiasa untuk melakukan kesombongan secara jasmani dan rohani. Sikap sombong dan congkak hati tidak berkenan di hati Tuhan.
Maka apa yang harus dilakukan?
Yakobus menyarankan kita supaya tetap berusaha untuk berbuat baik. Kalau orang tidak berbuat baik maka ia masuk ke dalam dosa. Nah, butuh semangat untuk memeriksa bathin supaya mengenal diri lebih dalam lagi sebagai manusia yang tentu saja memiliki banyak kesalahan dan dosa.
3. Bacaan Injil: Mrk 9:38-40
Kita mendengar sebuah kisah Injil yang menarik perhatian kita semua. Yohanes yang dikenal sebagai murid kesayangan Yesus dan muridnya bernama Polikarpus yang kita kenang hari ini berkata kepada Yesus bahwa ia bersama teman-temannya melihat seorang simpatisan atau lebih tepat seorang yang bukan masuk di dalam keduabelasan Yesus mengusir setan dengan nama Yesus. Yohanes dan teman-temannya merasa diri status quo dan bersifat posesif terhadap Yesus sehingga mereka pun mencegah dia. Yohanes dan teman-temannya berpikir bahwa Tindakan mereka itu layak mendapat jempol dari Yesus.
Apa yang terjadi?
Yesus tidak memberi jempol kepada mereka. Yesus bukan orang sombong dan suka mencari popularitas. Dia malah menegur mereka: “Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi nama-Ku, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. Barangsiapa tidak melawan kita, ia ada di pihak kita.” (Mrk 9:39-40).
Refleksi:
Tuhan Yesus datang untuk menyelamatkan semua orang. Keselamatannya universal. Sebab itu Dia mengedukasi para murid-Nya supaya jangan mengalami ‘rabun jauh dan dekat’. Para murid harusnya berpikir global bukan hanya memikirkan kelompok mereka yang kecil. Orang yang berpikiran sempit akan mudah ‘baperan’ seperti Yohanes dan menegur atau menghalangi orang untuk melakukan pekerjaan Yesus.
Hidup kristiani yang benar adalah selalu bersyukur kalau orang lain juga berbuat baik seperti Yesus sendiri. Kita bersyukur kalau teman-teman yang bukan seiman melakukan ajaran-ajaran Yesus dengan berbuat baik, membawa sukacita dan kasih serta damai kepada sesama. Kitab bangga kalau nama Yesus semakin dimuliakan karena mukjizat-mukjizat kehidupan yang dialami sesama manusia.
Kita diundang juga untuk jangan bersifat sombong secara rohani. Masih ada orang lain yang jauh lebih baik dan kudus dari pada diri kita sendiri.
4. Relasi dengan santo Polikarpus
Dari kehidupan santo Polikarpus dan bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini, kita diarahkan untuk memusatkan hidup kita kepada Yesus. Kita merasa dan mengimani bahwa diri kita adalah bagian dari hidup Yesus sendiri. Dengan demikian kita dapat berusaha untuk berbuat baik dan rendah hati di dalam Tuhan. Untuk menjadi pengikut Kristus sejati, butuh pengurbanan diri bahkan nyawa menjadi taruhan karena kasih kepada Kristus.
PJ-SDB