Homili Hari Minggu Biasa ke-XX/A -2023

Hari Minggu Biasa XX/A
Yes. 56:1,6-7
Mzm. 67:2-3,5,6,8
Rm. 11:13-15,29-32
Mat. 15:21-28

Tuhan mengasihi semua orang

Salah satu hal yang selalu mengesankan saya tentang Tuhan Yesus adalah bahwa Ia selalu berkeliling dan berbuat baik. Santo Lukas memberi kesaksian yang autentik tentang hal ini dalam tulisannya: ”Tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia.” (Kis 10:38). Kesaksian St. Lukas dalam Kisah Para Rasul ini sangatlah bermakna. Tuhan Yesus tidak pernah tinggal diam di satu tempat. Dia selalu berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan orang-orang sakit dan Tuhan Allah menyertai Dia. Kesaksian Santo Lukas menginspirasi kita pada hari ini untuk mengenal sosok Tuhan Yesus yang mengasihi semua orang tanpa menghitung-hitung kesalahannya.

Mari kita memahami Sabda Tuhan pada hari Minggu Biasa ke-XX/A ini. Dalam Bacaan Pertama dari Kitab nabi Yesaya (Yes 56:1, 6-7), kita mendengar bagaimana Tuhan menyerukan kebenaran dan keadilan. Dikatakan bahwa orang harus berusaha untuk mentaati hukum-hukum Tuhan dan menegakkan keadilan. Mengapa demikian? Sebab Tuhan sendiri mengatakan bahwa ‘sebentar lagi akan datang keselamatan dan keadilan-Nya akan dinyatakan’. Di samping itu dikatakan bahwa orang-orang asing sendiri akan mengasihi dan melayani Tuhan dengan penuh sukacita. Maka mereka yang mengasihi nama-Nya, dengan memegang perjanjian dan memelihara hari Sabat, akan diterima di rumah-Nya. Dalam hal ini rumah doa bagi segala bangsa. Tuhan yang satu dan sama tidak hanya menyerukan keadilan dan kebenaran. Dia juga menunjukkan belas kasih-Nya yang tiada batasnya bagi manusia. Hal ini sejalan dengan Mazmur Tanggapan (Mazmur 67), dikatakan bahwa kiranya belas kasihan dan berkat Tuhan menyinari kita, menyatakan jalan-jalan-Nya kepada segala bangsa, yang membawa kepada keselamatan. Biarlah kita semua memuji Dia, bersukacita atas pemerintahan dan tuntunan-Nya yang adil.

Pada titik ini kita dibantu untuk mengenal jati diri Allah kita. Dia adalah Allah Pengasih dan Penyayang. Sebab itu Dia juga mengasihi semua orang apa adanya. Di dalam bacaan Injil, kita mendengar Tuhan Yesus menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon. Secara Geografis Tuhan Yesus melewati perjalanan yang cukup jauh yakni sekitar 56 km dari Kapernaun ke Tirus, selanjutnya dari Tirus ke Sidon sejauh 37 km. Dengan melewati jarak perjalanan seperti ini semakin membuat kita merasa kagum dengan pribadi Tuhan Yesus, yang berkeliling sambil berbuat baik. Tuhan Yesus berjalan-jalan dalam lorong-lorong kehidupan manusia untuk berbuat baik yakni menyembuhkan orang-orang sakit yang berharap kepada-Nya. Dalam perjalanan-Nya kali ini, muncul sosok seorang perempuan Kanaan dari daerah itu. Perempuan Kanaan tanpa nama ini memohon pertolongan Tuhan Yesus untuk menyembuhkan putrinya yang kerasukan setan. Ia berseru: “Kasihanilah aku ya Tuhan, Anak Daud. Anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.” Tuhan Yesus sama sekali tidak menjawabi seruan wanita itu. Para murid bahwkan meminta Yesus untuk menyuruh perempuan itu supaya pergi karena teriakannya mengganggu mereka.

Tuhan Yesus memandang perempuan itu dan berkata:  “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.” (Mat 15:24). Perempuan itu tetap percaya bahwa Tuhan Yesus akan melakukan yang terbaik bagi anak perempuannya. Ia tetap meminta tolong kepada Yesus. Sekali lagi Tuhan Yesus mencobai iman perempuan itu dengan berkata: Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.” (Mat 15:26). Perempuan itu tetap teguh dalam iman dan berkata:  “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.”(Mat 15:27). Tuhan Yesus memandang perempuan beriman itu dan berkata: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” (Mat 15:28). Anak perempuannya menjadi sembuh karena iman ibunya yang tulus kepada Yesus, penuh kesabaran meskipun mengalami penolakan. Lihatlah bahwa Tuhan Allah menunjukkan cinta kasih-Nya kepada semua orang tanpa memandang siapakah manusia itu sebenarnya. Cinta kasih Tuhan bersifat universal. Tuhan mendengar doa dan seruan sesama untuk menyembuhkan sesama yang lain. Kisah Injil ini sangat jelas: Perempuan Kanaan di daerah itu percaya bahwa Tuhan Yesus akan melakukan tanda untuk menyembuhkan anak perempuannya yang kerasukan setan.

Tuhan Allah mengasihi semua orang. Mukjizat sedang terjadi di luar komunitas Yahudi yakni di Tirus dan Sidon. Mukjizat tidak terjadi secara langsung. Justru iman sang ibu menyembuhkan dan menyelamatkan anak perempuannya. Bagi saya, ini adalah sebuah Injil yang hidup. Tuhan sungguh ada dan Dia melakukan karya besar di depan mata manusia. Cinta kasih yang universal, lintas batas ini yang harus menjadi milik kita dan kita melanjutkannya di dalam hidup kita. Tuhan mengasihi semua orang maka kita pun harus melakukan yang sama.

Apa yang harus kita lakukan?

Bacaan-bacaan liturgi pada hari Minggu Biasa ke-XX/A ini mengundang kita untuk memperhatikan beberapa hal berikut ini:

Pertama, Iman dan Ketekunan. Dalam bacaan Injil kita mengetahui bahwa iman yang teguh dan permohonan yang gigih dari perempuan Kanaan untuk meminta pertolongan dari Tuhan menunjukkan pentingnya iman dan ketekunan dalam mendekati Yesus. Meskipun ada tantangan awal dan tanggapan yang tampaknya mengecilkan hati, perempuan itu tetap teguh mengharapkan campur tangan Yesus, yang mengarah pada perwujudan imannya. Kita pun perlu memiliki iman dan ketekunan dalam hidup.

Kedua, Kerendahan Hati. Perjumpaan antara Yesus dan perempuan Kanaan menggambarkan pentingnya kerendahan hati dan keterbukaan untuk belajar dari-Nya. Perempuan itu mengakui kuasa Yesus, dan bahkan dalam menghadapi apa yang mungkin tampak seperti penolakan, ia menunjukkan hati yang terbuka dan dapat diajar, yang juga mendorong Yesus untuk mengakui dan memuji imannya yang besar.

Ketiga, sikap inklusif. Tuhan Yesus bertemu dengan seorang perempuan Kanaan yang datang kepada-Nya untuk mencari pertolongan bagi anak perempuannya yang kerasukan setan. Terlepas dari hambatan budaya dan respons awal para murid, Yesus menunjukkan inklusivitas dengan melibatkan diri dengan perempuan itu dan memenuhi kebutuhannya.

Keempat, kasih Allah bagi Semua Orang. Interaksi Yesus dengan perempuan Kanaan menyoroti kasih Allah bagi semua orang, yang melampaui batas-batas budaya dan etnis. Perjumpaan ini menekankan bahwa kasih Allah meluas kepada semua orang, tanpa memandang latar belakang atau kebangsaan mereka.

Kelima, misi Yesus untuk memulihkan kita semua. Perjumpaan dengan perempuan Kanaan menggarisbawahi misi Yesus untuk memulihkan dan menyembuhkan umat manusia. Dengan menunjukkan belas kasihan dan mengabulkan permintaan perempuan itu, Yesus menunjukkan kuasa ilahi-Nya untuk membawa kesembuhan dan pembebasan bagi mereka yang membutuhkan.

Kelima poin ini merupakan wujud nyata Injil yang hidup bagi kita semua pada hari Minggu ini. Mari kita berusaha untuk bertumbuh dan semakin serupa dengan Tuhan yang mengasihi tanpa batas. Hidup Kristiani bermakna ketika kita menjadi semakin serupa dengan Tuhan Yesus sendiri.

P. John Laba, SDB