Homili 26 April 2024

Hari Jumat, Pekan IV Paskah
Kis. 13:26-33
Mzm. 2:6-7,8-9,10-11
Yoh. 14:1-6.

Misionaris itu pemberani!

Kita semua pasti mengenal para misionaris ad-gentes kita yang super berani. Mereka meinggalkan kampung halaman, bangsa dan negaranya untuk mengabd di tanah misi sampai tuntas seluruh hidupnya. Saya sendiri sangat bangga dengan para misionaris ad-gentes dari Serikat Sabda Allah (SVD) sejak lahir ke dunia hingga sekarang saat ini masih ada Pater Nicolash Strawn, SVD di Lewoleba Lembata, ada para misionaris Salesian Don Bosco (SDB). Saya sangat bersyukur karena berjumpa dengan para misionaris SJ, OFM dan CSsR yang pernah saya kenal secara pribadi sebagai pendidik dan bapa pengakuan dosa. Saya juga merasa bangga karena Tarekat-Tarekat yang diperkenalkan para misionaris, kini sudah menjadi misionaris di kelima benua juga. Maka semua misionaris hebat ini sangat menginspirasi ziara panggilanku saya sebagai imam hingga saat ini.

Selama hari-hari terakhir ini, kita berjumpa dengan soso misionaris yang super sepanjang zaman. Dia adalah Saulus yang nantinya akan menjadi Paulus bersama rekan-rekan kerjanya yakni Barnabas dan Yohanes yang disebut Markus. Roh Kudus sendiri berkata: “Khususkanlah Barnabas dan Saulus bagi-Ku untuk tugas yang telah Kutentukan bagi mereka.” (Kis 13:2). Kita pun tetap mendapat cerita berlanjut dari santo Lukas. Dalam Kisah Para Rasul Bab ke-13 kita mendapat cerita indah tentang Saulus yang sudah menjadi Paulus, dipanggil untuk melakukan perjalanan misionernya yang pertama. Ia meninggalkan Antiokhia bersama Barnabas dan melakukan perjalanan ke Siprus dan daerah yang sekarang dikenal sebagai Turki. Banyak orang menerima pesannya, tetapi yang lain menganggapnya sebagai musuh dan berusaha menghentikan pekerjaan yang sedang dilakukannya. Paulus tetap teguh dengan mewartakan Kebangkitan Kristus sambal menegaskan bahwa janji telah digenapi Allah sendiri dengan membangkitkan Yesus sendiri.

Apakah Paulus adalah misionaris bermental bekicot? Ternyata tidak! Paulus adalah seorang pemberani tulen. Dalam situasi apapun, ia tetap berani mewartakan Kristus dan Injil-Nya ke segala bansa. Benar sekali janji Tuhan dalam hidup seorang misionaris berdasarkan pesan Tuhan Yesus ini: “Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.” (Yoh 14:1). Paulus mengalaminya, para misionaris sepanjang zaman mengalaminya. Tuhan selalu hadir di dalam hidup seorang misionaris sehingga tak ada kegelisaan, keraguan atau kecemasan apapun dalam hidup ini.

Bagaimana dengan kita?

Gereja kita adalah Gereja Misioner sepanjang zaman. Saya sendiri mengalami hidup sebagai imam Misioner dari Tarekat yang pada dasarnya juga merupakan Tarekat Misioner. Sepanjang perjalanannya, saya mengakui bahwa Gereja kita tidak pernag berhenti mewartakan sosok pribadi Tuhan Yesus Kristus yang datang ke dunia untuk menyelamatkan semua orang. Dia datang sebagai sungguh Allah dan sunggu manusia, tidak pernah berhenti untuk mencintai kita semua. Dia sendiri tetap memberi kekuatan di kala ada kegelisaan yang melanda hidup kita. Janjinya sangat bermakna bahwa Dia pergi namun akan datang kembali dan selalu menjadi Emanuel bagi kita semua. Mari kita tingkatkan semangat misioner kita.

P. John Laba, SDB