21 Desember 2024
Hari Sabtu Pekan Adven III
Kid. 2:8-14 atau Zef. 3:14-18a
Mzm. 33:2-3,11-12,20-21
Luk. 1:39-45
Melayani dengan sukacita
Saya pernah mengunjungi sebuah rumah yang sangat sederhana dan hanya dihuni oleh sepasang suami dan istri yang sudah berusia senja. Mereka tidak dikarunia keturunan namun menunjukkan kesetiaan satu sama lain yang luar biasa. Mereka saling melayani dengan sukacita. Saya memperhatikan satu hal sederhana yakni mereka suka makan sirih dan pinang. Karena kedua orang tua ini sudah sama-sama ompong maka mereka perlu menghancurkan sirih, pinang dan kapur di atas batu, lalu saling menyuap satu sama lain. Ternyata bahagia dan sukacita itu sederhana dan bermakna ketika mereka saling melayani satu sama lain. Setelah mengunjungi rumah ini, saya kembali ke komunitas dengan suka cita. Kedua orang tua ini telah mengajarkan saya yang praktis tentang sukacita dalam melayani.
Kita semua merasa dikuatkan oleh Tuhan melalui sabda-Nya pada hari ini untuk melayani dengan sukacita. Natal memang sebuah peristiwa sukacita. Tuhan melayani manusia dengan sukacita dan kita pun mestu demikian. Penginjil Lukas menceritakan sosok kedua ibu kudus yang saling melayani dan membawa sukacita bagi kedua anak yang ada di dalam rahim mereka masing-masing. Kedua wanita kudus yang saya maksudkan adalah Maria yang sedang mengandung Yesus dan Elizabeth yang sedang mengandung Yohanes Pembaptis. Kita mengetahui bahwa Maria menerma khabar sukacita dari Tuhan melalui malaikat Gabriel bahwa ia akan mengandung dari Roh Kudus. Selanjutnya, ia akan melahirkan anak laki-lakinya bernama Yesus. Warta sukacita ini tidak hanya menjadi milik Maria. Ia menghayatinya dengan pergi untuk melayani Elizabeth yang sedang mengandung enam bulan, meskipun sebelumnya dianggap mandul. Saling berbagi sukacita memang indah.
Apa yang menarik dari perjumpaan kedua ibu kudus yang sedang mengandung ini? Kedua ibu kudusu ini penuh dengan Roh Kudus dan berbagi sukacita sebagai buah Roh bersama-sama di dalam keluarga. Keduanya saling memberi apresiasi satu sama lain. Maria menyalami Elizabeth dan melayaninya hingga melahirkan. Elizabeth memuji Maria karena imannya dan disapa sebagai ibu Tuhan. Ini adalah suka cita yang indah sebagai saudara. Sukacita sebagaimana diwartakan juga oleh para nabi. Nabi Zefanya menghibur umat Israel seperti ini: “Bersorak-sorailah, hai puteri Sion, bertempik-soraklah, hai Israel! Bersukacitalah dan beria-rialah dengan segenap hati, hai puteri Yerusalem!” (Zef 3:14). Kitab Kidung Agung menceritakan sebuah relasi kasih yang penuh suka citaantara Allah dan manusia dan antar manusia. Pertanyaan bagi kita adalah apakah kita dapat melayani dengan sukacita seperti Maria yang melayani Elizabeth?
Doa: Ya Bunda Maria, terima kasih karena engkau mengajar kami untuk melayani dengan sukacita. Amen.
P. John Laba, SDB