Hari Rabu, Pekan Biasa ke-VIII
Yer 31:1-7
MT Yer 31:10.11-12ab.13
Mat 15:21-28.
Lectio:
Lalu Yesus pergi dari situ dan menyingkir ke daerah Tirus dan Sidon.
Maka datanglah seorang perempuan Kanaan dari daerah itu dan berseru: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.”
Tetapi Yesus sama sekali tidak menjawabnya. Lalu murid-murid-Nya datang dan meminta kepada-Nya: “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.”
Jawab Yesus: “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel.”
Tetapi perempuan itu mendekat dan menyembah Dia sambil berkata: “Tuhan, tolonglah aku.”
Tetapi Yesus menjawab: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.”
Kata perempuan itu: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.”
Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.” Dan seketika itu juga anaknya sembuh.
Demikianlah sabda Tuhan.
Terpijilah Kristus
Renungan:
Iman itu sungguh menyelamatkan
Ada sebuah pengalaman iman yang bermakna. Pernah ada seorang ibu yang sakit parah sehingga harus segera dirawat di ICU sebuah Rumah Sakit ternama. Dokter yang merawatnya merasa pesimis bahwa ibu itu bisa mengalami kesembuhan. Dia lalu mengatakan kepada suami ibu yang menjaganya: “Pak, berdoalah kepada Tuhanmu, siapa tahu istrimu bisa disebuhkan dari sakit penyakitnya ini”. Sang sami mengangguk dan berkata: “Saya berusaha untuk mendoakannya melalui perantaraan bunda Maria. Saya percaya bahwa Tuhan pasti menyembuhkannya”. Suami ibu ini hanya berdoa tiga kali Salam Maria sambil berseru ‘Tuhan sembuhkanlah istriku’. Setelah tiga hari sang istri tiba-tiba sadar dan meminta minum. Ia berkata: “Mari kita kembali saja ke rumah karena Tuhan menyembuhkanku”. Dokter yang mengatakan sebelumnya ‘berdoalah kepada Tuhanmu’ merasa heran karena ibu ini sembuh secara ajaib bahkan sampai sekarang. Tuhan memang sungguh baik.
Kita mendengar sebuag kisah Injil yang sangat menarik. Tuhan Yesus sedang melakukan safari ke mana-mana, bahkan ke luar komunitas Yahudi untuk menghadirkan Kerajaan Allah dan menyelamatkan semua orang. Penginjil Matius mengisahkan bahwa Tuhan Yesus menyingkir ke Tirus dan Sidon. Kota kuno Tirus terletak di sepanjang pantai Fenisia di Libanon modern. Tirus dan Sidon masing-masing berjarak sekitar 33 km satu sama lain. Jaraknya sekitar 81 km dari tempat Yesus berada di Galilea. Kita bisa membayangkan sebuah perjalanan yang jauh dengan berjalan kaki. Tuhan Yesus tetap pergi ke Tirus dan Sidon sesuai dengan perkataan-Nya sendiri: “Tetapi Ia menjawab, “Ke tempat-tempat lain pun Aku harus mengabarkan Berita Kesukaan tentang Kerajaan Allah, karena untuk itulah Aku diutus.” (Luk 4:43).
Ketika Tuhan Yesus berada di Tirus dan Sidon ini, ada seorang wanita Kanaan yang datang kepada Yesus sambil berseru: “Kasihanilah aku, ya Tuhan, Anak Daud, karena anakku perempuan kerasukan setan dan sangat menderita.” Yesus kelihatan tidak menjawab permintaan wanita ini. Para murid Yesus bahkan lebih bersifat manusiawi dan memilih jalan pintas yakni meminta Yesus untuk menyuruh wanita itu pergi. Namun wanita ini tidak menyerah. Dia tetap meminta tolong dari Yesus untuk menyembuhkan anak perempuannya. Dalam dialognya dengan Tuhan Yesus, ia menunjukkan imannya yang teguh dan kerendahan hatinya di hadapan Yesus. Tuhan Yesus mengatakan: “Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.”
Kisah ini adalah sebuah kisah kehidupan kita di hadirat Tuhan. Sorang wanita tanpa nama, berasal dari luar komunitas Yahudi datang kepada Yesus dengan penuh kerendahan hati supaya Yesus menyembuhkan anak perempuannya yang kerasukan setan. Sosok orang seperti ini memang membuat Yesus tergerak hati oleh belas kasihan untuk menyembuhkannya, tanpa memandang siapakah orang itu. Wanita dan anak perempuan yang semakin lemah karena kerasukan setan dan merupakann orang asing masih percaya bahwa Tuhan Yesus akan melakukan penyembuhan ajaib.
Kisah Injil ini memanggil kita untuk menyerupai Yesus yang mudah tergerak hati oleh belas kasihan kepada kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Tentu saja di pihak kita harus memiliki iman yang bersa kepada Yesus sehingga orang yang kita layani juga semakin beriman kepada Yesus. Mari kita menghindari jalan pintas seperti para murid Yesus yang ‘mudah meminta Yesus untuk mengusir wanita itu pergi’. Manusia tetaplah sesame yang perku kita perhatikan dan selamatkan seperti Yesus sendiri. Apakah kita mau dan mampu?
Doa: Tuhan, bantulan kami untuk menyadari pentingnya iman, harapan dan kasih untuk melayani sesame yang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel hari ini. Amen.
P. John Laba, SDB