FFT – Yesus Merasa Heran karena…

Yesus merasa heran karena…

Saya barusan mengunjungi seorang bapa yang sudah memasuki usia senja. Ia tinggal sendirian di rumah yang sederhana dan sedang sakit-sakitan. Saya mendengar kesaksian dari orang-oranng yang sering melayaninya: “Pastor, kami ini tidak memiliki hubungan keluarga dengan bapa ini. Namun karena kami merasa bahwa dia adalah seorang manusia dan menjadi sesama maka kami siap untuk melayaninya”. Saya bertanya: “Di mana anak-anaknya?” Sesama warga lingkungan itu menjawan: “Anak-anaknya berada di daerah elit, di sekitar Jakarta Selatan. Saya semakin merasa kaget karena orang tua ini dibiarkan sendirian, sedangkan anak-anak dan cucu-cucunya berada di tempat yang super nyaman.

Bapa yang sudah berada di usia senja ini benar-benar mengharapkan penghiburan dari keluarga dan sesama di sekitarnya. Kita masih menyaksikan banyak lansia yang memiliki kesulitan hidup. Mereka mengalami kesepiaan karema mereka tinggal sendirian atau karena anak-anaknya tinggal berjauhan. Saya hanya merasa heran karena ketika berada di rumah duka untuk pelayanan pastoral, saya menyaksikan betapa anak-anak menangis dengan suara nyaring. Pertanyaannya adalah mengapa anak-anak baru merasa sedih saat ini? Mengapa anak-anak baru menangis saat ini? Ketika tubuh orang tua masih panas, mestinya anak-anak menunjulkan rasa cintanya kepada orang tua. Percuma dan mengherankan ketika tubuh orang tua sudah dingin dan terbujur kaku baru menangis histeris. Ini namanya tangisan yang terlambat.

Saya tertarik dengan perkataan Yesus ini: “Yesus merasa heran atas ketidakpercayaan mereka” (Mrk 6:6). Yesus juga merasa heran dengan anda dan saya ketika kita menghindari diri dari kehadiran sesama. Kalau kita tidak melayani mereka saat ino maka kapan anda akan melayani sesame kita. Pakailah waktumu sejenak untuk melayani orang kecil, lemah, miskin, tersingkir dan difabel. Orang tua yang menderita adalah gambaran orang kecil yang siap dilayani karena mereka sudah lebih dahulu melayani kita. Semoga Yesus tidak merasa heran dengan sikap kita.

Tuhan menjaga dan memberkatimu.

P. John Laba, SDB