Homili 10 Februari 2022 – Santa Skolastika

Peringatan Wajib St. Skolastika
1Raj. 11:4-13
Mzm. 106:3-4,35-36,37,40
Mrk. 7:24-30

Kunjungan yang menyelamatkan

Dalam hidup bermasyarakat, kita mengenal dua istilah ini silaturahmi dan silaturahim. Kedua kata ini mirip tetapi tidak sama maknanya. Kata silaturahmi berkaitan dengan hubungan kasih sayang antar pribadi manusia. Kata silaturahmim adalah penghubung uterus atau tali pusar yang menghubungkan ibu dan anak. Dengan demikian kata “silaturahim” lebih tepat untuk menggambarkan aktivitas dalam mempererat kekerabatan. Kata ini memiliki kekuatan tersendiri dalam membangun relasi antar pribadi, dengan tidak memperhatikan pribadi-pribadi yang hendak membangun relasi persaudaraan.

Lukas di dalam Kisah para Rasul pernah menceritakan tentang kesaksian Simon Petrus kepada banyak orang tentang Yesus: “Tentang Yesus dari Nazaret: bagaimana Allah mengurapi Dia dengan Roh Kudus dan kuat kuasa, Dia, yang berjalan berkeliling sambil berbuat baik dan menyembuhkan semua orang yang dikuasai Iblis, sebab Allah menyertai Dia.” (Kis 10:38). Di sini Yesus digambarkan sebagai pribadi yang berjalan, berkeliling sambil berbuat baik dan melakukan penyembuhan bagi banyak orang. Kiranya bagi Lukas, Tuhan Yesus juga melakukah silaturahim dengan orang-orang, bukan hanya orang-orang Israel, tetapi juga, orang-orang di luar komunitas Israel.

Berkaitan dengan silaturahim, penginjil Markus menceritakan bagaimana Tuhan Yesus sendiri meninggalkan daerah Galilea dan berangkat ke daerah Tirus. Jarak tempuh antara Danau Galilea dan Tirus adalah sekitar 65km. Perjalanan kaki, memang cukup jauh. Yesus dan para murid-Nya tiba di Tirus dan masuk ke dalam sebuah rumah. Ia berusaha supaya orang-orang tidak mengetahui kunjungan-Nya. Namun dalam waktu singkat, semua orang mengenal Yesus. Ada seorang ibu, bukan orang Israel melainkan orang Yunani berkebangsaan Siro-Fenisia, saat itu anaknya sedang sakit karena kerasukan setan. Dia percaya bahwa ini menjadi saat bersilaturahim dengan Yesus dan Yesus sendiri pasti akan menyembuhkan anaknya. Apa yang dilakukannya di hadapan Yesus? Ia datang kepada Yesus, tersungkur di depan kaki Yesus, memohon anugerah kesembuhan bagi anaknya. Tuhan Yesus melihat iman ibu tanpa nama ini, dan menyembuhkan anaknya yang kerasukan setan.

Kunjungan Yesus ke luar komunitas Yahudi yakni di daerah Tirus merupakan sebuah silaturahim yang menyelamatkan. Mukjizat yang Tuhan Yesus lakukan juga unik. Dia tidak langsung berkontak dengan anak perempuan yang kerasukan setan tetapi dengan ibunya. Tuhan Yesus melihat iman ibu anak itu, yang begitu percaya akan keselamatan dalam nama Yesus sehingga berdampak pada keselamatan anaknya. Kisah ini haruslah menjadi kisah hidup kita secara pribadi dan keluarga. Iman kita yang terungkap melalui doa-doa kita memiliki kuasa yang sempurna untuk menyelamatkan, untuk menyembuhkan diri dan keluarga atau juga sesama kita. Maka jangan pernah bersifat egois saat berdoa karena ternyata doa itu memiliki kuasa untuk menyembuhkan dan menyelamatkan banyak orang. Saya sebagai seorang imam selalu merasakan mukjizat seperti ini. Iman saya menyelamatkan umat yang saya doakan. Ini menandakan bahwa Tuhan kita memang sungguh baik bagi kita semua.

Apa yang harus kita lakukan dalam hidup ini?

Kita perlu memiliki iman dan senantiasa terbuka kepada belas kasih dan kerahiman Tuhan. Iman adalah anugerah gratis dari Tuhan bagi kita. Artinya kita tidak pernah membeli iman dari Tuhan. Karena iman itu gratis maka kita perlu menumbuhkembangkan di dalam hidup kita. Doa adalah saat terbaik ketika kita mengangkat hati dan pikiran kita kepada Tuhan yang kita Imani. Kesadaran bahwa iman menyelamatkan haruslah kita wartakan di dalam hidup kita.

Kita tentu berusaha untuk tidak menyerupai Salomo yang tadinya dianggap begitu bijaksana tetapi akhirnya menjadi tidak bijaksana karena tida berpegang pada perjanjian dengan Tuhan yang berdampak pada goyahnya kerajaan Israel yang dipimpinnya. Ayah Salomo adalah raja Daud yang juga memiliki banyak dosa, tetapi Daud memiliki nurani untuk bertobat dan berbalik kepada Tuhan. Lain halnya dengan Salomo yang jatuh ke dalam dosa penyembahan berhala. Ini tidak disukai oleh Tuhan. Ia mengikuti Asytoret, dewi orang Sidon, Milkom, dewa kejijikan yang disembah orang Amon. Ia mendirikan bukit pengurbanan bagi Kamos, dewa kejijikan orang Moab, bukit pengurbanan bagi Molokh selaku dewa kejijikan sembahan orang Amon. Salomo melakukan ini karena para istrinya adalah orang-orang asing yang menyembah dewa-dewi mereka dan Salomo mengikutinya. Tuhan mengoyakan Kerajaan Israel. Kerajaan ini nantinya pecah menjadi Kerajaan Yehuda yang beribu kota Yerusalem dan Kerajaan Israel yang beribu kota Samaria.

Pada hari ini kita semua diarahkan untuk membaharui diri kita di hadirat Tuhan. Kita perlu membangun silaturahim dengan sesama dan berusaha untuk saling menyelamatkan karena kita memiliki iman yang sama kepada Tuhan. Saling mengunjungi dan saling menyelamatkan adalah hal yang terbaik. Kita berusaha untuk menjauhkan sikap menyembah berhala yang dapat menghalangi relasi kita dengan Tuhan. Buanglah berhala-berhala di dalam hidupmu dan bangunlah relasi yang baik dengan Tuhan dan sesama.

Kita juga memohon rahmat Tuhan dengan perantaraan Santa Skolastika untuk memb aharui hidup kita. Relasinya dengan Tuhan sangat mendalam. Ia selalu memiliki waktu untuk berbicara dengan Tuhan. Berbicara tanpa henti dengan Tuhan, keakraban dengan Tuhan adalah jalan kekudusan yang Santa Skolastika tunjukan kepada kita semua.

P. John Laba, SDB