Homili 17 Januari 2025 – St. Antonius Abas

Peringatan Wajib St.Antonius
Ibr. 4:1-5,11
Mzm. 78:3,4bc, 6c-7,8
Mrk. 2:1-12

Berkumpul dan beristirahat bersama Yesus

Pada hari ini kita mengenang santo Antonius Abas. Orang kudus ini dikenal sebagai Kepala Biara (Abas). Beliau merupakan pendiri dan bapak monastisisme Kristen yang terorganisir, meskipun ia sendiri lebih suka menjalani kehidupan sebagai pertapa sejati, terpisah dari komunitas mana pun, di padang gurun sekitar Mesir. Ada kutupan-kutipan perkataannya yang dapat kita refleksikan: Pertama, St. Antonius Abas pernah berkata:”Ilusi dunia ini akan segera berakhir, terutama jika seorang manusia mempersenjatai dirinya dengan Tanda Salib. Setan-setan gemetar pada Tanda Salib Tuhan kita, yang dengannya Dia menang atas dan melucuti senjata mereka.” Kita adalah orang Katolik yang memulai doa-doa kita dengan tanda Salib sebagai tanda kemenangan kita dalam Kristus. Apalah kita membuat tanda Salib dengan penuh iman atau hanya sekedar membuat tanda di tubuh kita? Kedua, Santo Antonius Abas berkata: “Saya melihat jerat-jerat yang ditebarkan musuh menyebar ke seluruh dunia dan saya berkata sambil merintih, “Apa yang bisa lolos dari jerat-jerat seperti itu?” Kemudian saya mendengar sebuah suara berkata kepada saya, “Kerendahan hati.” “Tolaklah kesombongan dan anggaplah semua orang orang lain lebih benar daripada dirimu sendiri.” Apakah kita adalah pengikut Kristus yang lemah lembut dan rendah hati?

Kedua kutipan dari santo Antonius ini sangat membantu kita untuk dapat berkumpul dan berisyirahat bersama Tuhan Yesus. Dua jalan yang perlu kita lakukan menurut santo Antonius Abas yaitu melakukan tanda Salib sebagai tanda kememangan Kristus dalam diri kita dengan baik. Kita juga perlu memiliki kebajikan kelemahlembutan dan kerendahan hati seperti Tuhan Yesus Kristus sendiri. Inilah kedua jalan yang dapat mengantar kita kepada Persekutuan dengan Kristus, dalam arti berkumpul dan beristirahat bersama Tuhan Yesus Kristus sendiri.

Penulis Surat kepada umat Ibrani menghimbau kita semua dengan perkataan ini: “Sebab itu, baiklah kita waspada, supaya jangan ada seorang di antara kamu yang dianggap ketinggalan, sekalipun janji akan masuk ke dalam perhentian-Nya masih berlaku. Karena kepada kita diberitakan juga kabar kesukaan sama seperti kepada mereka, tetapi firman pemberitaan itu tidak berguna bagi mereka, karena tidak bertumbuh bersama-sama oleh iman dengan mereka yang mendengarnya.” (Ibr 4:1-2). Sikap waspada atau mawas diri supaya kita layak untuk masuk dalam tempat peristirahatan bersama Tuhan. Kita mengetahui bahwa Tuhan menciptakan segala sesuatu dan pada hari ketujuh Dia beristirahat.

Kita perlu berusaha untuk mawas diri, mengimani Tuhan dan ikut berkumpul dan beristirahat bersama Tuhan. Kalau kita tidak mawas diri dan tidak mengimani Tuhan maka konsekuensinya adalah sebagaimana diungkapkan Tuhan sendiri: “Sehingga Aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku”. (Ibr 4:3). Apa yang harus kita lakukan? Penulis surat kepada umat Ibranu menulia: “Karena itu baiklah kita berusaha untuk masuk ke dalam perhentian itu, supaya jangan seorangpun jatuh karena mengikuti contoh ketidaktaatan itu juga.” (Ibr 4:11).

Tuhan Yesus menghendaki supaya kita berkumpul dan beristirahat bersama-Nya karena Dialah yang memiliki kuasa untuk mengampuni dosa. Ketika itu Yesus sduah mulai dikenal di mana-mana. Sebab itu orabg banyak berdatangan untuk menjumpai Yesus dan ingin mengalami penyembuhan dan mendnegar Sabda-Nya. Di antara mereka ada seorang lumpuh yang digotong oleh empat orang. Meskipun banyak orang yang menghalangi mereka untuk berjumpa dengan Yesus, namun mereka tetap berusaha hingga berjumpa dengan Yesus. Ada kelumpuhan, namun ada orang baik yang bersedia, berkorban untuk berjumpa dengan Yesus dan menyembuhkannya.

Tuhan Yesus melihat iman mereka dan tentu saja usaha keras mereka dengan membongkar atap rumah untuk menurunkann si lumpuh tanpa nama ini. Tuhan Yesus lalu menunjukkan ke-Allahan-Nya dengan berkata: “Hai anak-Ku, dosamu sudah diampuni!” (Mrk 2:5) dan dengan tegas mengatakan: “Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!” (Mrk.2:11). Iman si lumpuh dan keempat orang yang lain telah menyembukna si lumpuh itu sendiri. Kini ia bolhe berkumpul dan beristirahat bersama Tuhan.

Banyak kali kita berlaku seperti para Ahli Taurat yang hanya bisa berbicara dan memiliki pikiran negatif kepada sesame yang berbuat baik, padahal kita semdiri tidak berbuat baik. Kita belajar dari Yesus untuk melihat iman bukan kesalahan sesame kita. Hanya dengan demikian kita juga dapat masuk dan berkumpul serta beristirahat bersama Tuhan.

P. John Laba, SDB