Hari Senin, Pekan Biasa III/C
Ibr. 9: 15,24-28
Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4,5-6
Mrk. 3:22-30.
Penuh prasangka
Ada kebiasaan orang tertentu untuk menganggap rendah orang lain. Ada semacam bias pemikiran tentang seorang pribadi berdasarkan suku, ras, agama dan golongannya. Kebiasaan memiliki prasangka seperti ini tidaklah elok dan tidak manusiawi. Sekiranya orang beperilaku kepada kita, lalu apa reaksi kita sendiri? Besar kemungkinan adalah permusuhan baru antar pribadi.
Tuhan Yesus selalu mendapat prasangka dan anggapa-anggapan yang tidak elok dari orang-orang sezaman-Nya. Ada yang menganggap Yesus kerasukan Beelzebul, ada yang mengatakan bahwa Ia mengusir setan dengan kuasa penghulu setan. Padahal mereka sendiri sudah menyaksikan segala perbuatan baik yang dilakukan Yesus: “Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik (Luk 7:22). Tuhan Yesus bahkan menjelaskan bahwa tidak mungkin iblis akan melawan dirinya sendiri karena dia tidak akan bertahan. Adalah keliru kalau berprasangka buruk kepada Yesus. Penulis surat kepada jemaat Ibrani menulis: “Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diri-Nya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diri-nya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.” (Ibr 9:28).
Prasangka semacam ini membawa kita kepada dosa. Hanya saja Bapa dan Putera selalu mengampuni orang berdosa. Hanya saja dosa melawan Roh Kudus tidak akan diampuni karena Roh itulan yang membangkitkan Yesus dari kematian menuju kehidupan. Apakah kita masih membiasakan diri berprasangka buruk kepada Tuhan dan sesama?
P. John Laba, SDB