Homili 27 Januari 2023 – Santa Angela Merici

Hari Jumat, Pekan Biasa ke-3
Ibr. 10:32-39
Mzm. 37:3-4,5-6,23-24,39-40
Mrk. 4:26-34

Menderita untuk bertumbuh

Pada hari ini kita mengenang seorang Wanita kudus namanya Santa Angela Merici. Orang kudus kelahiran Desenzano del Garda, Lombardia 21 Maret 1474 dikenal sebagai seorang pelayan bagi kaum papa miskin, terutama usahanya untuk memberdayakan kaum Wanita di Brescia dan sekitarnya. Para wanita yang menyenangi cara hidup dan pelayanannya ini lalu bergabung bersamanya dalam sebuah perkumpulan yang berada di bawah perlindungan santa Ursula yang nantinya menjadi cikal bakal sebuah ordo Bernama Ursulin. Kita mengenal para suster Ursulin yang mengabdikan dirinya dalam karya pendidikan, sosial dan pastoral di mana-mana. Ini menjadi kesempatan bagi kita untuk mendoakan para saudari ini dan mengapresiasi karya dan pelayanan mereka di dalam Gereja.

Saya mengingat dua kutipan perkataan santa Angela Merici yang menyentuh hati saya. Pertama, Santa Angela adalah rasul kaum Wanita yang sederhana pada zamannya di Brescia dan sekitarnya. Dia berusaha membentuk dan memberdayakan mereka sehingga menjadi manusia yang bermartabat. Karena itu dia memberi nuansa optimisme dengan berkata: “Janganlah berkecil hati, bahkan jika Anda menemukan bahwa Anda tidak memiliki kualitas yang diperlukan untuk pekerjaan yang telah memanggil Anda. Dia yang telah memanggil Anda tidak akan meninggalkanmu, tetapi pada saat Anda membutuhkan, Dia akan mengulurkan tangan-Nya yang menyelamatkan.” Kita dapat membayangkan kaum wanita yang menderita, yang diabaikan di dalam masyarakat bahkan sampai saat ini. Angela Merici memberi peneguhan dengan mengatakan: “Tuhan yang memanggil anda tidak akan meninggalkanmu, Dia akan mengulurkan tangan-Nya saat anda membutuhkan-Nya”. Ini kata-kata yang menguatkan kita semua di saat menderita dan nyaris putus harapan.

Kutipan perkataan yang kedua. Menyangkut jati diri kristiani. Santa Angela berkata: “Anda akan mencapai lebih banyak hal dengan kata-kata yang baik dan sikap yang sopan daripada dengan kemarahan atau teguran yang tajam, yang tidak boleh digunakan kecuali dalam keadaan terpaksa.” Kadang-kadang orang berpikir bahwa marah adalah jalan pintas yang tepat, padahal bukanlah demikian. Marah tidak menyelesaikan persoalan dalam hidup kita. Justru kebaikan hati melalui tutur kata, sopan santun akan memenangkan jiwa orang banyak. Pikirkanlah jalan pintas yang selalu kita lakukan seperti kekerasan verbal dan kekerasan fisik. Betapa kita tidak memanusiakan manusia yang lain.

Kedua kutipan perkataaan ini bagi saya dapat menginspirasi kita untuk memahami lebih dalam lagi sabda Tuhan pada hari ini. Penulis surat kepada umat Ibrani memberi nasihat yang bagus ketika mengatakan: “Ingatlah akan masa yang lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita oleh karena kamu bertahan dalam perjuangan yang berat, baik waktu kamu dijadikan tontonan oleh cercaan dan penderitaan, maupun waktu kamu mengambil bagian dalam penderitaan mereka yang diperlakukan sedemikian.” (Ibr 10:32-33). Menjadi pengikut Kristus itu seperti berada di tengah kumpulan serigala. Ada saja penderitaan yang kita alami. Namun sebuah pesan yang indah adalah bahwa dari penderitaan itu kita menjadi matang dan bertahan dalam iman. Sebab itu kita semua dinasihati: “Janganlah melepaskan kepercayaanmu.”Orang yang bertahan dalam iman sekalipun menderita akan tetap hidup. Kita kembali mengingat perkataan santa Angela Merici: “Tuhan yang memanggil anda tidak akan meninggalkanmu, Dia akan mengulurkan tangan-Nya saat anda membutuhkan-Nya”.

Kita semua juga diingatkan untuk selalu berbuat baik dalam seluruh situasi hidup kita. Ini adalah jalan yang baik dalam menumbuhkembangkan Kerajaan Allah. Dalam bacaan Injil kita mendengar perumpamaan Tuhan Yesus tentang Kerajaan Allah. Keraajan Allah itu seumpama petani yang menabur dan membiarkan benih itu bertumbuh secara alamiah hingga musim panen tiba. Dikatakan: “Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba.” (Mrk 4:28-29). Kerajaan Allah juga serupa dengan biji sesawai yang kecil tetapi ketikan bertumbuh bisa melebih pohon sayuran, bahkan burung-burung bisa bersarang.

Untuk menumbuhkembangkan Kerajaan Allah maka sangat dibutuhkan iman, kepasarahan dan ketaatan kepada kehendak Tuhan. Tuhan yang memulai dan menyempurnakan segalanya. Kerajaan Allah yang dimulai dalam diri Yesus seorang diri akhirnya menjadi besar dalam Gereja-Nya hingga saat ini. Mengapa demikian? Karena ada kasih dan kebaikan yang dianugerahkan Tuhan di dalam hati manusia. Kita kembali kepada perkataan Santa Angela Merici ketika berkarya di tengah orang kecil: “Anda akan mencapai lebih banyak hal dengan kata-kata yang baik dan sikap yang sopan daripada dengan kemarahan atau teguran yang tajam.” Kasih dan kebaikan memenangkan segalanya. Dan tentu saja untuk memenangkan segalanya selalu ada penderitaan dan daya tahan yang kuat untuk bertumbuh. Santa Angela, doakanlah kami. Amen.

P. John Laba, SDB