Harta dan Hati
Adalah Matshona Dhliwayo. Filsuf berkebangsaan Kanada ini pernah berkata: “Anda tidak lebih kaya dari apa yang Anda bawa dalam pikiran Anda, tidak lebih kuat dari apa yang Anda pegang di dalam hati Anda, dan tidak lebih murni dari apa yang Anda simpan di dalam jiwa Anda.” Perkataan beliau memang sederhana namun super sekali. Di sini saya hanya mau memfokuskan perhatian pada perkataan ‘anda tidak lebih kaya dari apa yang anda bawa dalam pikiran anda’. Banyak kali orang terlena dalam pikirannya tentang apa saja yang bisa atau sudah sedang dimilikinya. Ada yang sudah memilikinya namun masih mau menambah dan menambahnya lagi. Benar sekali apa yang dikatakan Yesus: “Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” (Mat 6:21). Ada orang tertentu yang karena mau memiliki segalanya maka ia akan melakukan segala cara untuk mendapatkan kekayaannya. Misalnya ia akan bekerja keras sampai lembur berjam-jam dan pada akhirnya ia mencapai apa yang diharapkannya. Ini tentu hal yang positif. Ada orang lain yang memakai cara-cara yang tidak elok untuk mendapatkan hartanya, misalnya dengan melakukann korupsi, kolusi dan nepotisme. Yah, kita semua selalu dihadapkan pada persoalan harta dan hati.
Tuhan Yesus pernah dijebak dengan sebuah pertayaan dari seorang pemuda (Mat 19:16-22). Mulanya dia menyapa Yesus sebagai guru yang baik dan bagaimana syaratnya untuk memperoleh hidup yang kekal. Yesus bukanlah tipe pribadi yang menyukai pujian dan sanjungan. Ia malah mengkritis pemuda ini dengan berkata: “Apakah sebabnya engkau bertanya kepada-Ku tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik.” (Mat 19:17). Tuhan Yesus lalu mengedukasinya. Mula-mulai Tuhan Yesus berbicara tentang sepuluh perintah Allah yang tentu diketahui semua orang Yahudi. Dan orang muda ini memang bukan sembarang orang muda. Ia sudah menuruti perintah-perintah Tuhan di dalam keluarganya. Namun Tuhan melihat titik kelemahannya yaitu soal harta. Maka Tuhan Yesus berkata kepadanya: “Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” (Mat 19:21).
Orang muda ini berpikir bahwa dia sudah melakukan perintah-perintah Tuhan dan itu sudah cukup. Tuhan Yesus justru melihat titik kelemahannya yaitu hatinya melekat pada harta duniawi. Padahal Tuhan Yesus meminta satu hal yang indah: orang muda itu perlu bereksodus dari dirinya sendiri, menjual segala yang dimilikinya, hasil penjualan hartanya itu diberikan kepada kaum kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel, setelah ia tidak memiliki apa-apa maka layaklah dia untuk mengikuti Yesus. Orang muda tanpa nama itu banyak hartanya dan dengan penuh penyesalan dia meninggalkan Yesus.
Harta dan hati selalu ada dalam diri pribadi kita. Tidak ada seorang pun yang luput dari godaan ini. Namun kita tetap perlu mengingat perkataan ini ‘anda tidak lebih kaya dari apa yang anda bawa dalam pikiran anda’. Hidup kita hanya sementara, sebab itu jangan lupa untuk mencari harta yang di surga. Harta dan hati atau hati dan harta selalu ada di depan mata kita. Apa yang dapat anda lakukan dalam hidupmu?
PJ-SDB