Habitus baru dalam pertobatan
Paus Fransiskus dalam renungan angelusnya pada tanggal 7 April 2019 yang lalu mengatakan bawa ketika kita memohon pengampunan dari Tuhan maka ini pertanda bahwa kita sungguh-sungguh bertekad untuk merubah hidup kita menjadi baru. Ia berkata: “Setiap pertobatan selalu mengarahkan kita kepada masa depan yang baru, yang indah dan bebas dari dosa serta murah hati. Tuhan Yesuslah yang membuka pintu kepada kehidupan baru.” Perkataan Bapa Suci ini menjadi sebuah permenungan istimewa di masa Pra paskah ini.
Masa Prapaskah menjadi kesempatan untuk menata sebuah habitus baru dalam pertobatan. Kita selalu memiliki concupicense (konkupensi) atau kecenderungan bathin untuk berbuat dosa. Kita tidak dapat luput dari kelemahan ini. Namun Tuhan selalu hadir untuk menguatkan kita dengan membuka jalan pertobatan. Tuhan Yesus Kristus sendiri membuka jalan untuk pertobatan supaya kita memiliki masa depan yang baru dan gemilang. Ada orang yang berani mengatakan: “Katakan tidak pada dosa” tetapi konkupisensi tidak menjauh darinya sehingga ia tetap jatuh ke dalam dosa.
Kita butuh habitus baru dalam pertobatan kita. Lalu apa yang harus kita lakukan? Pertama, kita harus sadar bahwa Tuhan mengasihi kita. Kita harus malu sebab Tuhan mengasihi kita tetapi kita membalasnya dengan dosa. Kita sebaiknya sadar bahwa kebaikan harus dibalas dengan kebaikan bukan kebaikan dibalas dengan kejahatan. Namun kita ternyata beda. Kita lebih memiliki kebaikan Tuhan dibalas dengan kejahatan kita. Habitus barunya adalah kita selalu berbuat baik seperti Tuhan sendiri. Kedua, Rendah hati. Kerendahan hati adalah sebuah kebajikan yang tidak dapat diungkapkan tetapi dilakukan. Kalau saja kita rendah hati maka kita akan tahu diri dan tahu bawa diri kita sehingga tidak jatuh ke dalam dosa. Habitus barunya adalah tetaplah rendah hati. Tuhan Yesus saja lemah lembut dan rendah hati, mengapa kita begitu sombong? Mengapa di dalam Gereja saat sedang beribadah, saat sedang doa bersama, kita juga masih tetap jatuh ke dalam dosa: pikiran, perkataan dan perbuatan kita? Ketiga, jangan membandingkan dirimu dengan orang lain. Seharusnya perkataan ini paling tepat bahwa kita adalah “hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan.” (Luk 17:10).
Bangunla habitus baru dalam pertobatanmu supaya layak merayakan paskah dengan sukacita.
Tuhan memberkatimu,
PJ-SDB